Demi kebahagiaanmu aku rela melakukan apapun.
***
Dipagi hari, terlihat Jihan dengan muka gelisah.
"Aduh, kurangajar banget si Bima pake ninggalin gue segala moga-moga aja masih ada bus yang lewat," gerutu jihan.
Lima menit
Sepuluh menit ...
"Aduh, gimana nih mana 10 menit lagi udah mau masuk lagi,"
Tiba-tiba ada mobil yang berhenti tepat didepannya. Mobil itu milik James.
"Ayo naik," James memerintah.
Jihan tak bergeming sedikitpun, hal itu membuat James kesal.
"Lo mau ikut nggak? Kalo nggak mau ikut yaudah gue tinggalin ya, bye."
Saat James akan menancap gas, Jihan berseru "eh--- iya-iya gue numpang, awas aja lo culik gue!" Jihan pun akhirnya masuk ke mobil.
-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
Di mobil hanya terjadi keheningan. Mereka, Jihan dan James tidak tau akan membahas apa.
Sebuah suara bertanya dengan ragu. Dia Jihan "boleh gue putar lagu?"
"Terserah lo aja," balas James santai.
"Yaelah santai banget sih nggak tau apa di dalam mobil ini canggung banget," suara batin Jihan. Jihan memilih lagu All I Ask untuk didengar.
"Lo suka lagu ini?" tanya James.
"Iya, malahan suka pake banget," jawab Jihan.
"Ternyata kita juga punya kesamaan, gue kira kita selalu berbeda," ucap James.
"Apaansih ni orang satu bicaranya melankolis banget" batin Jihan.
"Lo mau turun nggak? Udah sampai di sekolah nih," ucap James.
Banyak yang memperhatikan kedatangan mereka berdua. Bagaimana tidak? Siswa yang terkenal di Sma itu berangkat bersama dengan siswi yang terkenal sering buat ulah atau biasa disebut nakal.
Berbagai macam pertanyaan timbul dikalangan siswi-siswi tukang gosip.
"Yang bareng James itu anak yang sering buat ulah kan? Gue heran dia itu kan anak yang agak terkenal tapi kok temannya cuma satu," ucap salah seorang siswi.
"Yaelah, dia kan anak nakal mana ada orang yang mau temenan ama dia," balas temannya lagi.
"Cocokan juga James ama gue."
Telinga Jihan menjadi panas mendengar cemoohan yang diucapkan mereka untuknya.
Dengan kekesalannya ia menghampiri kerumunan para tukang gosip tersebut "heh mau kalian apa?! Hobinya aja bicarain orang! Tapi nggak berani bilang langsung!" bentak Jihan galak.
Setelah mendengar bentakan Jihan, kerumunan itu langsung memecah pergi ke kelas mereka masing-masing.
"Hari ini hari yang sial buat gue? Abis ini kejadian apa lagi?" gumam Jihan frustasi.
-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
"Halo Jiji sayang!" baru saja menginjakkan kaki di kelas sudah ada teriakan, siapa lagi kalau bukan Rania.
"Bisa nggak sih sehari aja lo nggak teriak-teriak! Telinga gue jadi budek nih," bukannya membalas Rania malah mendapat omelan. Poor Rania.
Dengan cengirannya Rania berucap "Hehehe, lo kan tau teriak itu udah mendarah daging di kehidupan gue."
"Halah, sok-sok lo pake kata mendarah daging segala."
Percakapan-- ralat lebih tepatnya perdebatan mereka harus terputus dikarenakan guru kimia mereka, ibu Dini sudah menampakkan diri di depan kelas tanda ia akan segera memulai dongengnya.
"Selamat pagi semuanya, ibu ada kasih tugas nggak minggu kemarin?" tanya ibu Dini.
Dengan serempak semua murid menjawab, "nggak ada bu, kan kita cuma belajar materi sistem periodik."
"Oh iya, ada yang mau bertanya tentang materi tersebut? Jangan malu-malu kalau belum mengerti, ingat malu bertanya sesat dijalan," tanya ibu Dini sambil mengucapkan sebuah pepatah.
Tidak ada siapapun yang mengangkat tangan, tanda mereka sudah mengerti.
"Sudah mengerti semua kan? Ayo Jihan jelaskan apa itu sistem periodik,"
Jihan yang disebutkan namanya sangat terkejut karena jujur saja ia tidak mengerti sama sekali tentang materi tersebut.
"Aduh, mampus gue."
Jihan hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "ayo Jihan cepat jelaskan."
"Bukannya kalian sudah mengerti, lalu kenapa hanya menjelaskan tentang ini yang penjelasannya sedikit tidak bisa?!"
"Kumat lagi deh marah-marahnya," gumam Jihan malas.
Dengan menggebu-gebu ibu Dini mengoceh, "Mau jadi apa kalian nanti kalo menghapal ini saja sudah kelabakan."
Semua murid hanya diam memperhatikan pasti Masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Dua puluh menit telah berlalu hingga terdengar bel tanda istirahat pertama.
"Baiklah karena bel sudah berbunyi kalian bisa keluar."
-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
Author POV
Seperti biasa di meja pojok terlihat Jihan dan Rania sedang makan sambil bergurau.
"Tadi itu ngeselin banget sih, gue sampe udah tegang karena dia suruh ngejelasin tentang sistem periodik ya mana gue tau tentang tuh materi," ucap Jihan.
"Hahaha, iya-iya gue lihat tadi semua murid pada diam padahal ya aslinya pada asik dengan pikiran sendiri," balas Rania.
"Ibu Dini tuh kenapa sih selalu marah-marah dan buat jantungan, tiba-tiba ada murid yang dia tunjuk disuruh menjelaskan, kalau yang disuruh menjelaskan itu si Dodi gimana? Kan dia yang paling bodoh seangkatan kita," ucap Jihan membawa-bawa nama Dodi.
Dodi itu siswa yang paling bodoh seangkatan gimana nggak dibilang bodoh disuruh hafal perkalian butuh waktu satu minggu.
Mereka malah asik bergurau sampai tak mendengar bunyi bel masuk.
Kantin sudah sepi, "Ji, kok udah sepi banget ya, tinggal kita berdua loh yang disini."
"Iya ya, mang kok udah sepi ya?" tanya Jihan pada mang Ucup.
"Loh kalian nggak dengar bel masuk? Sepuluh menit yang lalu kan udah bel," jawab mang Ucup.
"Mampus," kata Jihan dan Rania serempak.
-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
Hai maaf ya lama banget dilanjutin karena aku nggak punya ide. Maaf juga kalo pendek.
Btw, cerita ini lanjut nggak?
Jangan lupa vote dan comment ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Chance
Teen FictionDisaat ku membuka hatiku kenapa kau lebih memilih untuk pergi? Hasil karya sendiri, mohon maaf apabila ada kesamaan.