Kehilangannya seperti rasa sebuah warna biru yang tak pernah ku ketahui, merindukannya seperti gelapnya warna kelabu kelam, dan melupakannya seperti bertemu dengan seseorang yang tak pernah kutemui.
But loving him was RedTaylor swift-Red
Suara adzan subuh berkumandang, lelaki itu mengeratkan kembali selimut yang membungkus tubuhnya dari dinginnya suhu pendingin ruangan di dalam kamar. Lelaki itu, Faris Haqif Maulana, masih tertidur lelap sebelum adzan subuh membangunkannya.
Faris sedikit bergumam, mungkin meminta waktu lebih untuk tidur kembali di pagi hari itu. Tapi tidak bisa, waktu memaksanya untuk segera bangun dan beraktifitas. Ia menguap, mengerjapkan matanya berkali-kali. Tangannya menggerayangi permukaan ranjang yang menjadi tempat beristirahat. Ia mencari sesuatu, sebuah benda kotak ajaib yang bisa membuatnya tersenyum, kesal atau bahkan marah seketika. Apalagi kalau bukan ponsel pintar kesayangannya. Setelah menemukan benda itu, Faris langsung membuka salah satu aplikasi chat yang akhir-akhir ini menjadi aplikasi favoritnya.
-good morning mas.....-
-bangun, jangan lupa sholat subuh😘😘-
-i love You 😘😘-
Faris tersenyum, membaca rentetan pesan yang masuk di ponsel pintarnya itu. Tak lama jemarinya dengan lincah mengetikkan beberapa pesan di layar ponselnya.
-iya, by, mas sudah bangun 😘😘😘-
Ponselnya kembali bergetar,
-pinter, sholat dulu gih-
Faris tersenyum sembari melempar kembali ponselnya ke ranjang. Ia berjalan menuju kamar mandi, mencuci muka, menggosok gigi dan mengambil air wudlu.
Setelah selesai beribadah, Faris kembali mengecek ponselnya. Ia kembali membuka pesan dari kekasihnya itu.
-by, mas udah kelar nih... 😘😘😘-
Tak lama pesan balasan masuk ke ponsel Faris.
-pinter, mmmaasss...... Han, mau mandi dulu, siap-siap kuliah ya... -
-mas jangan lupa sarapan-
Faris kembali tersenyum membaca pesan yang masuk di ponselnya, entahlah Faris tidak pernah bosan dengan semua pesan yang dikirim kekasihnya setiap pagi itu meskipun dengan ucapan yang sama.
-iya gih by, mas juga mau siap-siap buat berangkat kerja. Love you...-
Faris benar-benar merasa bahagia. Ia ingat bagaimana dulu saat pertama kali ia bertemu dengan kekasihnya, ah... bukan bertemu, tapi menemukan. Karena Faris bertemu dengan kekasihnya melalui media sosial.
Namanya Hansa Frananda Loki. Ia berstatus sebagai seorang mahasiswa di sebuah Universitas di Makassar. Usianya sekarang menginjak 20 tahun. Dia sedang menyelesaikan tugas skripsinya.
Dan rencana Faris adalah mengajak Hansa untuk tinggal bersamanya. Membawa Hansa hijrah ke Jakarta, belum lama ini Faris membeli sebuah apartemen dari hasil kerja kerasnya, ia sudah merencanakan ini sejak saat bulan ke tiga ia menjalin hubungan dengan Hansa. Faris merasakan sesuatu yang berbeda, Hansa benar-benar mampu memahami Faris, meski Faris tahu hubungannya dengan Hansa tidak akan mungkin bersatu hingga ke jenjang pernikahan. Mereka berdua berbeda keyakinan, dan tentu yang terpenting adalah mereka berdua sama-sama laki-laki. Tapi Faris mengesampingkan itu semua, sekarang ia hanya ingin menikmati apa yang membuatnya bahagia. Tanpa harus menghawatirkan hal yang entah kapan akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Time We Were In Love
General FictionMPREG series.... penasaran? BACA!!!!! Jadi readers yang pinter yah, kalo gak suka cerita homoseksual gak usah digubris, gak usah diurus skip aja. Jangan di komen yang ini itu tetek bengek segala macem.