Bab 5 - Plester Luka

3.9K 266 5
                                    

Mata pelajaran pertama hari ini adalah olahraga. Semua murid di SMA Addison diwajibkan untuk menyimpan sepatu, buku dan seragam sekolahnya di loker yang sudah disediakan sekolah. Aturan tersebut diterapkan agar murid-muridnya disiplin dan lingkungan kelas tetap rapi.

 Aturan tersebut diterapkan agar murid-muridnya disiplin dan lingkungan kelas tetap rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vianna telah mengganti seragam sekolah dengan baju olahraga barunya. Sekarang ia berada di lorong yang penuh dengan deretan loker berwarna kuning madu. Ia beruntung karena mendapat loker yang ada di deretan atas. Setidaknya ia tidak harus berjongkok jika ingin menyimpan atau mengambil barang-barangnya.

"Ayo, Vi!"

Vianna menoleh ke arah Dina sahabatnya yang sudah berpakaian olahraga lengkap. Ia menganggukkan kepalanya, segera menutup loker dan berjalan menuju lapangan bersama Dina.

Pelajaran olahraga kali ini adalah permainan bola basket. Semua murid berbaris di lapangan untuk melakukan pemanasan. Setelah pemanasan selesai, ketua kelas membagi siswa menjadi lima anggota per kelompok sesuai perintah guru mata pelajaran olahraga.

"Cowok gabung sama cowok ya. Jangan menyusup ke tim cewek." Ketua kelas memberikan arahan yang dijawabi dengan sorakan kecil dari beberapa murid.

"Yaahh belum ngegas udah ketahuan.." Keluh Tristan. Hal itu membuat ia menjadi korban sorakan teman-teman perempuannya.

Setelah selesai membentuk tim, guru olahraga memberikan sedikit teori tentang permainan bola basket. Apa saja teknik dasar, ukuran lapangan, peraturan permainan, dan istilah-istilah dalam bola basket.

Mereka terbagi dalam 4 tim, karena jumlah murid di kelas tepat 20 setelah Vianna hadir. Memang, sekolah populer terkadang hanya menerima siswa dalam jumlah sedikit.

Vianna memandangi anggota timnya. Tinggi badan mereka setara dengan Vianna, yaitu dibawah rata-rata. Ia lalu melihat ke arah ring basket yang berada di ujung lapangan, menjulang tinggi sampai kepalanya harus mendongak ke atas.

"Pasti kalah." Gumamnya.

Permainan dimulai dari tim cowok yang bertanding, sedangkan murid perempuan menonton dan menyemangati dari pinggir lapangan.

"Sumpah Geovan ganteng banget!" Vianna mendengar seseorang berbicara kepada temannya dengan nada bahagia dan mata yang berbinar. Ia menoleh ke arah gadis itu dan mengikuti arah pandangnya. Disana, Geovan yang memakai kaos pendek berwarna putih polos sedang men-dribble bola. Hanya ia satu-satunya murid yang tidak memakai kaos olahraga sekolah.

Untuk mempersingkat waktu permainan, satu babak yang seharusnya 10 menit diubah menjadi 5 menit. Jadi total waktunya adalah hanya 20 menit.

Peluit terdengar nyaring ketika bola basket dilambungkan ke atas, tanda permainan dimulai. Tepuk tangan dan sorakan mulai heboh ketika di menit pertama Geovan berhasil memasukkan bola ke dalam ring dengan 2 poin.

Sudah bisa diprediksi, tim mana yang paling unggul dalam basket. Geovan yang selalu memasukkan poin dengan cara slam dunk, Leon ketua ekskul basket yang selalu three point dengan gampangnya. Tinggal lempar, itulah jawaban setiap kali Leon ditanya tentang bagaimana cara bermain basket.

INTERLUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang