Chapter 4

15 1 0
                                    

Keheningan siswa-siswi di kelas, membuat Aqila tak ingin berbicara sedikitpun, dan ingin terus tertuju pada papan tulis, bukan berarti ingin konsentrasi belajar, tetapi pelajaran hari ini di awali dengan pelajaran kimia yang diajarkan oleh bapak super galak, yaitu pak Ibrahim.
Sudah tidak heran jika pelajaran pak Ibrahim sepi kaya di kuburan.
Namun dibalik keheningan, terdengar dering ponsel yang begitu keras, semua siswa tertuju pada pak Ibrahim yang beranjak keluar kelas untuk mengangkat ponselnya. Semua murid di kelas teramat senang, setidaknya mereka bisa bergerak bebas, dan menikmati suasana yang ada.

"Eh ma, dari tadi gua nahan pipis, barusan gua mau minta ijin, tapi pak Ibrahim keburu keluar"

"Yaudah sabar dulu aja, pak Ibrahim ga akan lam.." Rahma tak bisa melanjutkan bicara, karena sudah terlihat pak Ibrahim yang sudah menginjakan ruangan kelas.

"Anak-anak, bapak sangat meminta maaf, dikarenakan ada urusan yang lebih penting dari sekolah, pelajaran kali dicukupkan sampai disini saja," membereskan bawaan, dan berjalan keluar kelas.

Selang beberapa menit, terdengar keriuhan kelas yang begitu heboh, karena mereka berpikir seolah-olah ini pesta. Namun lain dengan Aqila, berlari keluar kelas, untuk segera menemui kamar mandi, karena Aqila rasa, hanya tinggal beberapa detik lagi.

"Ngapain si tu anak lari kaya begitu?" Dinar mengangkat sebelah alisnya.
"Oh.. ehem.. maksud lu Qila? biasalah kebelet pipis, dari tadi nahan-nahan haha," ujar Rahma dan sedikit berdeham.
"Aishh anak itu," gumam Dinar, beranjak keluar kelas.

Aqila merasa sudah sangat lega,berjalan kembali menuju kelas,sampai di tengah-tengah perjalanan Aqila berpapasan dengan Dinar, karena ulah tangan usil Dinar, kerudung Aqila sedikit kedepan yang membuat Aqila menjadi kesal. Namun Aqila berusaha menahan untuk tidak memperdulikan Dinar, dengan melanjutkan langkahnya menuju kelas.

"Anak polos kaya gitu, mana mau melawan, pokonya cuman gua yang bisa godain elu" gumam Dinar, bergegas menuju ke arah uks.

"Dinar?" Aqila membalikan badan, memanggil Dinar yang sudah jauh dari hadapan.

Aqila memberanikan diri untuk meminta Dinar menemani ke ruang guru mengumpulkan tugas kelompok, namun langkah Dinar semakin cepat, yang membuat Aqila sulit untuk memanggil Dinar.

"Ya ampun Qil, kenapa sih elu apa-apa ke Dinar, temen sekelompok elu kan banyak bukan cuman dia? terus gua?" Ujar Syila, merangkul bahu Aqila yang tiba-tiba muncul dari arah belakang.

Aqila merasa tidak enak kepada Syila, karena Syla adalah bagian dari kelompok Aqila, namun Aqila mencoba untuk bersikap ramah, walaupun Aqila tahu apa yang di ucapakan Syila terkadang tidak sesuai kenyataan, karena Syila selalu banyak beralasan jika Aqila membutuhkan sesuatu dan meminta bantuan pada Syila ketika berkelompok.

"Syil bisa temenin gua kan istirahat nanti ngumpulin tugas ke bu Rika?"

"okee"

Makasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak, kritik dan sarannya juga, karena masih belajar hehe

Tell You MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang