Hayeon menggeliat malas ketika suara pip-pip menekan tombol angka kombinasi password dari pintu apartemennya terdengar dan membangunkannya dari tidurnya yang benar-benar lelap semalam. Tidak. Sebenarnya ia lebih tepat disebut hampir pingsan pasca mabuk parahnya semalam.
Hayeon membalikkan tubuhnya dari posisi tengkurapnya yang tidak berubah sejak semalam.
Ia mengucak matanya dengan kasar. Terduduk perlahan dan sedikit mengernyitkan keningnya yang masih sedikit terasa pusing. Dengan gerakan malasnya ia meraih kacamata yang ia letakkan di meja di samping ranjangnya.
Dengan masih sangat pusing ia beranjak dari ranjangnya berjalan dengan sempoyongan. Rasa penasarannya pada 'tamu' di minggu paginya mengalahkan rasa remuk di seluruh tubuhnya.
Ia ingat semalam ia benar-benar mabuk dan baru tertidur subuh tadi. Baju kantor dan kaos kakinya saja tidak sempat ia tanggalkan. Oh dan jangan lupakan make up berantakannya yang juga tidak sempat ia bersihkan.
Hayeon menegang terkejut ketika ia membuka pintu kamarnya. Benar-benar terkejut. Ia berdiri disana. Dengan angkuhnya.
Awalnya Hayeon mengira bahwa tamu minggu paginya adalah ibunya yang memang sering mengunjunginya tanpa memberitahu sebelumnya. Ia bahkan sudah menyiapkan jawaban jika ibunya ingin mengomelinya yang terlihat sedang dalam keadaan seperti orang tidak waras akibat mabuknya semalam.
Hayeon merutuk dalam hati ketika tamu minggu paginya itu mendekat ke arahnya yang masih mematung di depan kamar. Hatinya bergemuruh. Perasaannya benar-benar tidak baik baik saja. Ia juga sempat merasakan dadanya sesak.
Ia lebih baik menerima omelan ibunya di minggu paginya daripada mendapati laki-laki itu disini.
Hayeon bergerak gugup membenarkan kancing kemejanya dan menyisir dengan rambutnya yang berantakan dengan jari-jari tangannya ketika lelaki itu berdiri diam mengernyitkan dahinya tepat dihadapannya.
"Y.. Yoongi ada apa pagi-pagi kemari?"ucapnya tergagap.
Lelaki itu sedikit memundurkan kepalanya dan menekuk wajahnya, jangan lupakan jari tangannya yang sigap menutupi hidung setengah mancungnya itu. Lelaki itu menatap risih ke arah Hayeon.
"Kau mabuk?"ucapnya dengan suara seraknya yang khas.
"Eo. Eoh. Semalam aku bertemu dengan Haerim. Dan dia mengajakku minum bersama. Suasana hatinya sedang tidak baik katanya."jelas Hayeon dengan menggaruk hidungnya yang tidak gatal. Gugup. Bagaimana dia tidak gugup, jelas saja ia gugup. Ia baru saja berbohong pada Min Yoongi. Lelaki yang paling mengerti kapan Hayeon jujur dan kapan Hayeon berbohong.
Min Yoongi, lelaki itu tersenyum meremehkan dan sedikit mengangguk mendengar penjelasan wanita di hadapannya.
"Baiklah." Ujarnya santai.
"Ah, aku kemari hanya ingin mengambil kaus hitamku yang tertinggal. Aku sudah mencarinya, kupikir pasti tertinggal."lanjutnya.
"Ah. Kaus itu. Ya. Aku sudah mencucinya. Sebentar aku ambil."jawab Hayeon cepat. Dengan cepat pula ia melesat masuk ke dalam kamarnya mengambil kaus hitam dalam tumpukan baju di dalam lemarinya meninggalkan lelaki itu sendirian.
Hayeon melihat lelaki itu sedang berdiri bersandar pada dinding ruang tamu sembari fokus pada ponselnya ketika Hayeon kembali.
Hayeon sedikit berdeham untuk menyadarkan lelaki itu bahwa dia sudah berada disana.
Lelaki itu mendongak menatap sebentar ke arah Hayeon dan memasukkan ponselnya pada saku celananya.
"Ini." Ucap Hayeon sembari menyodorkan tas kertas berisi kaus hitam lelaki itu. Yoongi segera meraih tas tersebut.