Chapt 2

19 4 0
                                    

Kedatangan


Bagaimana denganmu Axe?

■●■

  Note 273
Venecia

Hari ini adalah sebuah awal disaat aku akan menemukan kunci dari apa yang ingin aku temukan. Hanya saja, aku tak pernah tau apa yang akan aku temukan itu benar benar nyata dan, apa aku akan menemukannya?
-Axellyo Leavora-

       Angin bertiup menghampiri sosok dingin yang penuh dengan pertanyaan dari banyak pertanyaan note itu. Duduk di sisi sungai yang menghadiahinya ketenangan. Warna jingga langit yang terpantul pada permukaan air membuat kesan yang hangat, kedamaian menelusup dari seluruh penjuru. Sedang sosok yang bisu mencoba mencermati setiap kata yang tercetak dalam tulisan itu, merasakan kebingungan penulis yang tersirat dalam setiap hurufnya. Axellhyo Leavora,  nama yg tdk menggambarkan kebodohannya. Bodoh, tentu saja. Jika dia sepintar namanya, mungkin handphone tanpa sandi ini takkan tertinggal di sini. Pikiran Axe terus tertuju pada handphone milik Lea. Bukan berarti Axe ingin tahu apa isi handphone Lea ini, walaupun memang rasa keingintahuannya sangat besar.  Hanya saja, ia melihat layar benda mati itu menyala dan berdering beberapa kali, ada kata 'Nenek' terpampang di layar. Axe ingin membiarkannya, namun egonya ia singkirkan dan memutuskan mengangkat panggilan dari 'Nenek' Lea yang juga ia kenal. Ketika akan melakukannya, deringnya hilang, lalu kembali ke layar yang sudah beralamat pada note terakhir yang baru Lea tulis tadi sebelum ia pergi ke toilet.

        Mengenai pengenalan mereka.

        Sesampainya Axe di bandara, ia segera menuju pintu arrive. Segera ia angkat tinggi tinggi benda yang sudah ia siapkan sebelumnya. Suara teriakan, panggilan, tangisan memenuhi gendang telinga Axe yang menurutnya sudah diambang batas ketulian, saat para manusia keluar dari pintu arrive. Sejenak ia berpikir dimana orang yang ia cari, ia tidak begitu hafal dengan wajahnya.

        Axe memutuskan untuk membuka gallery di smartphonenya, namun ia merasakan ada tangan yang melambai lambai satu meter darinya. Lea, gadis yang ia tunggu tiba juga. Lea tersenyum lalu menjulurkan tangan kanannya ke arah Axe. Axe yang melihatnya kembali sibuk dengan ranselnya setelah urung untuk mengambil smartphone miliknya.

        Lea menghela napas kasar secara perlahan. Kesal tangannya tak dibalas, ia menurunkannya. HAP. Tangan Axe menahannya dan tangan lainnya memberikannya sebuah kertas yang dilipat. Axe segera melepas cekalan tangannya lalu merapikan ranselnya di punggung, tanpa suara.

        Lea membukanya dan, holla. 'AKU AXE, KAU LEA. IKUTI AKU.'

        Perkenalan yang mengagumkan bukan, bukan, tentu bukan.

        Pertemuan mereka di Bandara menjadi moment pertama kali Lea menginjakkan kakinya di Italia dengan sambutan yang mengagumkan, Negara yang sudah lama ia impikan, namun tidak tahu kenapa tetap ada yang kurang dalam meraih impiannya tersebut. Hal yang berhubungan dengan hati.

       Baru bisa pergi ke Italy bukan sebuah rencana,  ada banyak peristiwa yang tak ia mengerti saat itu. Itulah yang membuat Lea baru bisa pergi sekarang, walaupun se benarnya tidak sulit bagi Lea untuk pergi ke luar negeri kapan saja. Ia tak perlu memikirkan bagaimana uang datang semudah ia memetik daun begitu saja. Namun terkadang terpikir juga bagaimana.

         ‘Lea, perempuan aneh. Huuft, kalau saja Lery tidak mengancamku dengan membuang buku bukuku, aku yakin tidak akan sesial ini’. Batin Axe terus saja mengomel pada sosok kakak perempuannya. Tak lama ia menyadari kehadiran seseorang, dan dengan cepat ia mengembalikan telepon genggam milik Lea ke kursi di sebelahnya. Semakin lama suara langkahnya semakin dekat, dan tiba-tiba ia mendengar suara teriakan tepat dibelakangnya.

BOX SHADOW The Truth Of LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang