Part 2

22 1 0
                                        

     Kemudian hari sudah berlalu, dan minggu depan adalah acara pernikahannya, rasanya seperti mimpi aku harus menikah, aku belum siap. Nanti aku tidak akan bisa ngerasain masa mudaku, main bareng sahabat-sahabatku dan teman-temanku yang lainnya.

   "Adel, ayo turun makan malam dulu". Panggil ibu

     "Iya bu". Jawab Adel yang sedang menuju ruang makan.

     "Kamu kenapa sih Del kok di kamar mulu? Marah ya sama ayah dan ibu?". Tanya Ayah keheranan dan khawatir.

     "Dikit yah, tapi ya sudahlah yah sudah terjadi gak apa-apa kok. Asal aku masih bisa ketemu sama ayah dan ibu ya gak apa-apa". Jawabku

    "Maafin ayah ya nak". Ungkap ayahku.

   "Udah ah yah kenapa melow gini sih". Jawabku dengan tersenyum "Insya Allah nanti Adel juga terbiasa yah, semoga aku bahagia sama mas Adimas" ujarku.

    "Alhamdulillah syukurlah". Serentak menjawab dan mereka tersenyum.

     ***

    Satu minggu kemudian, dan tibalah saatnya pernikahan itu tiba.

     "Delia, kamu sudah sudah siap nak?" Tanya ibuku. Lalu ibu masuk ke kamar.

    "Iya bu nanti sebentar lagi". Jawabku. Kemudian ibu masuk dan memegang pundakku "Del, kamu yakin?". Tanya ibuku.

      "Hmmm Insya Allah, iya bu". Jawabnya dengan nada tidak semangat. Lalu Adelia turun kebawah.

•••
     "Wahhh itu Adelia ya, cantik banget ya. Dia yang biasa tomboy sekarang di dandanin terus pakainnya kebaya bener-bener kaya cewek beneran, beruntung banget si Adimas". Ucap mereka para tamu ibu-ibu berbisik-bisik.

     Setelah itu pernikahan berjalan khidmat dan lancar. Orang lain menikah pasti akan merasakan bahagia tetapi berbeda denganku.  Lalu aku dan Adimas bersalaman dengan orang tuaku dan mertuaku begitu juga aku bersalaman dengan orang-orang yang datang.

     Aku menikah dengan orang yang tidak aku kenali bagaimana dan seperti apa sifatnya. Apa dia orang yang kasar atau hanya menginginkan tubuhku saja atau hanya mau main-main saja, kami hanya bertemu sekali dan itupun bertemu saat dia melamarku. Ibuku bilang aku harus mau karena itu untuk balas budi keluargaku pada keluarga Adimas karena sudah membantu Ayahku yang pernah kecelakaan, dan merekalah yang membantu segalanya mengenai yang terjadi pada ayahku.

     Tiga tahun lalu kami keluarga yang sangat bahagia, bisa dibilang hidupku waktu itu sangat sempurna dengan kesederhanaan kami. Namun sesuatu terjadi pada perusahaan ayahku yang menjadi bangkrut dan kebangkrutan itu masih menjadi teka-teki. Karena bangkrut ayahku pun mencari pekerjaan dan dia kerja di pabrik milik ayahnya Adimas, kemudian terjadilah kecelakaan yang menimpa ayahku.

    Lalu suasana pernikahan sudah mulai sepi, aku ke kamar dan melepas gaun pengantinku dan membersihkan semua make up yang menempel di wajahku.

    Setelah itu aku ikut keluar dan membantu membersihkan bekas acara resepsi pernikahan tadi.

    "Adel". Ibuku memanggil, dan akupun menghampiri ibuku.

    "Iya bu ada apa". Sautnya dari atas.

       "Ini hadiah dari ayah sama ibu, maaf kalau sederhana. Semoga kamu senang sama hadiah kami". Ibu tersenyum sambil memberikan hadiah padaku.

    "Apa ini bu? Boleh aku buka?"

      "Nanti saja bukanya kalo kamu udah beres dan mau tidur. Sekarang simpan dulu kadonya". Ibu tersenyum seraya mengelus rambutku.

     Setelah itu suasana sudah mulai sepi bahkan orang tuaku dan orang tua Adimas pulang kerumah, dan yang kutempati sekarang adalah rumahnya Adimas sendiri. Dia sudah mapan sejak dulu, ya mungkin karena orang tuanya keluarga yang berada. Sekarang dia kerja di kantor ayahnya menggantikan ayahnya jadi wajar saja dia sudah bisa punya rumah sendiri. Lalu Adimas pun masuk kerumah dan mengunci rumah karena sudah tidak ada tamu atau siapapun karena acara pernikahan sudah selesai, begitulah tradisi keluarga Adimas.

PERJODOHAN MENJADI JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang