Teleponku terus saja berdering, aku bergegas pulang dari rumah temanku karena sebelumnya ibuku sudah menelepon beberapa kali, ibuku hanya mengirim sms untuk segera pulang katanya ada hal penting yang ingin di bicarakan. Lalu aku bergegas pulang kerumah dengan terburu-buru karena kukira sesuatu terjadi pada orang-orang di rumah. Setibanya di rumah aku masuk kerumah dan sepertinya sedang ada tamu yang datang.
"Assalamu'alaikum?" ucapku seraya masuk kerumah. Dan masih terheran-heran kenapa ada tamu.
"Nah ini anak saya pak namanya Adelia Aryani, dia anak tunggal" ucap ayahku mengenalkanku pada tamu yang datang.
"Ini ada apa yah, kok ada tamu?" lalu aku bersalaman dengan mereka termasuk pria yang tak kukenali yang sepertinya lebih tua dari umurku dia terus saja memandangku. "Ada apa yah?" tanyaku keheranan.
"Del, ini keluarganya Pak Indra, ini ibu Airin, dan ini anaknya pak Indra namanya Adimas". Jelas ayahnya.
"Lalu yah? Tanyaku benar-benar masih merasa bingung sekali. Lalu akupun duduk bersama mereka dan ayah mulai menjelaskan.
"Jadi gini Del, ayah mau ngejodohin kamu sama anaknya pak Indra". Ujar ayah yang semangat mengatakan hal tersebut.
"Apa yah. Ayah mau ngejodohin Adel sama orang yang belum Adel kenal? Yang bener aja dong yah! Ayah jangan bercanda deh". Ujarku yang masih merasa kaget dan bertanya-tanya.
"Iya nak Adel, kedatangan kami kesini kami berniat menjodohkan anak kami Adimas dengan kamu Del. Kami harap kamu bersedia menikah dengan Adimas?" Tanya Pak Indra seakan benar-benar serius.
Aku masih terdiam bingung, lalu aku memberanikan diri bicara "Om tante boleh Adel pikir-pikir dulu?" ucapku. Lalu ayah pun memotong
"Tapi Del, undangannya sudah di buat Del, pada bulan depan kalian akan bertunangan dulu lalu satu minggu kemudian langsung menikah". ujar ayahku menjelaskan.
Aku benar-benar kaget kenapa aku harus dijodohkan dengan pria yang belum kukenal sama sekali. Aku hanya diam membisu, aku melihat wajah mereka bahkan pria tersebut memang benar-benar serius ingin melamarku entah dengan alasan kenapa aku masih belum mengerti dan tidak tahu.
"Yaudah yah, iya aku mau". dengan terpaksa aku menjawab, karena kulihat ayahku pun benar-benar setuju aku dengannya.
"Baiklah Pak Arya Bu Ani. Kalau begitu kami pamit pulang saja karena kami ingin menyiapkan semuanya dengan matang-matang untuk pernikahan Adimas dan Adelia". Ucap pak Indra yang kemudian bersalaman dan pergi keluar. Dan ayah mengantar mereka kedepan. Aku pun menghampiri Ibuku.
"Bu maksudnya apa ini semua? Ujarku heran
"Del perjodohan ini balas budi keluarga kita sama pak Indra. Ibu sama ayah sempat bingung bagaimana caranya untuk berterima kasih sama mereka, dan kebetulan sekali anaknya pak Indra dan ibu Airin sedang ingin mencari istri, di umurnya yang sudah matang dia ingin segera menikah. Makanya ibu nyaranin kamu aja buat jadi istrinya Adimas, dan spontan mereka setuju apalagi sama kamu dan kamu masih muda". Ujarnya seperti merasa bahagia mengatakan semuanya.
"Bu. Kenapa harus Adel sih? Adel belum siap bu adel masih pengen kerja terus kuliah, Adel masih muda bu Adel masih mau nikmatin masa mudanya Adel." Tanyaku jengkel.
"Del tolong ngertiin keadaan ayah sama ibu" Ujar ibu membujuk. Kemudian aku langsung pergi kekamar, rasanya aku benar-benar hancur. Apa Cuma sampai disini saja impianku, impianku menjadi guru kini kandas sudah karena perjodohan ini, dan rasanya seperti mimpi buruk.
Kemudian malam hari aku benar-benar masih tidak bisa menerima aku masih merasa kaget kenapa harus terjadi padaku.
"Del ayo makan malam" panggil ibu dari ruang makan. Dan aku segera keluar kamar. Setelah tiba aku langsung makan dan setelah selesai makan aku masih bertanya dengan pertanyaan yang sama pada ayah dan ibu.
"Yah, bu, Kenapa aku di jodohin sih. Aku masih pengen kerja masih pengen kuliah". Tanya Adel sangat kesal.
"Nak, kali ini saja turuti apa yang kami minta ya?" Tukas ayahku.
"Tapi yah impian Adel masih panjang Adel masih ingin.." ayah memotong perkataanku
"Setelah menikah kan kamu bisa melanjutkan impian kamu yang tertunda" tegas ayahku
"Iya kalau aku emang bisa ngelanjutin yah, kalau Adimas ngelarang gimana? Ayah gak mikir kesitu. Aku bisa aja yah berhutang budi sama mereka dengan caraku sendiri enggak ngorbanin Adel kayak gini". Air mataku tak bisa terbendung dan tumpah ruahlah. Mereka hanya diam sepertinya menyadari akan semua ucapanku, tapi nasi sudah menjadi bubur tidak ada gunanya aku bertindak mau lari dari kenyataan. Aku tak menjawab dan langsung masuk kekamar.
"Kenapa sih harus dijodohin segala". Sambil menangis didalam kamar Adelia terus bertanya-tanya.
***
Pagi hari aku masih malas untuk keluar rasanya seperti percuma menjalani hidup dengan tidak punya impian. Dan teman-temanku, mungkin mereka akan mengira mendengar aku mau menikah muda, mereka pasti berfikir aku... Tiba-tiba ada suara yang mengetuk pintu kamarku.
"Del, ini ada temen-temen kamu". Aku beranjak dan membuka pintu.
"Adeeelllll...." Sapa Sinta dan Sita si kembar sahabatku dan juga Ada Nadia dibelakang mereka. "Ya ampun Del aku kangen berat sama kamu, kemana aja sih kok mau nikah gak ngasih kabar kita" ujarnya Sinta yang merengek sebal.
"Del, lo gak kenapa-napa kan? Seharusnya orang mau nikah kan seneng kok lo murung gini". Tukas Nadia yang duduk disampingku
Kemudian aku tak bisa menahan air mataku "Hei.. Adel kok nangis sih, kamu kenapa? Ujar Sinta.
"Del ayo ngomong kenapa?" Tanya mereka yang masih bingung dengan menangisnya Adel. Lalu aku menjelaskan.
"Aki di jodohin". Aku terisak, kemudian Sita memelukku.
"Kok bisa di jodohin del, emang ceritanya gimana lo bisa di jodohin". tanya Nadia.
"Bisa dikatakan ini balas budi orang tuaku sama mereka, jadi orang tuaku memilih jalan untuk menjodohkanku". Ungkapku dengan menahan air mata."Ya ampun nyokap bokap lo kok tega banget sih, itu sih se akan-akan lo di jual ke mereka ibarat kata". Ujarnya kata Nadia.
"Tapi kalau aku gak nikah sama si Adimas kasian orang tuaku". Ungkapku.
"Iya sih Del, tapi kamu yakin nih bener mau nikah sama si Adimas, nanti kamu ngebatin engga, aku takut kamu sedih terus Del, aku gak mau ya liat sahabatku yang satu ini galau melulu". Ujar Sinta mengingatkanku.
"Insya Allah engga Sin, Insya Allah juga aku ikhlas ngejalanin semua yang sudah terjadi ini".
"Kok lo malah kelihatan sok tegar ya Del, hhmmm". Nadia hanya menghela nafas.
Sinta yang tadi duduk beranjak berdiri dan memberiku kepercayaan. "Yaudah kalo kamu bener-bener mantep sama dia ya kamu jalani aja dulu, emang sih kadang cinta gak harus di paksakan tapi ada juga rasa cinta yang tulus muncul dari sebuah perjodohan kan ada tuh kaya temen kamu yang lama itu Nad yang sekarang udah nikah tuh.." Ucap Sinta.
"Emang lo tahu Sin" Jawab Nadia
"Ya kata temen-temen di kelas aku sih gitu Nad katanya". Ujarnya.
"Ya gue juga gak tahu banget sih kan gue gak deket sama dia, tapi emang sih gosipnya kayak gitu Del, jadi lo nyantai aja jalanin ini semua, Oke". Ujar Nadia memberiku semangat.
"Iya Del lagian Adimas itu menrutku pria yang baik juga kok" Ucap Sita.
"Iya sih, thanks yah kalian udah dateng dan semangatin aku, aku jadi terharu". Ujarku tersenyum.
"Nah gitu dong Del semangat, kan kalo senyum gini cantiknya balik lagi" Ujar Sinta yang memelukku juga Nadia dan Sita.
Tinggalkan vote and comment ya,
Maaf kalo gak nyambung, saya cuma penulis amatir yang butuh banyak belajar.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERJODOHAN MENJADI JODOH
Roman d'amourAku kira aku akan terus membencinya karena perjodohan, namun seiring berjalannya waktu entah bagaimana caranya dia bisa meluluhkan hatiku. Bahkan sekarang aku begitu sangat mencintainya aku tak mau kehilangan sosok yang seperti dia.