Bab 1 Yang Sebenarnya

625 25 66
                                    

"Lenoy... Lo bisa cepetan nggak sih!" Gedoran dipintu terdengar semakin menggila. Atau aku yang semakin gila? Ah entahlah. Yang pasti dua menit lagi aku tidak membuka pintu itu, maka pintu didepanku ini akan hancur mengenaskan.

Aku membuka pintu kamar mandi yang langsung disambut tatapan dari mata indah Kak Winnie yang seolah siap mengulitiku.

"Lo tidur apa semedi sih didalem? Lama!" Aku hanya mengendikkan kedua bahuku acuh lalu melenggang pergi dari kamar mandi.

Bummmm....

Aku menjengit kaget. Ah Mak-mak satu itu emang paling tidak bisa pelan. Pintu... Sepertinya umurmu tidak akan lama lagi.

Lagi-lagi aku dikagetkan oleh manusia kutil yang tidak berperasaan seenaknya saja masuk kamarku--eh kamar dia juga sih tanpa mengetuk pintu. Aku yang tersadar saat ini hanya mengenakan bra langsung menutup area terlarangku dengan handuk. Bisa saja kan Riska tersepona dengan apa yang aku miliki. Secara punyaku kan lebih menonjol dari punya dia. Iya menonjol... Dari mulai payudara, perut, paha... Semuanya penuh tonjolan.

"Noy..."

"Hm..."

"Noy..."

"Hm..."

"Noy..."

"Apaan sih Ris, bicik tau nggak!" Ucapku dengan kesal.

"Gue galau."

"Ahelah Ris, bukannya tiap hari lo selalu galau. Tukang bakso keliling juga lo galauin." Aku mendengus kesal. Riska hanya meringis mendengar ucapanku.

"Kali ini beda Len. Lo tau Iwan kan? Anak fakultas ekonomi yang dulu pernah KKL bareng kita. Dia kan dari Senin lalu bbm gue, nah kita tuh udah makin dekat gitu Len, udah cerita-cerita masalah keluarga juga. Tapi masa barusan gue liat dia jalan ama anak hukum Len. Lo bayangin nggak jadi gue? Untung aja kelas hari ini kosong. Jadilah gue balik duluan. Sakit Len. Disaat gue nganggap dia itu serius ke gue taunya dia main-main aja Len." Riska menceritakannya dengan semangat menggebu. Dia sedang patah hati atau sedang pidato sih sebenernya.

"Udah?" Tanyaku yang sudah diam sambil menatapku dengan wajah teraniaya.

"Belum... Udah gitu nih ya Len, masa bla...bla...bla..." Dan aku sudah tidak lagi mendengar apa yang Riska ceritakan. Aku yang sudah selesai memakai baju dan mengenakan pelembab wajah juga handbody melangkah keluar kamar diikuti dengan Riska yang berjalan dibelakangku masih dengan curhatan seputar Iwan. Oke... Tema hari ini dan beberapa hari kedepan adalah IWAN.

"Makan apa Kak?" Tanyaku pada Nova. Orang tua ketiga dirumah ini. Oh iya aku lupa berkenalan dengan kalian.

Rumah ini terdiri dari tiga kamar yang masing-masing kamarnya dihuni oleh dua orang anak manusia. Yang paling tua disini adalah sang pemilik rumah yang dengan sangat murah hati mengijinkan kami tinggal dirumahnya tanpa biaya sewa. Beliau sudah menampung kami disini selama satu tahun. Kurang lebih sih. Namanya Winnie. Iya... Kak Winnie yang tadi gedor-gedor pintu kamar mandi. Orangnya... Ah aku tidak bisa menggambarkan seperti apa seorang Winnie itu. Tapi nanti akan kuceritakan kok pasti. Jadi kalian nilai sendiri saja ya... Dia tidak sekalem yang kalian pikirkan.

Yang kedua adalah Rini. Kak Rini adalah seorang apoteker. Tapi aku tidak yakin dia benar-benar bersih sebagai apoteker. Satu hal yang masih mengganjal dihatiku dan otakku, bahwa kak Rini adalah seorang mafia. Aku sedang menyelidikinya, jadi nanti akan aku ceritakan kepada kalian hasil penyelidikanku. Satu hal yang pasti jangan pernah buat masalah dengan dia atau orang-orang yang dia sayang. Karena dia tidak akan mentolerir kesalahan sedikitpun jika itu menyangkut orang-orangnya. Kayaknya sih aku termasuk. Jadi jangan macam-macam denganku atau kak Rini yang akan maju. 😎😎

Ketiga adalah Kak Nova. Atau Kakak Jomblo. Entahlah aku suka sekali menggodanya dengan panggilan itu. Kak Nova adalah seorang guru matematika dan... Jomblo. Tentu saja. Kata itu sudah melekat dengan nama Nova. Dia... Baik. Tentu aja baik, kalau nggak baik dia nggak akan sering dimanfaatkan. Kasiannya kakakku yang satu ini.

Keempat adalah Kak Nita. Dia adalah bidan. Kalau ada yang mau konsultasi masalah seputar kandungan bisa hubungi dia. Atau kalau mau menggugurkan kandungan juga bisa, tapi kayaknya dia nggak bakal mau. Kak Nita orang yang bersih (dia rajin mandi) jadi untuk masalah gugur menggugur aku yakin dia pasti akan nolak. Dia adalah teman curhat dan pemberi solusi yang baik dan bijak.

Yang kelima, yang paling cerewet diantara semuanya adalah Riska. Dia mahasiswa tingkat akhir yang tidak berakhir-berakhir. Iyalah tidak berakhir, dia lebih mentingin kerja daripada kuliahnya. Dan dia yang paling suka baper diantara kita berenam. Hatinya lembut selembut kapas. Dan jangan lupakan kebiasaanya yang kayak bayi. Dikit-dikit nangis dan dikit-dikit ngantuk.

Yang terakhir dan paling bontot tentunya aku. Namaku Laudya Chintya Bella. Pada kenal kan ya? Tapi biasa dipanggil Lena. Aku seumuran dengan Riska. Dan... Aku sudah lulus... Dan sekarang sedang terlunta-lunta mencari pekerjaan. Lulus skripsi belum tentu lulus ujian hidup. Just graduation not the end...

Bagaimana orang beda generasi (menyamarkan kata umur, jadi aku ganti dengan generasi) beda profesi, tapi memiliki kepribadian yang hampir sama bisa bertemu dan tinggal satu atap? Jawabannya adalah TAKDIR. Tuhan itu baik. Nyatanya Tuhan mempertemukan aku dengan kak Winnie yang begitu baik mau menampung kami para Tuna Wisma yang merangkap dengan Tunasmara. Memberikan kami tempat tinggal, memberikan kami makanan, dan memberikan kami novel gratis untuk dibaca.

Kembali kemasa sekarang. Riska masih belum selesai menceritakan tentang Iwan bahkan setelah aku selesai makan makanan Kak Nova yang aku sabotase.

"Udah lupain aja si Iwan. Cari yang lain" ucapku pada akhirnya.

"Iya... Aku teh mau lupain si Iwan."

Selesai. Masalah Iwan ditutup. Dan Riska dengan santainya mengambil beberapa camilan didalam kulkas lalu melenggang masuk kedalam kamar seolah dia tidak pernah galau beberapa saat yang lalu. Ajaib memang.





*****

Hahaha apa ini?

Ini cuma bentuk pelampiasan dari otakku yang sedang buntu.

Iya buntu... Kakak keduaku kayaknya marah... Kayaknya... Semoga aja nggak kayak.

I'm Sorry kakak keduaku. Aku tau kamu tidak setidak apa apa seperti yang kamu bilang.

Udah ah segitu aja... Semoga ada next part (kalau nggak males) dan next part mungkin cerita tentang ibuk Winnie... Bye bye

(Fake) Friend ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang