Gapapa muka lo jutek, yang penting hati lo jangan.
***
"Yes! Sepuluh Ipa 3!"
Sorakku girang ditengah desakan siswa-siswa yang berusaha melihat isi mading dan mencari penempatan kelas untuk masing-masing diri. Aku masuk di kelas sepuluh ipa 3. Dari awal, aku memang sangat berminat ipa. Walaupun aku tak memiliki kelebihan khusus dalam pelajaran di bidang ipa seperti kimia, biologi ataupun fisika. Tetapi yang perlu diketahui bahwa segala sesuatu yang terlihat sulit akan mudah setelah dipelajari dan dipahami.
Berbekal kemampuan pribadi ku, aku yakin bisa belajar maksimal dijurusan ku nanti. Apalagi menjadi anak ipa lebih memudahkan nanti nya setelah masuk perguruan tinggi. Tetapi bukan berarti di ips itu sulit. Sebenar nya sama saja, tergantung bagaimana setiap orang menjalani nya.
Aku berusaha keluar dari keramaian itu. Pengap, sesak, dan panas. Segera aku duduk di kursi yang ada dikoridor tak jauh dari mading. Aku meminum air mineral yang telah Bunda siapkan dari rumah. Usaha ku mengikuti tes tak sia-sia. Walaupun aku tak yakin sepenuh nya tetapi akhir nya aku bisa.
Aku mengambil earphone dan memasang nya ke kedua telinga ku. Aku mengecilkan volume musik agar saat ada orang yang berbicara, aku bisa mendengar.
Sebuah lagu yang dinyanyikan James Arthur mulai mengalun ditelinga ku, terasa menenangkan. Membawa ku terbuai kedalam nya. Aku mulai ikut bernyanyi walaupun hanya dengan lantunan pelan. Lama kelamaan aku ikut bernyanyi dengan lirik yang utuh, meskipun masih dengan suara yang dikecilkan.Kurasakan ada seseorang yang duduk disebelahku, berhubung disebelah ku kosong. Aku melirik sekilas, seorang lelaki yang tampak terengah-engah seperti habis berlari. Aku tak ambil pusing, aku kembali hanyut kedalam lagu yang kudengarkan.
Saat lagu hanya terdengar musik nya tanpa ada yang bernyanyi, samar-samar aku dengar orang disebelahku berbicara. Tetapi aku tak tau ia berbicara dengan siapa. Ah, mungkin hanya perasaan ku saja. Lagi-lagi aku mengabaikan nya.
Namun setelah itu, samar-samar ku dengar lagi seperti orang yang sedang berbicara. Aku menoleh kearah nya dan mendapati ia sedang tersenyum melihat ku. Aku mengerutkan kedua alis dan melepaskan salah satu earphone dari telinga.
"Maaf, ada apa ya?" ku tanya kepadanya berhubung aku bingung ada maksud apa senyuman yang ia berikan tadi.
Ia menggaruk tengkuk nya, terlihat sedang kebingungan mau ngomong apa. "Emm, suara lo bagus." katanya gugup.
Suaraku bagus? Rasanya dari tadi aku tidak bernyanyi seutuh nya. Hanya bernyanyi kecil dan bersenandung. Tapi mungkin tadi aku ada bernyanyi sekilas tanpa aku sadari.
"Makasih ya." akhirnya ku ucapkan sambil tersenyum. Dan aku kembali melihat daftar lagu yang akan aku dengarkan.
"Lo anak baru?" ia berbicara lagi, dan kali ini jelas bahwa pembicaraan nya tertuju ke aku.
"Kenapa?" aku bertanya balik karena aku mendengarkan nya tidak jelas.
"Lo anak baru?" tanya nya, aku mematikan lagu yang sedang aku dengar biar bisa mendengarkan lelaki itu dengan jelas.
"Oh iya, gue anak baru disini." kata ku sambil tersenyum.
Ia pun mengulurkan tangan, "Kenalin, gue Ragil."
Aku membalas uluran tangan nya, "Gue Talitha."
"Talitha anastasya?" ia bertanya nama panjang ku. Dahi ku berkerut, bingung tau darimana ia nama panjang ku.
"Iya, bener. kok tau?" tanya ku.
"Sepuluh ipa 3 ya? Gue ngeliat nama lo tadi didaftar siswa." kata nya menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Guardian
Novela JuvenilNama ku Giardin. Tapi khusus untuk dia, aku menjelma menjadi seorang Guardian. Ya, seorang pelindung. Kasi tau keseluruh kaum adam dibumi, jangan berani ngeganggu dia kalo besok nya masih mau liat matahari. - Giardin