Lagi-lagi setengah jam setelah jam pertama kelasku kosong, mungkin pak Budi masih sakit sehingga beliau belum bisa hadir di sekolah. Seperti biasa kelas sangat riuh jika tidak ada Guru, semua anak kelasku bebas melakukan aktivitasnya masing-masing.
"Woi-woi pak Anwar dateng" tiba-tiba salah satu teman kelasku heboh berteriak setelah melihat pak Anwar (guru bp) yang terlihat akan masuk ke kelas kami. Dia pun segera memberitahu anak-anak lain dikelas untuk mengambil posisi duduknya setelah melihat pak Anwar 20 meter dari kelas kami dan benar tidak berapa lama pak Anwar, pun datang ke kelas.
"Assalamualaikum" sapa pak Anwar pada kami yang sudah teratur duduk di bangku kami masing-masing.
"Walaikumsalam pak" jawab kami anak kelas
"Ribut sekali ya kelas ini! Hari ini pak Budi masih belum bisa masuk sekolah, tapi pak Budi memberikan kalian tugas yang ada di buku paket di halaman 90. Nanti tolong ketua kelas meminjam buku paket di perpustakaan" ucap pak Anwar
"Ketua kelas sedang tidak masuk pak" ujar salah satu teman kelasku
"Oke wakilnya siapa?" lanjut pak Anwar
"Saya pak" ucapku sambil mengacungkan tangan
"Oh Rasty, nanti tolong ambil 20 buku paket ya di perpustakaan. Ajak satu temanmu untuk membantu membawakan buku" perintah pak Anwar padaku
"Baik pak" jawabku, aku melirik Uli yang sudah sumringah karena percaya diri aku akan mengajaknya ke perpustakaan.
"Uli ayo temani aku!" ajakku
"Oke... " Uli senang begitu keinginannya agar aku mengajaknya terwujud.
"Huaaaaa bahagia sekali bisa keluar kelas walau sebentar. Eh ada kak Doni nggak yak, siapa tau nggak sengaja ketemu haha. Semoga kak Doni juga sedang ada di perpus" ucap Uli
"Dasar memang kamunya aja cari kesempatan" balasku
Setelah kami berjalan di lorong-lorong kelas. Akhirnya kami sampai di depan pintu perpustakaan yang memiliki pintu kaca yang hanya bisa dilihat orang dari dalam saja. Sedangkan orang yang berada di luar tidak bisa melihat kedalam perpustakaan. Aku sempat berhenti untuk bersenda gurau dengan Uli di depan pintu perpustakaan sebelum akhirnya aku mendorong pintu itu dan...
Deg... Rasya...
Aku melihat Rasya ada di dalam bersama dengan temannya seperti sedang menunggu. Uli pun terkejut saat melihat Rasya juga ada di perpustakaan. Uli menyeriangi seperti kuda melihatku nampak dibuat salah tingkah dengan adanya Rasya juga disana. Rasya dan temannya memperhatikan tingkah kami dari kejauhan, yang membuat aku makin salah tingkah."Ehem... Rasty biasa aja" ledek Uli
"Aku yang berdoa, malah kamu yang dikabulkan" lanjut Uli yang belum puas meledekku."Ssstttt... Uli... Jangan berisik" ucapku berbisik.
Secepat mungkin aku berjalan dan menghilang di balik rak-rak buku yang berjajar untuk menghindari pandangan Rasya, menuju rak tempat penyimpanan buku yang akan kami pinjam. Sedangkan Uli berjalan dibelakangku dengan santai masih sesekali menggodaku.
"Rasty kamu cepat sekali jalannya, kamu nggak kepengen lihat pemandangan Indah" ujar Uli
"Sssttt dilarang berisik di perpustakaan" ucapku menirukan kalimat yang biasa di ucapkan pak Joko (bapak penjaga perpustakaan) jika ada siswa yang berisik di perpustakaan.
"Hahaha lama-lama kamu mirip pak Joko, rasty *plak" ujar Uli menepuk pundakku dengan sangat kencang.
"Awww, sakit! Cepat ambil bukunya, kita harus segera kembali ke kelas Uli"
YOU ARE READING
Dear Friend, Good Bye
Fiksi RemajaIni kisah tentang Cinta terpendam. Kisah tentang harapan dan penantian panjang. Kisah tentang manusia yang tidak mampu untuk mengungkapkan. Ini kisah tentangku, Rasty.