Part 4

144 28 4
                                    

Jiyeon memutuskan untuk berbuat baik pada namja aneh yang tiba-tiba datang dari sebuah buku ajaib. Dia merasa kasihan pada Myungsoo. Seandainya dia menjadi Myungsoo, pastilah sudah bunuh diri atau gila. Tapi Myungsoo tetap sabar menjalani takdirnya.

Hari minggu ini Jiyeon menggunakan waktunya untuk jalan-jalan. Awalnya dia ingin membaca buku yang ditemukannya kemarin yang berjudul “Ming Dinasty” tapi diurungkannya niat itu karena dia sudah tahu apa isinya. Myungsoo telah menceritakan semua isinya da Jiyeon. Jiyeon pun heran kenapa bisa ada sejarah seperti itu? Benar-benar aneh. Seperti dalam dongeng anak-anak yang dibacakan appa atau eomma-nya tiap menjelang tidur.

Di pinggir sungai Han, Jiyeon duduk di bangku panjang yang untungnya ditinggalkan sepasang kekasih yang baru saja pergi. Dia mengatur nafasnya, menghela dalam-dalam lalu menghembuskannya. Udara terasa sejuk di sini, batinnya. Kini tatapan matanya tertuju pada sekelompok yeoja seumuran dengannya sedang bercanda, bersenda gurau dan mengambil selca bersama-sama. Ingin sekali Jiyeon bisa seperti mereka.

“Apa yang kau lihat?” tanya Myungsoo yang tiba-tiba duduk.di samping Jiyeon, mengisi bangku yang masih kosong.
“Yaak, kau mengagetkanku saja. Jangan seenaknya muncul begitu saja. Nanti aku kena penyakit jantung.”
“Kenapa dari tadi kau memperhatikan yeoja-yeoja itu?” tanya Myungsoo yang baru saja melepas ikatan kepalanya.
Jiyeon terpana melihat Myungsoo yang tidak memakai ikat kepala. Tampan, tampan sekali.
“Yaak, kenapa kau memandangku seperti itu? Apa ada yang salah denganku?” Myungsoo memperhatikan penampilannya sendiri, memastikan bahwa tidak ada yang aneh dari penampilannya. Hanya saja ia masih mengenakan baju pendekar.
“Anhi… Kau pede sekali. Ah, aku punya ide. Neo ttarawa!” Jiyeon bangkit meninggalkan Myungsoo.yang masih duduk di bangku tadi dengan ekspresi tidak mengerti.
“Hah, yeoja ini aneh. Kenapa harus.dia yang menemukanku?” gumamnya.sedikit kesal.

Jiyeon dan Myungsoo tiba di sebuah toko pakaian. Di sana tersedia banyak sekali macam pakaian. Tanpa aba-aba, Jiyeon menghampiri sederet kaos untuk namja. Ditatapnya Myungsoo yang berjalan di sampingnya kemudian dia sibuk memilih baju yang berjajar rapi.di depannya.
“Ini pasti cocok,” gumamnya. Ia mengambil sebuah kaos namja berwarna putih tulang. Kaosnya tidak mahal tapi kelihatan bagus. “Myungsoo-ssi, kemarilah!” tangan kanannya melambai ke arah Myungsoo.
Myungsoo pun menurut.
“Waah daebak! Kau terlihat keren, Myungsoo-ssi. Kita cari calana untukmu. Ttarawa!” Jiyeon menyerahkan kaos tadi pada pelayan untuk dibawa ke kasir. Kemudian dia melangkah ke deretan celana namja.
Beberapa pasang mata menatapnya aneh karena mereka menganggap Jiyeon gila. ‘Mungkin dia kehilangan namjanya, jadinya begitu. Gila.’
Jiyeon mendengarnya lalu menoleh ke sekelilingnya. Beberapa ahjumma memandangnya aneh. Jiyeon bertanya-tanya, kenapa mereka memandangnya seperti itu? Apa ada yang aneh dengannya atau Myungsoo yang berdiri di belakangnya.

“Kenapa banyak ahjumma yang melihatku seperti melihat hantu?” gumamnya.
“Itu karena mereka tidak bisa melihatku. Jika kau bicara denganku, maka kau terlihat bicara sendiri,” jelas Myungsoo.
“Mwo?” lirih Jiyeon dengan mulut melongo dan kerut di keningnya. “Keurom, bagaimana kau bisa terlihat?”
“Jika kau menyentuhku maka aku akan terlihat.” Myungsoo memegang tangan Jiyeon dengan posisi menunduk agar orang-orang di sana tidak curiga kenapa bisa ada namja yang muncul secara tiba-tiba.

“Apa sekarang kau sudah terlihat?” tanya Jiyeon polos.

My BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang