Chapter 1

33 6 6
                                    

"Yaelah, sekelompok mulu sama elu Qila," Dinar menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalo protes, di depan gurunya," timpal Aqila bergegas ke tempat duduk

Percakapan yang sangat singkat, tetapi Dinar memang benar, Aqila merasakan hal yang sama dengan Dinar, Aqila memang sering berkelompok dengan Dinar, bahkan Aqila merasa bahwa Dinar sudah tidak cocok dalam bekerja sama, yang membuat Aqila kurang menyukai Dinar. Di sekolah, Dinar terkenal dengan wajah yang cukup ganteng, orang-orang juga menyebutnya laki-laki playboy, karena Dinar menjadi rekor dalam mantan terbanyak.

"Kenapa Qila, masam gitu mukanya?" Rahma menghampiri Aqila.
"Biasalah Dinar, tau sendiri kan orangnya?"

"Cieee," Rahma mencolek pipi Aqila.

"Apaan sih, ga asik," Aqila menahan untuk tersenyum, mencoba mengalihkan suasana.
"Laper nih ma, pergi ke kantin yu?" menarik tangan Rahma, keluar dari bangku.
"Ma, Ma, Ma, emangnya gua emaknya elu?"

"Habisnya enaknya manggil itu," tertawa nyeleneh.
"Gua ga jajan ya, soalnya udah makan di rumah, ga kaya elu, jarang makan dari rumah."

"Lahh, berasa emak sendiri jadinya haha," Aqila mempercepat langkah untuk menghampiri makanan-makanan yang sudah berjejer di kantin.
"Serius ma udah kenyang, mau ga nih?"

"Dibilangin udah sarapan, lu aja kenyangin tuh perut."

Aqila memang sudah tidak heran jika Rahma terbiasa sarapan di rumah, walaupun Aqila mengetahui itu, namun Aqila tetap saja bawel untuk meminta Rahma makan bersama, karena Aqila tidak hanya pendiam, sebenarnya Aqila orang yang sangat bawel.

***

Bel pulang berbunyi, Aqila dan Rahma pulang bersama.

"Qil, bentar ya jangan dulu pulang, temenin gua, tanggung nih lagi wifian"
"Iya," bergegas duduk di depan kelas dan melamun.
Sedangkan Rahma di dalam kelas sedang asyik dengan ponselnya.

Setelah lama melamun, Aqila baru menyadari laki-laki yang jauh tepat dari pandangan, berada di arah sebrang, yang sejak dari tadi berdiam diri dengan posisi yang sama.
Aqila menghiraukan laki-laki tersebut. Namun Aqila mencoba melupakannya, dan menghampiri Rahma.

"Eh Qila, sorry ya, udah beres kok, yu pulang.. tumben diem mulu haha"

"Memangnya sejak kapan gua pecicilan?" tersenyum, dan senang karena ingin segera pulang.
"Qil besok libur nih, ga ngadain acara gitu? main yu, kita ke gramed? soalnya kalo libur gua suntuk di rumah"

"Padahal bilang aja pengen ke mall."

"Ah elu, suka bener kalo ngomong"

"InshaAllah yah, gua ga janji, soalnya kalo libur suka sibuk, beresin itu, ini di rumah"

"Nanti kabarin lagi aja, jadi apa enggaknya"

"Iya ma"

"Duh jadi berasa emaknya elu, untung elu aja yang panggil kaya gitu."

Rumah Aqila dan Rahma searah, Aqila selalu mengisi kemacetan dengan mengobrol bersama Rahma. Tak terasa berbicara di sepanjang perjalanan, Aqila tiba di depan rumah, karena rumah Aqila sedikit lebih dekat dibandingkan dengan rumah Rahma.

"Gua duluan ya ma, hati-hati ya.. dadah," melambaikan tangan dan tersenyum kepada Rahma.

"Iya qil," membalas senyum Aqila, dan sedikit menganggukan kepala.

Terimakasih sudah membaca, mohon atas kritik dan sarannya, karena itu akan membantu, dan bermanfaat bagi saya

Tell You MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang