Pemilihan ketua dan wakil ketua osis pun telah berlangsung. Kak Doni dan Rasya yang terpilih menjadi menjadi ketua dan wakil ketua osis SMA Pekerti Utama periode setahun kedepan.
Sejak saat itu Rasya menjadi lebih terkenal. Ketenarannya seperti ketenaran kak Doni yang sangat disukai Uli. Tentu saja banyak perempuan yang juga menyukainya seperti aku. Berbeda dengan aku yang tidak bisa mengekspresikan rasa itu apalagi mengungkapkannya, mereka lebih percaya diri memperkenalkan diri mereka kepada Rasya,
"Hei Rasya boleh kenalan? kenalkan nama saya Clara"....
Atau menyuruh teman mereka yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi menyampaikan salam terselubung kepada Rasya,
"Rasya... Kamu dapat salam dari Aura"...
Sedangkan aku masih betah untuk menyembunyikan perasaan itu dalam-dalam karena takut mengganggunya menjalankan tugas sebagai wakil kak Doni. Stupid! Entah apa yang aku pikirkan, seolah-olah aku penting baginya. Bahkan dia tidak mengenalku sama sekali.
"Uli, ayo buruan jalannya yang cepet!!!" ujarku saat melihat Rasya beberapa meter ada di depanku di jam istirahat sekolah.
"Santai aja kali Rasty jalannya, emangnya mau kemana buru-buru?" tanya Rasty keheranan
"Ayo ah biar cepet sampai kantin" kataku mencari alasan
"Eh... Tunggu. Itu ada Rasya, biasanya kalo ada Rasya ada kak Doni"
"Uli, please!!!" ucapku yang langsung menarik tangan Uli menjauhi Rasya.
Jangankan untuk berbicara dengannya, berpapasan dengannya saja membuatku salah tingkah. Terkadang aku mempercepat langkahku agar bisa segera melaluinya, sambil menundukan kepala tanpa melihat kearahnya. Jika Dia sudah memunggungiku, baru aku menghentikan langkahku untuk sejenak melihat siluetnya dari belakang. Di saat itulah aku tersenyum merasakan kepuasan batin yang mungkin tidak dimengerti orang lain. Entah apa yang dia lakukan jika tau mempunyai penggemar rahasia yang aneh seperti aku.
*****
"Untuk tugas b. Inggris kerjakan perkelompok, satu kelompok terdiri dari 2 orang..." perintah pak Aji, guru bahasa inggris kami.
"Rasty, kita sekelompok" ajak Uli, aku pun mengangguk mengiyakan ajakan Uli
"Tapi.... Kelompoknya saya yang pilihkan!" lanjut pak Aji
"Ya bapak... pilih sendiri aja sih!" ucap Uli agak sedikit meninggikan suaranya memprotes keinginan pak Aji.
"Tidak bisa, karena kalau kalian pilih partner kalian sendiri. Kalian ga bisa belajar berpartner dengan teman yang lain dan sebagai pembelajaran bagaimana memperluas relasi yang baik dengan teman sekelas" ucap pak Aji
Uli menggerutu
"Dasar bapak rempong" ucapnya sedikit berbisik
Aku kembali tidak bisa mengeluarkan kata lain pada Uli yang nampak kesal selain tersenyum dan sedikit mengusap bahunya.
Pak Aji pun memilihkan partner untuk kami dan ternyata aku berpartner dengan Anita. Teman yang duduknya dua baris di depan tempat dudukku dan Uli. Gadis cantik itu melambaikan tangannya padaku saat nama kami disebut oleh pak Aji akan berpartner.
"Hai Rasty, kita akan berpartner nanti" ucap Anita menghadapku dari tempat duduknya yang ada di depan
"Oke Anita, nanti kita akan diskusi bersama" balasku yang dijawab dengan acungan jempolnya.
Setelah berdiskusi, akhirnya kami setuju untuk mengerjakan tugas di rumah Anita. Keesokan harinya setelah pulang sekolah langsung menuju rumah Anita dengan menumpang mobilnya. Ini benar-benar sangat menyenangkan, yang biasanya aku pulang berpanas-panasan dengan naik angkot tapi kali ini aku mendapat tumpangan mobil mewah dan disupiri supir pribadi pula.
YOU ARE READING
Dear Friend, Good Bye
Teen FictionIni kisah tentang Cinta terpendam. Kisah tentang harapan dan penantian panjang. Kisah tentang manusia yang tidak mampu untuk mengungkapkan. Ini kisah tentangku, Rasty.