true feelings

49 8 0
                                    

"Setelah 10 tahun ninggalin gua.", lanjutnya.

"Hah? Emang ada apa?", tanya Gita penasaran. Gita memang ingin sekali mendengar langsung dari Darra.

"Kejadiannya pas gua masih di Australia. Gua sekeluarga lagi pergi liburan bareng keluarga sahabat gua, tapi papa gak ikut karna lebih milih kerjaannya. Gua ngalamin kecelakaan diperjalanan. Gua gak terlalu inget kejadiannya gimana, tapi seinget gua, waktu udah di rumah sakit, gua maksa buat ngeliat kondisi kakak yang waktu itu gua liat cukup parah, padahal gua masih belom pulih total. Gua ngeliat kakak gua tiduran di dalam kamar rumah sakit, sambil nangis teriak teriakan. Saat itu juga gua nanya kondisi mama, gua ngerengek pengen liat mama, tapi suster cuma bilang baik-baik aja. Papa yang ngeliat, cuma bisa diem dan meluk gua", tiba-tiba Darra terdiam.

Gita yang serius mendengarkan cerita Darra akhirnya sadar, bahwa Darra seperti memaksakan dirinya untuk bercerita masalah ini. Namun Darra tetap melanjutkan ceritanya.

"Sampai akhirnya, gua gak tau gimana caranya bisa udah ada di Indonesia. Cuma ada papa dan paman waktu itu. Dan ternyata, papa bilang kalo mama dan sahabat gua sekeluarga meninggal. Gua langsung nyari kakak gua saat itu, tapi papa bilang kalo dia masih butuh perawatan dan gua ga dibolehin ketemu. Gua berusaha buat minta ketemu sama kakak, tapi gak pernah bisa. Sampai sekarang gua baru ketemu dia." Darra menunduk dan mencoba buat menahan air matanya.

Gita yang saat itu mendengar cerita Darra, hanya bisa terdiam dan mencoba untuk menenangkan Darra. Dia merasa bersalah karena menanyakan hal yang akhirnya membuat Darra mengingat masa lalunya. Darra hanya menunduk terdiam tanpa sadar meneteskan air matanya.

"I'm so sorry." Gita menguatkan Darra dengan memegang tangannya.

****

Darra sampai di basement apartemennya pukul 20.00 WIB. Selama bersama Gita, Darra hanya dibikin tertawa dengan tingkah Gita yang tidak membosankan. Setelah kejadian yang mengecewakan itu terjadi di sekolahnya yang dulu, Darra bisa tertawa lagi hanya dengan bertemu Gita.

Sesudah membuka kode pintu apartemennya dia menaruh tas nya di sofa, dia sangat ingin beristirahat sebentar, namun tertunda dengan kehadiran seseorang yang membuatnya tidak kaget lagi.

"Lu ngapain kesini lagi?" ketusnya.

"Gua cuma mau ngecek lu aja, lu sering pulang jam segini?" tanya orang itu.

"Jarang, tadi habis main. Udah lah vid, gua mau tidur", jawab Darra lelah.

"Bisa gak sih lu panggil gua 'kak'?", David mencoba memegang tangan Darra, menahan Darra yang ingin ke kamarnya.

"Gua maunya panggil 'David'. Gua gak punya kakak yang bisa setega itu ninggalin adeknya selama bertahun-tahun.", jawab Darra dengan penekanan.

Lalu Darra melepas tangan David agak kasar, dan pergi kekamarnya untuk beristirahat. Darra hanya capek karena kemarin semalaman hanya nangis dan seharian ini tidak konsen dengan kegiatan di sekolah.

****

Darra mengucek-ngucek mata nya, terasa risih juga dengan sinar matahari yang masuk melalui celah gordyn yang sedikit terbuka. Darra pergi ke toilet untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Darra bangun pagi seperti biasanya, padahal di sekolah barunya, hari sabtu adalah hari libur. Mungkin terbiasa dengan sekolah lamanya.

Setelah itu, Darra keluar dari kamarnya. Tiba-tiba Darra membuka matanya lebar, memastikan apa yang dilihatnya memang benar.

"Lu ngapain disini  pagi-pagi sih?", tanyanya dengan nada tinggi.

"Gua semaleman tidur disini.", sambil menyiapkan segelas susu di meja makan.

"Gua tidur di kamar satunya, daripada kosong. Cepetan sarapan.", lanjutnya sambil menarik kursi untuk Darra.

FAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang