3- Serangan Tingkat Lanjut

3.4K 255 19
                                    

Saya peringatin lagi, cerita ini bergenre boyxboy, bagi yang anti silahkan tinggalkan lapak ini.

Selamat menikmati!

Day 7

Belakangan ini Akashi menyadari sesuatu, ternyata 'budaknya' menyukai seseorang, dan itu bukan dirinya.

"Enak-ssu!" teriak Kise.

"Tak perlu berteriak juga aho!" jawab Aomine sambil memukul kepala Kise.

"Ittai-ssu!!"

"Hei kalian berdua, pedekatenya jangan di sini dong!" langsung saja terlihat rona merah pada muka mereka berdua setelah Momoi memprotes.

"A-apa sih,"

"Cieeee," ucap Murasakibara tetap dengan raut wajah cueknya. Dan rona merah di wajah Kise dan Aomine pun bertambah merah.

Akashi yang melihat Kuroko tersenyum pahit semakin yakin bahwa Kuroko menyukai Aomine.

Jika kalian bertanya mengapa bisa-bisanya Aomine menyukai Kise padahal Kuroko adalah ultimate uke, jawabanya, sebenarnya tentu saja Aomine menyukai Kuroko, tetapi ia tahu, bukan, bukan hanya Aomine, tetapi seluruh anggota GoM kecuali Kuroko tahu bahwa sang master gunting menyukai manusia yang berwajah tanpa ekspresi ini.

Alhasil Aomine memilih menyerah lalu  move on ke Kise.

Uuh Kise dijadiin pelarian. Gapapa, mungkin Kise-lah jodoh Aomine.

Pantas saja selama 1 minggu ini Akashi sudah melancarkan berbagai 'serangan', mulai dari memegang tangan, mencium pipi sang surai biru, atau menarik Kuroko hingga berbaring di tempat tidur dengannya hanya berbaring siih, tapi hasilnya nihil. Sama sekali tak ada perilaku yang menunjukkan bahwa Kuroko salah tingkah, Kuroko selalu merespon tindakan Akashi dengan ekspresi datarnya. 'apa yang kau lakukan?', 'tolong hentikan', 'minggir, Akashi-kun'. Kira-kira itulah kata-kata yang diucapkan oleh si manik aquamarine setiap Akashi menggodanya.

"Hei-hei, sudahlah, ayo habiskan makanan kalian, waktu istirahat hampir selesai," kata Akashi.

.

.

.

.

Akashi POV

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Seperti biasa aku dan teman-temanku berlatih basket. Namun, sekarang aku tidak ingin memberi Tetsuya-ku banyak pekerjaan, agar ia tidak kehabisan tenaga saat di rumahku nanti.

Kalian tau kan apa yang akan kulakukan?

Ya pasti tau lah Sei, yang baca fanfic ini gak mungkin masih pada polos, termasuk authornya:v

Atau pada gak tau?._.

Yaudah kita lanjut aja,

*skip time*

Waktu latihan sudah selesai, aku dan Tetsuya langsung melesat ke rumahku. Aku sempat berpikir, saat aku dan Tetsuya sudah menjadi sepasang kekasih, aku ingin tinggal bersamanya. Entah di apartmennya atau aku akan membeli apartmen baru untuk aku dan Tetsuya. Pokoknya aku ingin menghabiskan waktuku dengannya sebanyak mungkin.

Kami sampai di kamarku, seperti biasa Tetsuya melepas jaketku lalu menaruhnya di gantungan.

"Sebentar Akashi-kun, aku akan mengambil minum untukmu, kau ganti baju saja dulu,"

"He-eh"

.

.

.

"Ini, Akashi-kun," ucap Tetsuya sambil menyerahkan segelas air putih padaku.

"Terima kasih"

"Apa yang kau inginkan sekarang Aka--"

"--kau, kemarilah" Tetsuya menghampiriku yang sedang duduk di pinggir tempat tidur.

"Ada ap-- akh"

Aku langsung menarik tangannya lalu mambaringkannya di kasur

Dengan aku yang berada di atasnya.

"Apa yang kau lakukan Akashi-kun?" pertanyaan yang selalu dilontarkan Tetsuya kembali terulang.

"Ini salahmu Tetsuya, kau tak pernah melihatku, sudah banyak hal yang kulakukan agar kau melihatku, tapi"

"!"

"Kau tak melihatku, karena itulah aku melakukan ini, hanya cara inilah yang belum kucoba," ucapku setelah mengecup bibirnya.

"A-akashi-kun, to-tolong jangan lakuan ini, a-aku tidak mau,"

"Hei, kau lupa ya, kau ini budakku, aku bisa melakukan apapun pada budakku kan,"

Aku kembali mengecup bibirnya, kali ini lebih liar,

"A-akash--"

"Diam."

Aku turun kebagian lehernya, dan memberi 'tanda' disana.

"Hiks...Hen-ti-kan, A-Akashi-kun, hiks"

Mendengar isakan itu aku langaung menghentikan kegiatanku lalu melihatnya.

Tetsuya menangis, dan akulah penyebabnya. Segera kugerakkan tanganku untuk mengapus air matanya

Plak!

Tetsuya menepis tanganku, dan mendorongku, ia pun lari keluar kamarku dengan membawa tasnya.

"Tetsuya! Ck!"

Aku mengeluarkan ponselku, menelpon supirku
"Pak, tak perlu antar Tetsuya ke apartmennya, karena ia takkan mau diantar sekarang, ikuti saja dia dan pastikan kalau dia sampai di rumah dengan selamat."

Selesai menelpon aku kembali berpikir

'Aku keterlaluan ya?'

TBC

AKHIRNYA BERES JUGAAA!!
Sumpah ini saya nulis apaaannn!! Gak berani nulis yang lebih dari adegan diatas. Hehe, yaa saya sekarang udah bebas, UNnya udahaaan :v

Tapi gak janji update lagi besok (maaf)

Tapi diusahakan secepatnya. saya

Saya harap para pembaca menyukai cerita saya

Salam, Aniukah

Being a Slave For 30 Days [Akakuro Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang