Chapt 3

20 4 0
                                    

What is this?
(Apa ini?)

🍃 Ada apa dengan perasaan absurdku ini.

■●■

        Axe merasakan ada hal yang begitu absurd pada hidupnya hari ini, tak bisa di terjemahkan. Di perjalanan pulang menuju apartemennya, Axe terus mencoba mengartikan hal absurd ini, apa aku gila?. Hanya saja tak pernah dia baca di buku psikology manapun yang menggambarkan hal ini. Dan mulai mengingat sesuatu yang dari pagi ia rasakan dan tujukan pada wanita yang akan merusak hidupnya. 'That's right, aku sangat membencinya bukan? '

        Sesampainya mereka di apartemen, Axe langsung memberi tahu Lea letak kamarnya. Dan ia langsung masuk ke kamarnya sendiri. Lea tampak senang mendapat kamar yang viewnya langsung ke pemandangan venecia yang begitu mengharukan. Namun tidak dengan Axe, melihat Lea tertawa, Axe selalu merasakan hal absurd itu lagi. Ia tahu, dirinya sangat membenci Lea. Dari dulu, hingga hari ini Axe merasakan kekecewaan itu. Peristiwa yang membuatnya memutuskan untuk ikut kakak perempuannya pindah ke Eropa. Hanya mereka berdua, sejak itu, sepi pun menjadi hal biasa bagi Axe.

       Axe melihat bayangannya yang begitu dingin di cermin. Ia mengacak acak rambutnya lalu masuk ke kamar mandi. Telah menjadi rutinitasnya, sebelum ia mandi ia menyempatkan diri membaca buku yang baru menempati raknya yang sudah mulai penuh. ' Baiklah, sampai mana tadi? August rhomanz, andi arthur, amort, yap.' Mata Zee menemukan apa yang ia cari di daftar isi buku itu. Namun matanya menangkap nama yang beberapa jam lalu ia lihat. ' Wait, what?' Axe menggeleng, menolak apa yang ia lihat.

'My God,,, Huuft, came on Axe, this is just your hallu? Salah cetak? Stop!'.

       Suasana hati Axe berubah seketika menemukan nama itu di buku tebalnya dengan cetakan cover hijau tua, dan dua kata Hidden Figurs. Buku yang pagi tadi sempat ia baca, tak lagi diminatinya. Ia langsung melemparnya ke meja di sudut kamar mandi. Axe memang tidak minat, hanya saja rasa ingin tahunya tak pernah bisa dihilangkan. Axe menghela nafas panjang lalu mengambil buku itu lagi.

       Tidak tahan dengan rasa keingintahuannya, ia langsung membuka tepat pada nama Leavora Axellyora B.

"Seorang ahli lukis yang menghasilkan lukisan terbaik dalam sejarah, lukisan ? Seorang ahli lukis, apa nama mereka hanya kebetulan?" Axe bergumam dan nampak berpikir sejenak dalam duduknya, kemudian melanjutkan mengeja setiap kata dari kalimat kalimat yang tersusun menjadi paragraf, hingga ia berhenti pada titik di bagian ujung buku. Axe berdiskusi ringan dengan pikirannya, terlihat dari keningnya yang berkerut. Tak lama, ia mulai membuka pada halaman selanjutnya, hasilnya? Nihil. 'Hanya satu halaman? Informasi ini belum cukup untuk menjawab pertanyaanku'. Kehabisan akal. Ia melipat jilid yang baru saja ia baca dan meletakkan buku itu ke meja kamar mandi. Ia mandi dengan sangat terburu buru.

       Setelah selesai ia kembali mengulangi kegiatannya, bercermin di kaca. Mengacak rambut dan mengeringkannya dengan handuk putih miliknya. ' Leavora Axellyora, Axellyo Leavora? Apa itu hanya kebetulan? Tidak akan tahu jika belum aku cari tahu. Right?' tanya Axe pada dirinya sendiri. Axe langsung pergi sambil membawa buku itu setelah berganti pakaian.

       Ia mengenakan atasan sweeter hitam di mix dengan celana longgar pendek sebawah lutut. Tingginya yang semampai, kulit putih, rambut hitam pekat yang masih berantakan ia sisir kebelakang dengan tangannya. Dan itu diyakini para wanita bahwa Axe adalah sosok tampan yang sulit untuk di temukan. Oh benarkah?

       Axe membawa buku itu ke depan komputernya, lalu membuka jilid yang sempat ia lipat sebelumnya. Layar komputer menunjukkan search engine dan Axe langsung mengetik pada kolom pencarian 'Leavora Axellyora B'. Deretan kata tentang tokoh ini sangat mengejutkan Axe, hal yang tak pernah terduga. Ia sangat terkejut ketika membaca deretan kata itu. Lalu ia pindah ke halaman berita. Dan Axe menemukan hal yang sangat, sangat misterius. Membuat Axe meningkatkan keingintahuannya setingkat dewa. Axe tak melepaskan pandangannya ke sisi lain dari deretan huruf yang lebih ilmiahnya disebut alfabet. Hingga matanya berhenti bergerak pada kata sebelum simbol titik sebagai tanda bahwa artikel itu telah berada pada akhir. Ya, kata sebelum tanda titik. Dan apa yang Axe lakukan setelah menyadarinya, meja tempat komputer itu berpijak adalah sasaran keingintahuan Axe yang sudah satu tingkat di atas tingkat dewa dan tiba tiba harus terhenti karna ada tembok tertutup kabut menghalanginya.

BOX SHADOW The Truth Of LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang