Sender: Kita ketemu di tempat biasa. Love You.Me: Oke. Love you too.
Aku tersenyum membaca pesannya. Singkat, padat dan aku menyukainya. Khas lelakiku.
Aku tersenyum ringan menyusuri gang kecil ini. Tak banyak yang tahu bahwa di ujung gang kecil ini terdapat kafe mungil yang menenangkan. Mungkin karena jauh dari jalan raya sehingga kafe ini jarang pengunjung, hanya pelanggan tetap saja yang selalu aku temui setiap berkunjung ke kafe itu.
Hana Cafe
Aku berhenti tepat di depan rumah mungil dengan sedikit taman di depannya yang disulap menjadi sebuah kafe. Ya kafe favoritku. Sebenarnya, alasanku menyukai kafe ini bukan hanya karena tempatnya yang nyaman dan tenang, tapi karena namanya juga mirip namaku. Hana. Kim Hana. Haha.
Sedikit merapikan rambutku, perlahan aku membuka pintu kafe tersebut. Aroma cokelat yang terasa hangat tercium kuat olehku.
"Selamat datang."
Aku menoleh, nyonya Hana -pemilik kafe- tersenyum menyapaku dari balik meja kasir. Aku tersenyum membalas. Tanpa perlu menjelajahkan mataku ke seluruh kafe, aku sudah berhasil menemukannya. Dia duduk di samping jendela, meja nomor 2 dari ujung. Aku berjalan mendekat, ia seperti belum menyadariku, ia masih asyik dengan ponsel-nya. Dalam jarak 1 meter aku dapat melihat secangkir kopi hitam dengan asap putih yang masih mengepul tepat di depannya. Sudah pasti, dia si penggila kopi hitam. Dia menoleh ke arahku, aku tersenyum tipis, dia tetap diam.
Aku melewati mejanya, memilih meja paling ujung. Aku memilih kursi yang berada tepat di belakangnya. Kami duduk saling membelakangi, hanya berjarak 20 cm. Dia memundurkan sedikit kursinya, berusaha mendekatkan duduknya denganku. Sandaran belakang kursiku benar-benar menempel dengan miliknya.
"Bagaimana kabarmu Hana?"ucapnya membuka percakapan.
"Kau bukan tipe yang suka berbasa-basi Min Yoongi." Ucapku lirih. Dia terkekeh pelan.
"Kau selalu cantik."
"Kau selalu brengsek."
"Hahaha. Kau tidak pernah berubah Kim Hana."
Aku tersenyum tipis,"Aku sudah banyak berubah Min Yoongi."
"Benarkah?"ujarnya sarkasme. Aku hanya menggidikkan pundakku.
Seorang pelayan berjalan ke arahku. Gadis itu menyodorkan sebuah buku menu ke arahku.
"Milkshake strawberry." Ucap Yoongi sedikit berbisik. Aku hanya tersenyum. Aku menulis pesananku, gadis pelayan itu segera berlalu.
"Pyong pyong, tetap hidup. Sepertinya dia tahu kau pasti datang kesini lagi."bisik pria itu lagi.
Aku melirik ke arah jendela yang berada tepat di samping kami. Aku sudah pernah bilang kan bahwa tempat ini benar-benar nyaman. Ya, salah satunya pot-pot kecil yang berjajar rapi di atas jendela kayu itu. Pandanganku jatuh pada pot kecil berisikan kaktus mungil itu. Kaktus itu tidak pernah berubah sejak pertama kali aku kesini. Bentuknya yang bulat dan mungil tetap terjaga sampai saat ini.
Flashback
"Bentuknya lucu ya?" ucapku manja memandangi kaktus imut di samping jendela itu.
"Iya. Mirip denganmu lho. Bulat dan pendek."godanya.
Sedikit geli mendengar komentarnya, aku menahan tawa dan sedikit memanyunkan bibirku, berpura-pura merajuk.
"Hahaha." tawanya sembari mengacak pelan rambutku. Aku ikut tertawa bersamanya.
"Mulai hari ini namanya, Pyong-pyong."ujarku.
"Apa? Siapa?" tanyanya.
"Ini kaktus ini."jawabku singkat.
"Hei, kaktus itu bukan punya kamu gendut."debatnya.
"Aku tidak peduli." Ujarku acuh.
"Mulai sekarang kau harus sehat terus ya pyong-pyong imut." Lanjutku. Dia hanya terkekeh geli.
Flashback end
Aku sedikit mengangguk mengingat ucapan Yoongi tadi.
Benar saja, sejak pertama kali aku kesini hanya 'pyong-pyong' -kaktus imut- yang masih hidup. Tanaman-tanaman lainnya sudah berganti dengan tanaman lainnya.
Dari kejauhan, gadis pelayan tadi menghampiriku.
"Satu kopi hitam." Ujar gadis pelayan itu menyadarkanku.
Aku merasakan kursi di belakangku bergerak kasar. Aku dapat marasakan dia berbalik ke arahku. Aku pun menoleh. Aku mendapati Yoongi menatapku kaget, alisnya saling bertaut.
"Kau memesan kopi hitam?" ucapnya tak percaya.
Aku tersenyum, berbalik dan mulai menyesap kopi hitamku.
"Sesuatu telah berubah Min Yoongi. Karena seseorang aku mulai menyukai kopi hitam."
Dia tidak menjawab lagi. Kami terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Selamat datang" seru nyonya Hana menyadarkanku. Aku menoleh cepat. Seorang laki-laki tersenyum tipis padaku. Aku tersenyum cepat membalasnya.
"Dia orang yang membuatku menyukai kopi hitam Yoon." Ucapku berbisik, tapi aku yakin Yoongi masih mendengarnya.
"Selamat datang." Ucap nyonya Hana lagi. Seorang gadis, masuk tepat dibelakang lelakiku.
"Yoongi Oppa!!"seru gadis itu dengan ceria.
"Dia yang membantuku melupakanmu Kim Hana." Bisik Yoongi. Aku bisa mendengarnya. Sangat jelas.
Aku berdiri menyambut lelakiku. Dia memelukku lembut. Dapat aku lihat, gadis ceria itu duduk tepat di depan Yoongi.
"Maaf membuatmu menunggumu lama sayang. Mr. Park mulai berulah."ucapnya setelah melepasku.
Aku tersenyum menggeleng, "Aku akan selalu bisa menunggumu oppa."
"Aku lapar, kita makan di tempat lain ya. Aku mau sesuatu yang mengenyangkan."keluhnya. Aku mengangguk menyetujui.
Dia menggenggam tanganku dan menarikku perlahan, aku berjalan mengikutinya. Bisa kulihat dari ujung mataku, Min Yoongi tertawa renyah bersama gadis tadi. Aku tersenyum tipis. Bye Yoongi.
Under the same sky, at the same time and the same place.
Once we bumped into each other.
We were just too young.
We didn't know about love.
For that beautiful memories, lets say Good bye.
Good bye my first love.
.
.
Ponselku bergetar, menandakan pesan masuk.
Yoongi: Hai Kim Hana, iniYoongi (sekedar informasi jika kau sudah hapus nomorku). Terima kasih untuk nostalgia singkatnya. Minggu depan aku menikah. Undanganmu nanti aku titipkan ke Sowon ya. Bye Hana. Jangan lupa Bahagia.
Hana: Hai Yoon (Sekedar informasi aku tidak pernah menghapus nomormu). Hari ini aku berterima kasih bukan untuk nostalgia kita tapi aku berterima kasih melihat kau bahagia. Merasa berharga, diingat oleh cowok terpopuler di sekolah. Hihihi. Oke. Aku pasti akan datang ke pernikahanmu. Kau juga jangan lupa bahagia. Bye Yoongi.
FIN