When I look in your eyes
I forget all about What hurts,
Now i'm floating so high,
I blossom and dieMiracles- Coldplay
#TeamVoteDuluBaruBacaManaSuaranya???
Gerimis masih membasahi malam di kota Jakarta. Faris dan Hansa sudah bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Faris. Hansa gugup, Hansa rasanya ingin kembali lagi ke apartemen. Selama perjalanan dari apartemen ke tempat parkir mobil, Hansa tak henti-hentinya menggrutu.
Faris tersenyum, lalu menggandeng Hansa.
Dia mencoba menenangkan Hansa."Kamu itu kenapa?"
Faris bertanya saat memasuki lift apartemen. Kini mereka berdua sudah berada di dalam lift.
Hansa melepas gandengan Faris, lalu sedikit mejauh dari samping Faris. "Enggak apa-apa." Hansa sedang mencoba jual mahal. Hansa masih ingat kejadian tadi sore.
Faris mendekati Hansa, Hansa menjauh. Faris maju selangkah lagi, dan Hansa dengan sigap menjauh lagi. Begitu seterusnya sampai tubuh Hansa tersudut pada dinding lift. Hansa sudah tidak punya ruang gerak lagi, kini ia terdesak, Faris menatap Hansa dengan seksama. Tangan Faris kini mengurung Hansa diantara dinding lift. Hansa menatap Faris dengan tatapan penuh percaya diri, yang ada di pikiran Hansa saat ini adalah membalas kejahilan Faris tadi sore. Tangan Hansa terangkat, membelai rambut Faris perlahan. Hansa sengaja memajukan tubuhnya hingga merapat pada tubuh Faris, tangannya beralih mendekap tubuh Faris. Ia ingin menggoda Faris dan memancing Faris, namun Faris lebih pintar tangan Faris lebih sigap, tangannya kini sudah meremas pantat milik Hansa.
"Mas!" Hansa mendorong tubuh Faris menjauh darinya. "Kenapa mas remes itunya Han?!" Hansa marah, mukanya sudah merah seperti kepiting rebus. Hansa diantara rasa malu dan marah.
Faris rasanya ingin tertawa terbahak, tapi pintu lift terbuka lebih dulu. Tanpa ancang-ancang Hansa sudah keluar lebih dulu. Bibir monyong Hansa seperti bibir bebek yang siap mencari cacing di lumpur. Sedangkan Faris sudah menahan tawa sedari tadi, ia ingin tertawa tapi melihat banyak orang di loby, niatnya ia urungkan.
Sampai di tempat parkir, Hansa berhenti menunggu Faris. Bukan apa-apa, Hansa belum hafal mana mobil Faris dan dimana di parkirkan.
"Kenapa berhenti di sini, by?" Faris yang sudah sampai menanyai Hansa yang sedang berdiri dengan kedua lengan ia lipat di depan dada.
Hansa hanya menjawab dengan gerakan kepalanya. Ia mengisyaratkan untuk Faris berjalan terlebih dulu. Hansa dalam tingkat yang luar biasa emosi.
Faris masih menahan senyum di bibirnya, rasanya lucu sekali menggoda Hansa seperti ini. Dulu dia hanya membayangkan bagaimana ekspresi Hansa saat dirinya sengaja bercerita tentang teman perempuannya yang sering menggodanya di tempat kerja. Dan benar saja, ekspresi Hansa benar-benar membuat Faris gemas sendiri.
Faris berhenti di depan mobil Honda Hrv merah miliknya, Hansa yang berada di belakang Faris sudah maju terlebih dahulu. Tangan Hansa mencoba membuka pintu mobil, namun pintu mobil tidak terbuka. Entah Hansa tidak sadar atau memang Faris yang sedang mengerjai Hansa.
"Hahahaha... by, haahaha... mas belom buka kuncinya, sampe botak juga kamu gak bisa masuk." Faris tertawa terbahak, ia kemudian membukanya dan segera masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobilnya. Sampai lima menit, Hansa masih berdiri di luar. Ia belum juga masuk ke dalam mobil. Faris menurunkan kaca pintu mobilnya, memanggil Hansa.
"By? Ayo masuk."
Tidak ada sahutan, Hansa kini memutar badannya, memunggungi Faris yang berada di dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Time We Were In Love
General FictionMPREG series.... penasaran? BACA!!!!! Jadi readers yang pinter yah, kalo gak suka cerita homoseksual gak usah digubris, gak usah diurus skip aja. Jangan di komen yang ini itu tetek bengek segala macem.