Andai istilah cinta yang katanya dari mata turun kehati itu dihapuskan.
Karena saat melihat matanya, aku takut jatuh hati.
***
"Ih, lo apaan sih! Cari kesempatan banget!"
"Lo tu udah syukur gue tolongin, ga minta makasih lagi."
"Makasih." Jawaban yang hanya singkat, padat, nada jutek yang bikin kesal setiap orang mendengarnya.
Feli, Gilang, Bobi dan Dimas hanya geleng-geleng kepala ngeliat catdog yang lagi berantem.
"Kalo kalian mau berantem terus. Kita tinggalin ye!" Suara Bobi yang abstrak tiba-tiba membuat catdog kabur.
Jalan untuk menuju rumah pohon itu sangat sulit, sebenarnya sih enggak, cuman karena hujan jadinya jalan becek. Keatasnya sih hanya butuh waktu 30 menit, tapi karena kami sering berenti, ya jadinya lama deh. Tapi, Verrel kayaknya sengaja banget jalan paling belakang. Karena, saat Karin mau jatuh dia selalu siap sedia tangan sebagai pegangan karin. Sepanjang jalan yang namanya catdog itu gapernah berenti untuk berantem. Pasti selalu terulang kejadian awal yang hanya karena Verrel megang tangan Karin.
Kalo dihitung pake rumus Matematika kayaknya lama banget waktu untuk ke atas. Namun, kalo pake teori sejarah, hanya sekejap untuk ke atas karena setiap perjalanan waktu diiringi dengan canda tawa.
Karin emang lemah banget dalam hal mendaki kek gini. Karin typical yang gampang pusing dan capek. Sampai ke atas ini udah jadi kebanggan besar baginya. Feli, Gilang, Bobi dan Dimas dengan senanghati berfoto dan melalui jembatan gantung menuju rumah pohon. Beda dengan Karin, yang hanya duduk di sebrang dengan kaki terjulur, mengeluarkan earphone dari tasnya dan memutar musik. Itulah yang diinginkan Karin,mendengarkan musik sambil melihat indahnya alam ciptaan Sang Pencipta, warna hijau dan warna biru yang sangat menenangkan. Awan yang terlukis indah diatas warna biru.
"Oi!" Siapa lagi kalau bukan Verrel. Pasti ni anak ngajak perang mulut lagi.
"Nih," Verrel menyodorkan sebotol air mineral kepada Karin.
"Tumben lo baik? Thanks ya!" Karin mengambil botor mineral yang digenggam erat oleh Verrel.
"Lo kenapa ga ikut mereke sih? Gasuka sama tempatnya?"
" Suka kok. Gue capek. Dari sini aja gue udah ngerasain indahnya kok."
" Yaelah, lo tu gabakal ngerasain indahnya sebelum lo mendekatinya ke tempat sesungguhnya. Sama halnya dengan lo pengen ngerasain rasanya jatuh dari bananabooth tapi lo hanya ngeliat dari tepi aja."
"Bahasa lo sok ketinggian."
"Yuk ikut gue." Verrel menarik paksa Karin yang sedang nyamannya dengan posisinya.
Verrel menarik Karin sampai jembatan gantung. Menyuruh Karin agar jalan duluan di depan. Nah, satu lagi Karin takut banget sama yang namanya ketinggian. Apalagi jalan diatas jembatan gantung membuat Karin harus melangkahkan kaki satu persatu secara pasti. Yang namanya Verrel gabakal kehabisan akal buat isengin Karin. Verrel menggoyang-goyangkan jembatan gantung. Karin dengan refleksnya memeluk Verrel. Dan hal itu cukup membuat Verrel tersentak. Mereka cukup larut dengan kenyamanan dan kehangatan, membiarkan detik jam terus berjalan,
Andaikan jam itu mati, sehingga waktu tak akan berlalu dan tetap membiarkan aku, kamu, kenyamanan dan kehangatan ini.
"Lo apaan sih meluk-meluk gue? Gitu aja takut. Dasar anak mami lo."
"Ih lo ngapain goyangin jembatan ini? Sengajakan biar gue takut terus meluk lo?
"Idih, Kalo lo dah sampai di rumah pohon. Lo buang PD lo kebawah ya. Biar ilang tuh sifat kePDan lo."
"Ih lo tu." Hal itu cukup membuat Karin geram. Dia hanya bisa mendesah, mengangkat kedua tangannya membuat kepalan dan menjatuhkan lagi ke bawah. Karin terus melangkahkan kakinya satu persatu karena sangat takut berdiri diam terlalu lama disana.
Dengan langkah yang perlahan pasti akhirnya Karin pun bisa masuk kedalam rumah pohon itu. Memutarkan wajah kesekelilingnya, kebawah dan langit yang mempunyai lukisan Indah.
Benar banget kata Verrel, disini rasanya lebih indah daripada tempat gue tadi. Jauh banget kebahagiaan yang gue dapatkan disini dan disana.
Kami bersiap untuk pulang karena hari telah menunjukkan pukul 17.30 WIB. Ya kek rutinitas yang dijalani seperti naik tadi. Bedanya saat menurun ini lebih sedikit sulit. Karena, kalo kita ga hati-hati bakan gampang tergelincir dan berguling kepawah seperti kelereng.
2 jam kemudian motor Ninja merah tepat masuk kedalam gerbang rumah Karin, ya pastinya Verrel yang ngantarin dia. Diluar mamamnya sudah duduk menunggu. Khawatir karena Karin baru pertama kali ke daerah ini.
"Karin, akhirnya kamu pulang juga."
" Terimakasi ya nak, udah nganterin Karin. Namanya siapa?"
"Iya, sama-sama tante. Nama saya Verrel tan."
"Oh Verrel, mampir dulu yuk."
"Gausah tante, saya pulang aja, udah kemalaman juga."
"Oh yaudah, hati-hati ya nak."
"Iya tant. Gue duluan Rin,"
"Iya Rel, ha..." belum sempat Karin mengatakan hati-hati, ninja merah itu sudah menghilang dari hadapannya.
"Eh itu pacar kamu yaa?"
"Ah enggak mah, dia itu temen aku."
"Yah, padahal kalo dia pacar kamu mama seneng banget." Ucap Mama sambil tertawa kecil.
"Ih mama apaansih!" Seketika wajah Karin berubah jadi merah, dengan malunya Karin langsung memasuki rumahnya dan meninggalkan mamanya dengan seribu pertanyaan yang masih tersimpan.
*****
"Rin, lo mau ikut OSIS gak? Perkelas wajib 2 perwakilan dan maksimal 5. Dan dikelas ini cuman gue aja." Tawar Feli kepada Karin yang sedang asik dengan baksonya.
"Hmm, boleh sih. Gue mau deh. "
"Bener nih? Kalo gitu nama lo gue daftarin ya, soalnya hari ini terakhir pengajuannya. Dan 1 minggu lagi rapat pertama dan ngasih tau kita dibagian apa."
"Oke sip deh."
Bel pulang akhirnya berbunyi. Hal kecil yang selalu dinantikan dan gapernah bosan dinantikan bagi pelajar. Rasanya kalo bel itu berbunyi artinya udah terbebas dari kurungan.
"Anak-anak sebelum siap-siap pulang, bapak mau mengingatkan lagi bahwa hari Jumat sampai Minggu sekolah kita akan mengadakan perkemahan. Karena hanya tinggal 2 hari lagi, jadi kalian sudah harus mulai mempersiapkan barang pribadi kalian, dan kebutuhan kelas untuk masak."
"Siap Pak....." Jawab kami serentak.
"Baik silahkan bersiap pulang."
*****
Gimana guys?Kurang greget ya? Semoga suka aja deh sama part ini. Dan jangan lupa Vote and Coment.
Oiya, rencananya nanti sore aku bakal update lagi part berikutnya. Hehe, lagi keasikan nulis mumpung idenya masih nyangkut. Jadi tetap baca terus ya cerita aku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Teen FictionPertemuan Karin dan Verrel, yang dianggapnya sebagai sebuah bencana. Sahabat dan Cinta,dua hal yang sama penting. "Setelah manis dan pahit akan mendatangkan hal yang indah." - Bramasta Verrel De Glyn "Seperti halnya pelangi...