"Dara! Woy, bangun luh! Udah jam berapa, nih!" teriak Dyandra, adik satu-satunya Dara sambil menggedor pintu kamar kakaknya sekuat tenaga.
"Bilang Mama, gue berangkat sekolah jam tujuh!" sahut Dara yang masih bersembunyi di balik selimut tebalnya. Namun tiba-tiga dia teringat akan sesuatu yang penting baginya, "Oh iya, Dy! Bilangin Mama juga, sisain sarapan buat gue nanti!"
Bagi Dara, soal perut itu nomor satu. Pertama dan yang paling utama itu mengenyangkan perutnya. Tanpa peduli badan mungilnya akan melebar. Masalahnya itu tidak akan mungkin! Karena perawakannya memang sudah kurus dari kecil. Tapi bukan kerempeng, ya!
"Kalo nyisain lo, mah, yang ada gue gak kebagian!" seloroh Dyandra.
Meski usia mereka selisih dua tahun, gadis feminim yang memiliki nama Dyandra Stefanni itu tidak pernah menyebut nama Dara dengan embel-embel kakak. Mungkin karena dia lebih tinggi tiga senti dibanding Dara, membuat Dyandra merasa sepantaran dengan kakak mungilnya itu.
Setengah jam kemudian.
Kriiinggg
Cklek.
Kali ini Dara mematikan alarm tanpa merusak wekernya. Sambil mengumpulkan nyawanya, gadis itu duduk di pinggir ranjang dengan mata tertutup. Sekitar lima menit kemudian, dia menyambar handuk, lalu berjalan gontai menuju kamar mandi.
Rasanya sangat berat untuk membuka kedua matanya. Ini pasti karena semalam gadis itu tidur terlalu larut. Memikirkan kira-kira apa misi pertamanya untuk menyengsarakan sang Ketos. Malah, lebih bagus kalau dia berhasil melengserkan cowok angkuh itu dari segala jabatannya. Biar dia sadar dan tidak merasa berada di atas langit lagi!
Duk
"Aw-" lirih Dara sambil mengusap-usap jidatnya yang terasa nyeri. Barusan itu kepalanya sukses menghantam pintu saat hendak masuk kamar mandi, lantaran dia lupa membukanya lebih dulu sebelum masuk. Bodoh memang.
Tepat pukul tujuh kurang lima menit, Dara menuruni dua anak tangga di setiap langkahnya. Lalu mengambil dua tumpuk roti tawar yang sudah diselipkan selai cokelat di tengahnya. Pada pukul tujuh teng, dia baru bersiap untuk berangkat ke sekolah. Gadis itu sengaja datang telat ke sekolah, karena satu-satunya cara menantang sang Ketos yang selalu tunduk pada aturan, ya dengan melanggar aturan.
Yap, Dara bertekad akan melanggar setiap peraturan yang ada mulai hari ini. Dengan segala ulah yang dia perbuat, sudah otomatis akan menyeret sang Ketos ke dalam ruang lingkup masalah tersebut.
Ngomong-ngomong, pagi ini kondisi jalanan sangat macet. Hampir seluruh pengemudi berlomba menekan tombol klaksonnya masing-masing. Bagusnya gadis itu sudah biasa menghadapi situasi seperti ini. Dengan lincah dia menyelip bersama si Inem.
Bahkan, Dara nekat menanjak trotoar demi memperlancar perputaran roda Inem alias benda yang selalu dijaga Dara dari dulu. Sebab apa? Sebab, itu benda peninggalan Papanya yang sudah tiada sejak dia kecil.
Di luar prediksi Dara, ternyata yang ditugaskan untuk mengawas anggota penegak kedisiplinan sekolah hari ini bukan Andra, melainkan Thalia!!! Padahal Dara sangat antisipasi untuk berurusan dengan cewek yang satu ini. Karena itu artinya, semua bakal jadi runyam!
Yang ada di kepala Dara, Thalia pasti akan mempersulit dirinya untuk masuk kelas. Bukan cuma itu, Thalia bisa-bisa menjatuhkan hukuman yang di luar akal sehat manusia. Ah, iya! Satu lagi, jika mengadu ke Andra maupun ke guru BK soal Dara, pasti suka dilebih-lebihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Eyes [DITERBITKAN OLEH GRASINDO]
Fiksi Remaja[DIPRIVATE! FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Di dunia ini gak ada yang mustahil." "Ada." "Apa?" "Lo." "Gue?" "Lo mustahil untuk jadi milik gue." Tentang mereka yang saling menyayangi, namun selalu bersikap seolah saling membenci. Berlomba-lomba untuk saling...