2/3

1.4K 289 7
                                    

Yoongi guru baru itu menatap muridnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Maksudnya, ia tidak paham dengan pertanyaan Jimin barusan.

"Kau ... Park Jimin dari kelas XI-E bukan?" ucapnya dengan sedikit ragu.

Sedangkan Jimin kemudian hanya tersenyum mendengar jawaban Yoongi. Iapun mengangguk sebanyak dua kali dan kembali menyeruput minumannya.

"Bagaimana hyung, apa sahabatmu sudah menghubungimu?"

"Maksudmu hyung?"

Dan berikutnya Jimin dibuat gelagapan akibat panggilan yang baru saja ia ucapkan pada gurunya itu. Dalam hatinya Jimin merutuki mulutnya yang seenaknya saja berbicara.

Dia lupa denganku! Ah sial.

"Ah maaf ssaem, aku ti-"

Namun, tiba-tiba saja ponsel Yoongi berdering. Ada sebuah panggilan dengan nama khusus, dengan segera Yoongi menerima panggilan itu.

'....'

'Aku di kafe dengan perempatan, kau di mana?'

'....'

'Baiklah, kau kirim saja lewat pesan! Cepatlah aku ingin kembali ke apartement.'

'....'

'Oke, terima kasih!'

Lalu sambungan itu selesai, Yoongi menatap dengan wajah bahagianya ke arah Jimin yang sedari tadi memerhatikannya.

Dan saat ini juga Jimin merasakan jantungnya seolah berhenti berdetak. Senyum manis Yoongi mampu membuatnya lupa bagaimana caranya bernapas untuk saat ini.

"Jimin-ie, aku sudah tahu alamat apartementku! Kau bisa mengantarkanku, kan?"

Eh tunggu ....

"Jimin-ie?" Jimin memandang heran pada gurunya itu.

Membuat Yoongi menjadi salah tingkah, ia tanpa sadar menepuk bibirnya pelan sambil mengumpat tanpa suara. Ia sendiri juga bingung mengapa bibirnya hendak memanggil Jimin seperti barusan.

Rasanya ia sudah akrab dan dekat dengan muridnya itu.

Jimin kemudian mengubah ekspresi wajahnya, ia tersenyum. Itu panggilan masa kecilnya dari orang tersayangnya. Dan Jimin merasa masa kecilnya seperti terulang kembali.

"Ya sudah, kalau begitu ayo!"

"Hmm ne."

###

Sepuluh menit kemudian akhirnya mereka tiba di depan sebuah gedung apartement yang cukup mewah. Bahkan Jimin cukup terpukau melihatnya.

Yoongi turun dari motor, tak lupa sebelum ia pergi mengucapkan terima kasih terlebih dahulu pada muridnya yang sudah sangat berbaik hati mau mengantarkannya ke apartementnya.

"Terima kasih Jim-"

"Jimin-ie! Panggil aku begitu saja dan aku memanggilmu hyung. Bagaimana?" potong Jimin cepat sambil tersenyum di dalam helmnya.

Entah kenapa senyum itu membuat Yoongi merona, kedua pipinya terasa panas dan jantungnya berdetak dengan abnormal. Iapun hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Baiklah tapi pengecualian di sekolah arra?"

"Arraseo!"

.

.

.

.

.

Wieder✔ [MINYOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang