ff woohyun straight

106 2 0
                                    

Title : Forgive me……………
Author : Runi Rahmawati
Cast : Nam Woohyun , Park Nara ( No artis)  & Kim Myungsoo
Genre: Romance, angst.
Disclaimer: One Shoot
FF ini sebenarnya request dari NamHyuna Newclear Inspirit. Hyuna yang kasih ide lalu saya kembangkan.
Warning!!! Typo banyak bertebaran di mana-mana.
Happy Reading.
…………………………………..

Park Nara Pov.
Aku kembali membuka buku harianku saat SMA, buku yang menjadi teman dikala hatiku benar-benar hancur. Saat semua orang menjauhiku karena fisikku, saat orang yang aku sayang mulai meninggalkanku, bahkan lelaki yang sangat aku cintai ikut membenciku. Masa-masa SMA adalah masa tersulit dalam hidupku, dimana aku hampir ingin mengakhiri hidupku karena beratnya ujian yang harus aku alami. Kedua orang tuaku bercerai dan aku harus ikut Ayah pindah ke kota, begitu juga sekolahku, aku bersekolah di tempat baru dan harus beradaptasi lagi dengan lingkungan sekolahku. Tinggal di kota tidak seindah bayanganku selama ini, angan-angan indahku tentang suasana kota semua hilang begitu saja saat satu persatu kesedihan mewarnai hari-hariku.
Ayah sibuk bekerja di Pabrik sampai jarang pulang begitu pula dengan kakak laki-lakiku yang pulang hanya untuk mandi dan tidur. Meskipun Ayah hanya pulang setiap weekend tapi bagiku itu belum cukup karena aku ingin lebih banyak waktu bersamanya. Setelah Ibu menikah lagi, hubungan kami semakin renggang bahkan Ibu tak pernah menghubungiku untuk sekedar bertanya apa aku baik-baik saja. Ibu mungkin sudah melupakan aku, ibu sudah tidak ingat lagi bahwa dia punya dua anak yang sangat membutuhkan kasih sayangnya. Aku tahu aku sudah menginjak remaja, bahkan usiaku hampir17 tahun sudah pandai memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk, tapi aku juga ingin Ayah dan ibu mencemaskanku, memarahiku saat aku pulang telat, mencariku saat aku tak memberi kabar. Aku merindukan saat-saat kami masih menjadi sebuah keluarga yang utuh.
.
.
Namun semua tinggal catatan kusam dari hasil coretan tanganku, setelah lulus SMA aku mendapat beasiswa S1 ke Jepang. Aku langsung mengambilnya dan berharap dengan kuliah di Jepang semua kesedihanku akan hilang. 4 tahun aku menghabiskan masa-masa indahku di sana, bertemu teman baru, dosen-dosen cerdas yang selalu membimbingku, tak ada lagi yang bisa mengejekku dan mengatakan aku tak pantas berteman dengan mereka. Aku bukan lagi gadis lemah yang hanya bisa menangis saat semua orang mengejekku, menghujaniku dengan kata-kata pedas dan bahkan menghina fisikku yang tidaklah sempurna. Dulu aku memang jelek, hitam dan tubuhku gemuk, tapi berkat mereka aku menangis setiap malam dan selalu mengabaikan waktu makan sampai akhirnya aku kurus dengan sendirinya, aku menghabiskan banyak lulur agar kulitku putih dan mengurung diri di dalam rumah karena tak ingin bertemu dengan orang-orang yang sering mangataiku, sampai akhirnya kulitku yang gelap kini seputih miss korea bahkan lebih natural karena tanpa bantuan obat. Selama di jepang aku mulai merawat diri dan rutin perawatan ke salon dengan gaji yang ku dapat dari pekerjaan menjadi seorang wartawan surat kabar di Tokyo. Dengan pendapatanku menjadi seorang wartawan itu aku bisa membiayai semua kebutuhanku selama Kuliah di Jepang sampai aku mendapatkan gelar sarjana S1 prodi Ekonomi.
Setelah lulus aku kembali ke Korea selama satu bulan untuk istirahat dan mempersiapkan diriku di dunia kerja. Ayah juga semakin tua dan sudah berhenti bekerja sedangkan kakakku sudah menikah dan hidup bersama keluarga kecilnya. Tabunganku selama kuliah di Jepang bahkan sudah lebih dari cukup, namun aku tak ingin menghamburkannya karena aku tidak pernah tahu dengan apa yang akan terjadi esok hari. Saat aku pulang ke Korea aku sengaja tidak memberitahu Ayah, aku ingin memberinya kejutan.
.
.
Hari ini untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki lagi di negeraku setelah 4 tahun lamanya. Selama ini aku tak pernah pulang karena tahu sendiri kan aku seorang mahasiswa yang bisa kuliah karena beasiswa, bahkan waktu liburan semester aku habiskan untuk bekerja dan belajar agar nilaiku tidak turun dan beasiswa itu tidak dicabut. Banyak berubah saat aku melihat setiap sudut kota Seoul dari dalam bis kota. Kota ini tampak lebih indah dengan sarana infrastruktur yang semakin memadai. Aku sangat takjub melihat warga kota mulai sadar akan kebersihan dan ketertiban, semua yang ku lihat di jepang kini aku juga bisa melihatnya di negaraku sendiri.
Tak perlu menunggu lama sampai akhirnya aku turun di halte yang biasa ku tinggali saat menunggu bis untuk pergi ke sekolah, halte yang dulunya kusam dan jorok kini bermetamorfosis menjadi tempat yang bersih dan cantik. Warna catnya juga masih mengkilat seperti baru selesai di renovasi.  Aku mulai berjalan meninggalkan halte itu sambil menarik koperku yang ukurannya lumayan besar itu. Aku juga membawa tiba paper bag besar yang berisi oleh-oleh yang aku bawa langsung dari Tokyo.
Sepanjang perjalanan aku tampak takjub dengan semua perubahan yang terjadi selama aku tidak ada, jalan aku sering aku lalui selama masih sekolah kini sudah banyak berubah. Banyak gedung-gedung tinggi sudah berdiri tegak di sepanjang jalan, sampai aku harus beberapa kali bertanya pada warga sekitar. Namun ada satu tempat yang tak berubah yaitu sebuah kedai Toppoki yang sering aku kunjungi saat masih sekolah dulu, kedai yang menjadi tempat favoritku saat sedang bosan di rumah. Ahjumma pemilik kedai pun sangat baik padaku, dulu dia sering mendengarkan curhatanku mengenai perceraian kedua orang tuaku. Sebenarnya aku sering ke kedai itu lantara ‘ Woohyun’, anak pemilik kedai itu yang sangat aku sukai namun dia tak pernah baik padaku. Pergaulan teman-temannya membuat woohyun jadi anak nakal dan sering membullyku. Tapi yang namanya cinta, sebanyak apapun luka yang kamu terima cinta itu tidak akan berubah. Begitulah perasaanku dulu dan  sampai sekarang tetaplah sama. Aku mulai menapakkan kakiku ke dalam kedai itu. Suasananya berubah, kedai yang dulu ramai pengunjung kini bahkan tak satu  pun yang datang.
Author Pov.
“ Annyeonghassaeyo ahjumma…..” Panggil Nara dengan sopan.
Tak ada sahutan dari siapa pun di sana, sampai seorang namja datang sambil membawa banyak barang belanjaan di tangannya.
“ Anda mencari siapa? Maaf kedainya masih tutup.” Tutur namja itu dengan sopan.
“ Aku ingin bertemu dengan ahjumma…………” Ucap bibir Nara terhenti saat melihat wajah namja yang kini berdiri di hadapannya. “ Woohyun-a……………..” Bisiknya bahkan tak terdengar sama sekali.
“ Mianhae, uri eomma sudah tidak ada. Beliau sudah pergi satu tahun yang lalu.” Tutur woohyun dengan tegar.
“ Apa maksudmu? Ahjumma sudah meninggal?.” Nara menatap Woohyun dengan pilu, perlahan air matanya mulai menetes.
“ Nde, Eomma sakit Kanker sampai akhirnya tidak tertolong lagi. Keunde Nuguya?”
“ Ahjumma mianhae jongmal mianhae.” Beberapa detik Nara membiarkan air matanya jatuh.
“ Apa kau kenal dekat dengan ibuku?”
“ Aniya, aku hanya pelanggan setianya saja. Ehmm Nae ireumen Park Nara imnida.”
“ Nde Nam woohyun imnida.”
“ ( Woohyun bahkan tidak mengingat namaku sama sekali), mian aku harus segera pergi, lain waktu aku ingin mengunjungi makan ahjumma boleh?”
“ Tentu saja.” Tutur woohyun sambil tersenyum.
“ Gomawo, permisi.”
“ Nde.”
.
.
Nara melanjutkan langkahnya menuju Rumahnya, sepanjang perjalanan Nara terus menitihkan air matanya. Kini tidak ada lagi sosok ahjumma yang selalu mendengarkan keluh kesahnya, sosok wanita tegar yang sudah Nara anggap seperti ibu kandungnya kini sudah tidak ada. Terlalu larut dalam kesedihannya Nara sampai tak sadar kalau ia sudah sampai di depan rumahnya. Rumah sederhana dengan halaman yang luas, Nara mulai membuka pintu pagarnya dan masuk ke dalam. Tidak banyak yang berubah hanya saja halamannya sudah banyak di tumbuhi tanaman liar mungkin Ayah tidak sempat memotong rumputnya pikir Nara sekali lagi.  Nara mulai mengetuk pintu rumahnya beberapa kali, sambil memanggil nama sanga Ayah.
“ Ayah aku pulang, palli buka pintunya!, aku sudah pulang Ayah.” Panggil Nara sambil mengetuk pintu rumahnya beberapa kali.
“ Nara-ya!.” Panggil seorang namja dari depan pagar.
“ Yongjae Oppa!.” Nara langsung berlari memeluk Kakak laki-lakinya itu.
“ Kenapa tidak menghubungi Oppa? Oppa pasti akan menjemputmu ke bandara.”
“ Aku tidak ingin merepotkanmu, Oppa ayah kemana? Aku dari tadi memanggilnya tapi tidak ada sahutan.”
“ Kajja! Kita bicara di dalam. Kamu pasti lelah.” Ajak Yongjae pada adik perempuannya itu.
“ Annyeong eonni.” Sapa Nara pada wanita yang berdiri di samping kakaknya itu.
“ Na do annyeong Nara-ssi.”
.
.
Nara sudah duduk di ruang tamu bersama pasangan suami istri itu. Suasana rumahnya kini lebih terurus karena ada kakak ipar yang pandai mengurus rumah.
“ Oppa Ayah mana? Apa Ayah pergi jalan-jalan? Kenapa tidak diantar?” Nara terus menanyakan Ayahnya itu.
“ Nara-ya oppa harap kamu tidak akan marah!, Oppa terpaksa merahasiakan ini padamu.”
“ Apa maksud Oppa? Apa ayah sudah menikah lagi? Katakan sejujurnya oppa!.”
“ Ayah sudah tidak ada, Ayah pergi tiga bulan yang lalu.” Tutur Yongjae sambil berusaha menahan air matanya.
“ Gosjimal!, Oppa pasti bohong kan?, katakan padaku dimana Ayah sekarang!.” Teriak Nara kesal.
“ Ayah sudah tidak ada, Ayah sudah pergi meninggalkan kita.” Yongjae memeluk tubuh dengan erat.
“ Hentikan lelucon ini!, cukup sekali saja aku mendapat berita duka!. Katakan dimana Ayahku sekarang!.” Nara berusaha melepaskan diri dari pelukan Yongjae, namun sekuat tenaga yongjae tak melepaskannya.
“ Dengarkan aku! Ayah sudah tidak ada, Ayah sudah tenang di atas sana.” Yongjae mengeluarkan semua kesedihan yang selama ini ia tahan. Air matanya membasahi pundak Nara, perlahan Nara merasakan kedua lututnya melemas dan terjatuh. Air matanya sudah tidak terbendung lagi, kedua kakak beradik itu menangis sambil saling berpelukan.
“ Ayah…..hiks……hiks…..ayah……hiks……hiks…… Ayah.” Tangis Nara semakin menjadi. “ Mianhae jongmal mianhae!, aku bahkan tidak ada saat Ayah pergi. Putri macam apa aku ini, aku tidak ada saat acara pemakaman Ayah, aku juga tidak ikut mengantarkan Ayah ke tempat peristirahatan terakhir Ayah.. Mianhae hik…..hiks Jongmal mianhae.”
“ Kamu tidak salah, jangan menyalahkan dirimu seperti itu. Ayah yang menginginkannya, Ayah tidak ingin mengganggu kuliahmu di sana. Jangan menyalahkan diri Nara.”
“ Tapi seharusnya aku ada di saat sisa umur Ayah, aku anak yang tidak berguna. Ayah mianhae…… jongmal Mianhae.”
Nara tak hentinya menangis, air matanya bahkan sudah mongering tapi perasaannya masih sangat hancur. Mendapati kenyataan bahwa Ayah yang menjadi motivasinya selama ini kini sudah tidak ada. Sosok yang menjadi alasan terbesarnya untuk mendapatkan gelar sarjana kini hanya tinggal nama. Tak ada lagi sosok ceria yang selalu menyemangati Nara, sosok yang manjadi sandaran Nara saat dia sudah lelah berjuang, kini semua tinggal kenangan.
.
.
Setelah perasaan Nara lebih tenang, Yongjae memberikan sebuah surat yang Ayahnya tulis sebelum pergi. Surat itu merupakan kenangan terakhir untuk Nara yang dititipkan kepada yongjae dari sang Ayah.
‘ Nara-ya gadis kecilku, maafkan Ayah karena tak pernah memperhatikanmu. Ayah terlalu sibuk bekerja sampai Ayah mengabaikanmu. Sekarang Ayah sangat bangga karena kamu bisa menggapai cita-cita mu di Jepang. Maaf Ayah tidak bisa berbuat banyak, Ayah hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu dan juga kakakmu. Sekarang kamu sudah mendapatkan apa yang kamu impikan, menjadi lulusan terbaik dari Jepang. Maaf ayah tidak bisa menemanimu waktu itu, Ayah juga sengaja tidak memberitahumu mengenai keadaan Ayah yang sebenarnya. Waktu itu kamu sedang Ujian akhir, Ayah meminta Oppamu agar merahasiakan ini semua. Ayah ingin kamu lulus dengan nilai terbaik, Maaf tidak bisa menemani kalian lebih lama. Ayah selalu mendoakan semua yang terbaik untuk kalian. Jangan bersedih sayangku, ayah selalu ada di hatimu. Ayah menyayangimu.’
“ Aku juga menyayangimu Ayah………hiks…….hiks.”
.
.
Keesokan hatinya Nara, Yongjae dan Eun Saeong ( Istrinya Yongjae) pergi ke tempat penyimpanan abu Ayah mereka. Nara sudah ikhlas melepas kepergian Ayahnya untuk selamanya. Tidak ada lagi air mata namun sebuah senyuman yang selalu terukir di pipi Nara.
“ Ayah aku datang, aku juga sangat merindukan Ayah. Maaf sudah membuat ayah terlalu lama menunggu. Aku sangat menyayangimu. Selamat jalan Ayah.” Tutur Nara sambil mengusap cermin tempat abu jenazah Ayahnya di simpan.
“ Ayah kami juga sangat merindukanmu.” Tutur Yongjae sambil merangkul tubuh Nara.
.
.
Setelah pulang dari tempat penyimpanan abu jenazah ayahnya, Nara mampir ke kedai toppoki Woohyun. Nara juga masih merasakan kesedihan mendalam karena kepergiaan sang Ayah  sehingga dia ingin menghabiskan waktu seharian dia luar rumah agar perasaanya lebih tenang. Seperti biasa suasana kedai siang itu masih belum ramai karena Nara datang lebih awal. Di dalam kedai, woohyun sedang membersihkan meja dan kursi seorang diri. Sosok namja nakal yang dulu Nara kenal kini berubah menjadi sosok pekerja keras.
“ Annyeonghassaeyo!.”
“ Maaf kedainya belum di buka!.” Tutur woohyun sambil mengelap meja.
“ Ini kan sudah siang, kenapa belum buka?.”
“ Kau kan yang kemarin?...... Aku baru pulang kuliah jadi belum siap-siap.”
“ Jinja? kau kuliah di mana?”
“ Aku kuliah di kampus swasta, kau sendiri kuliah dimana?”
“ Aku baru saja lulus, ehmm boleh aku bantu!.”
“ Aku tidak ingin merepotkanmu nona.”
“ Ehey, kemarin kita sudah berkenalan. Kau lupa siapa namaku?”
“ Aniya Nara-ssi, kau tinggal dimana?”
“ Rumahku di ujung jalan sana, Woohyun-a kau sama sekali tidak ingat padaku?”
“ Memangnya kita sudah saling kenal sebelumnya?”
“ Tentu saja, kita dulu satu SMA bahkan satu kelas. Ahhhh aku sudah duga kau pasti tidak ingat!.”
“ Jinja?.”
“ Nde, aku Park Nara si gadis jelek, hitam dan gemuk. Kau masih tidak ingat?”
“ Omo, Kau ?” Woohyun membelalakkan kedua bola matanya.
“ Nde, senang bisa bertemu denganmu lagi Woohyun-a.”
“ Mian…..mianhae Nara-ya. Dulu aku sering mengejekmu, aku selalu membuatmu menangis. Jongmal mianhae.”
“ gwaenchanna, aku sudah melupakan semuanya.”
“ Mana mungkin kau bisa memaafkan semua perbuatanku padamu, aku sudah banyak menyakitimu Nara-ya.”
“ Ya sudah kalau kau tidak percaya, sekarang buat kan aku toppoki yang paling enak!.” Perintah Nara.
“ Nara-ya, aku mohon maafkan aku!.”
“ Aisshh jinja!. aku sudah memafkanmu sekarang buatkan aku toppoki yang paling enak.”
“ Nde,tunggu sebentar ya!.” Woohyun langsung bergegas menuju dapur untuk memasak toppoki.
Merasa penasaran Nara pun menyusul ke dapur untuk melihat kepiawaian Woohyun dalam mengolah bahan makanan.
“ Wow daebak, kau keren sekali woohyun-a!. Baunya harum sekali, aku sudah tidak sabar ingin mencicipinya.”
“ Tunggu sebentar lagi ya.”
“ Palli aku sudah tidak sabar.”
“ Nde.”
Beberapa menit kemudian, semangkuk toppoki pedas sudah siap untuk disantap. Mereka pun kembali ke meja makan untuk menikmati toppoki tersebut. Nara sangat bahagia karena bisa berada sedekat itu dengan Woohyun, cinta pertamanya sewaktu SMA kini mulai tumbuh lagi. Begitu pula dengan woohyun yang masih tak menyangka gadis jelek yang sering dia ejek kini berubah menjadi yeoja cantik yang mampu membuat jantung berdebar saat menatapnya.
“ Wow rasanya sama sekali tidak berubah, dulu ahjumma yang sering membuatkannya untukku.” Puji Nara setelah mencicipi toppoki buatan woohyun.
“ Ehmm aku dengar setelah lulus SMA kau kuliah di Jepang?”
“ Nde, aku mendapatkan beasiswa. Sekarang aku sudah lulus dan bisa kembali ke Seoul.”
“ Wow chukkae, ehmmm aku turut berduka atas kepergiaan Ayahmu, keunde waktu acara pemakaman aku tidak melihatmu?”
Nara menghentikan kegiatan makannya, kembali air mata menetes di pipi chubbynya.
“ Mian aku tidak bermaksud membuatmu sedih.”
“ Aku baru tahu kalau Ayah sudah pergi setelah sampai di rumah, Ayah meminta oppa merahasiakannnya dariku.” Tutur Nara sambil berusaha menahan tangisnya.
“ Jinja? jadi kamu baru mengetahuinya?”
“ Nde, aku sangat terpukul dan berharap semuanya hanya mimpi, agar saat aku terbangun nanti Ayah masih ada di sampingku.”
Woohyun beranjak dari tempat duduknya, kemudian memeluk Nara dengan erat.
“ Aku tahu apa yang kamu rasakan sekarang, aku juga pernah mengalaminya. Jangan menangis lagi, jebal aku tidak ingin melihatmu menangis Nara-ya.”
“ Kenapa Ayah harus pergi secepat ini Woohyun-a? Ayah pergi saat aku ingin membuatnya bahagia.”
“ Shuut!, Ahjussi pasti sangat bangga padamu. Jangan berkata seperti itu lagi, kamu sudah membahagiakannya dengan bisa kuliah di Jepang.”
“ Aku tidak tahu harus kemana lagi selain ke tempat ini, saat ini persaanku benar-benar hancur Woohyun. Saat aku di rumah yang bisa aku lakukan hanya menangis, aku belum siap kehilangan Ayah…..hiks…..hik..” Tangis Nara semakin pecah.
“ Hey…. sudah jangan menangis lagi, aku tidak ingin melihatmu sedih.” Jari-jemari woohyun dengan leluasa menghapus air mata Nara.
Nara akhirnya berhenti menangis dan mulai menghapus air matanya sendiri, woohyun pun kembali ke tempat duduknya.
“ Argggghhhh aku malu sudah menangis di depanmu.” Tutur Nara sambil tersenyum dan rona wajahnya mulai memerah.
“ kenapa harus malu? Aku senang bisa membantu menghapus air matamu.”
“ Gomawo Woohyun-a, kalau tidak ada kamu di sini. Aku tidak tahu harus pergi kemana di saat seperti ini.”
“ Cheonmayo, anggap saja ini sebagai permintaan maafku atas apa yang aku lakukan dulu padamu Nara.”
“ Sudah jangan dibahas lagi, aku bahkan sudah tidak ingat.”
“ Ayo kita makan lagi!.” Ajak Woohyun yang terlihat sangat gugup itu.
“ Nde. Ehmm hari ini kau pasti sangat sibuk?”
“ Memangnya kenapa?”
“ Aku ingin mengunjungi makan Ahjumma.”
“ Oh aku lupa, kemarin aku sudah janji kan padamu?.”
“ Nde keunde, kamu harus bekerja. Aku tidak ingin merepotkanmu Woohyun.”
“ Tidak apa-apa, masih ada hari esok untukku bekerja.”
“ Benar tidak apa-apa?”
“ Tentu saja, tapi kau harus menghabiskan dulu toppoki ini.”
“ Baiklah!” balas Nara sambil melemparkan senyumannya.
.
.
Hari demi hari hubungan mereka semakin dekat, hampir setiap hari Nara membantu Woohyun di kedai. Cinta sebelah tangan Nara kini perlahan sudah mendapatkan sambutan tangan dari Woohyun. Begitu pula dengan woohyun yang justru menganggap cintanya pada Nara adalah Cinta sepihak, karena Woohyun sadar yeoja secantik Nara dengan pendidikan tinggi dan masa depan cerah tidak akan mau dengannya yang hanya penerus kedai Toppoki. “Aniya Woohyun-a, Nara sangat mencintaimu.” #Author greget sendiri.
.
.
Seoul, 21.00 pm kst.
Sinar rembulan sangat terang sehingga suasana malam menjadi lebih indah dengan taburan bintang di langit. Kerlap-kerlip cahayanya membuat dua insan yang sedang berjalan di bawahnya terpana. Malam itu Woohyun mengantar Nara ke rumahnya, seharian ini Nara membantu woohyun di kedai jadi wajar kalau Nara pulang telat. Lagi pula Nara masih dalam masa liburan di Seoul sebelum dua minggu lagi dia kembali ke Jepang.
“ Wow lihatlah! Malam ini bintangnya sangat indah.” Ujar Nara sambil menunjuk ke arah bintang di langit.
“ Benar-benar indah, tapi wajahmu lebih indah Nara.” Ucapan Woohyun sukses membuat pipi Nara menjadi merah.
“ Gombal, dulu waktu kuliah di jepang aku sering menatap bintang melalui jendala kamarku. Saat aku merindukan Ayah dan oppa, aku selalu membuat permohonan ketika bintang jatuh…. Aku memohon agar rinduku ini sampai kepada mereka dan Ayah selalu diberi umur yang panjang, tapi………….”
“ Ehey….. jangan bahas itu lagi!.” Woohyun mendorong sedikit tangan Nara.
“ Aniya, aku tidak akan menangis lagi. Aku yakin ayah sekarang sedang melihatku dari atas sana.”
“ Kalau malam ini ada bintang jatuh, apa permohonanmu?”
“ Aku akan memohon banyak hal.”
“ Salah satunya?”
“ Ehmmmm rahasia.”
“ Kau pelit sekali, eh itu ada bintang jatuh… palli katakan permohonanmu!.” Desak Woohyun.
“ Nde ( Tuhan aku mohon semua keinginanku menjadi kenyataan, tempatkan Ayahku di tempat yang paling indah di atas sana. Dan aku mohon jadikan namja di sampingku ini sebagai cinta pertama dan terakhirku tuhan. Aku sangat mencintainya, aku mohon kabulkan permintaanku).” Nara masih memejamkan kedua matanya sementara itu woohyun juga sedang melakukan permohonan.
“ ( Jadikan Nara sebagai cinta sejatiku, aku mohon)” permohonan woohyun memang sangat singkat, bahkan saat ia membuka kedua matanya Nara masih memejamkan mata. Entah angin apa yang sudah berhembus ke arah Woohyun sehingga dengan berani Woohyun mencium bibir Nara dengan leluasa saat Nara sedang melakukan permohonan.
Woohyun melangkahkan kakinya dua langkah kemudian mendaratkan bibir tebalnya tepat di atas bibir titis Nara dan sedikit menekannya beberapa detik. Nara sangat terkejut dan membuka kedua matanya, bola mata Nara menatap intens wajah namja yang sangat ia cintai itu hanya beberapa centi dari wajahnya. Beberapa detik berselang Woohyun menyudahi aksinya dan memundurkan tubuhnya beberapa langkah. Keduanya menjadi sangat canggung beberapa saat sampai akhirnya Nara mencoba mencairkan suasana.
“ Minggu depan aku akan kembali ke Jepang. Ada pekerjaan penting yang tidak bisa aku tolak.” Tutur nara.
“ Kamu akan tinggal berapa lama di sana?”
“ Aku tidak tahu, mungkin 2 tahun atau selamanya. Tokyo adalah rumah keduaku setelah seoul, tapi aku lebih nyaman berada di sana.”
“ Jadikan lah aku rumah ketiga-mu di sini, jadi kamu punya alasan lain untuk tetap berada di Seoul.” Tutur Woohyun sambil memeluk Nara.
“ Woohyun-a…….” Nare merasa terharu dengan perkataan Woohyun sampai air matanya kembali jatuh,
“ Tahun depan aku juga sarjana, aku janji akan menyusulmu ke Tokyo dan akan menjemputmu untuk kembali ke rumah ketiga kita.”
“ Aku akan menunggumu!!!.”
Woohyun dan Nara mempererat pelukan mereka. Tak perlu kata cinta untuk memulai semuanya, hanya cukup katakan aku ingin bersamamu selamanya dan tetaplah bersamaku.
.
.
Dua tahun kemudian…………… ( Tokyo, December 2014)
Nara sudah menghabiskan tahun keduanya di Tokyo paska sarjana, kini pekarjaannya bukan lagi sebagai seorang wartawan surat kabar melainkan menjadi seorang Manajer Keuangan di salah satu perusahaan Financial di Tokyo. Selama berada di Tokyo Nara tinggal di sebuah apartment sederhana, suka duka Nara lewati di sana. Menjadi seorang manajer tentu saja pendapatannya jatuh lebih besar ketimbang menjadi seorang wartawan dulu. Nara selalu menyimpan sebagain dari gajinya di bank sebagai tabungan masa depannya. Usianya kini sudah menginjak 26 tahun, usia yang matang untuk menikah dan membangun sebuah keluarga kecil.
.
.
Setiap hari libur Nara biasanya menghabiskan waktu seharian dia atas kasur, tak ada aktivitas lain selain makan dan tidur. Begitu pula yang dia lakukan hari ini, namun kebiasaan hidup bersih masyarakan Jepang menular pada dirinya. Apartement sederhananya itu tak pernah kotor apalagi berantakan. Saat Nara asyik menonton tv, suara bell berbunyi mendakan ada tamu ke apartementnya. Nara langsung bergegas membukakan pintu.
“ Please wait!.” Teriak Nara sambil membukakan pintu.
“ Good afternoon chagi.” Tutur seorang namja yang sudah tidak asing lagi bagi Nara.
“ Woohyun-a, kenapa kau ada di sini?”
“ Aku sangat merindukanmu chagi.” Woohyun main masuk ke dalam apartement sebelum Nara mempersilahkannya.
“ Kamu bilang minggu depan, saat aku memutuskan kontrak kerja.”
“ Apa salahnya aku datang lebih awal? Kau tidak merindukanku chagi.”
“ Aniya, aku juga sangat merindukanmu chagi.” Tutur Nara sambil memeluk kekasihnya itu. Kedua pasangan kekasih itu saling melepas rindu mereka yang hampir satu tahun lebih tak pernah bertemu.
“ Aku punya kejutan untukmu.” Tutur Woohyun.
“ Mwo ige?”
“ Ta da!!!” Woohyun menunjukkan sebuah kertas undangan pernikahan yang tertera nama  ‘Nam Woohyun & Park Nara’ di sana.
“  Chagi kamu sudah mempersiapkan semuanya?”
“ Tentu saja, bisnis kedai toppokiku sukses besar dan semua itu berkat kamu. aku tahu kamu sangat sibuk jadi aku yang mempersiapkannya.”
“ Tapi kita bahkan belum bertunangan.”
“ Ah kau benar chagi, ehmm Will you marry mie?” Woohyun berlutut di hadapan Nara sambil menunjukan sebuah cincin.
“ Woohyun-a….” Nara sangat terharu dengan tindakan Woohyun terhadapnya lalu menganggukkan kepalanya beberapa kali..
“ Saranghae……..” Woohyun langsung memasangkan cincin tersebut di jari manis Nara dan langsung memeluk kekasihnya itu dengan erat.
“ Na do saranghae, keunde kapan acara pernikahan kita?”
“ Dua hari lagi…….” Tutur Woohyun sambil berlari menuju toilet.
“ Kyaaaaaa!!!!” Umpat Nara kesal.
.
.
The End……………..
Huft gaje ya ceritanya, awalnya mau dibuat baper tapi takut gak dapet feel-nya jadi ya happy ending aja deh. Kasian sana Nara dan Woohyun yang sedih mulu dari awal cerita.

Kumpulan Ff Infinite One Shoot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang