Awal dari segala takdir :v

9K 372 34
                                    

Bismillah..

☎ Revo Chapter ☎

Revo sedang duduk di depan laptopnya. Jari jemarinya yang lentik mengetik beberapa kata di laptop keluaran terbaru itu. Mulut Revo tidak berhenti mengunyah, kalau makanan di dalam mulutnya sudah habis maka tangannya segera merayap ke arah sebungkus kripik kentang yang isinya sudah tumpah sebagian di atas meja.

"Anjir.. kamar lo bau banget!"

Tanpa aba-aba seorang cowok bule masuk begitu saja ke kamar yang...err.. author mulai merasa ragu kalau ruangan yang ditempati Revo masih bisa disebut kamar.

Revo menoleh ke arah Bobby, si cowok bule. Menatapnya dengan datar lalu mengacuhkan kedatangan cowok itu.

"Emang kamar lo sebersih apa sih? Paling sebelas dua belas sama kamar gue, jangan bawel," gertak Revo lalu lanjut mengetik.

Bobby mengurut dada. Membahas soal kebersihan dengan Revo sama saja tantangannya dengan menyuruh kucing mandi di dalam bath up.

"Seenggaknya di kamar gue masih ada beda antara baju bersih dan baju kotor, masih kelihatan ada lantainya,  dan gak bau," ujar Bobby lalu menghempaskan tubuhnya ke sebelah Revo.

"Lo ngapain sih? Mepet-mepet gini? Iiih.." ujar Revo malas saat Bobby menyandar padanya. Bobby nyengir.

"Duuh.. my sweety sister, ntar lo bakalan kangen sama gue, makanya hari ini gue meluangkan waktu untuk lo," jelas Bobby.

Revo mendelik.

"Kangen kenapa? Lo sakit kanker stadium tiga dan divonis bakalan mati satu minggu lagi?" tanya Revo.

Bobby segera mencubit kedua pipi Revo dengan gemas. Tak lupa menambahkan tabokan super keras ke kepala cewek berambut sebahu itu.

"Kalo ngomong jangan ngasal, gue pites juga tuh bibir," gerutu Bobby. Revo mengedikkan bahu lagi lalu lanjut mengetik.

"Gak penasaran kenapa gue bilang lo bakalan kangen sama gue?"

Revo menggeleng.

"Kalo gak penasaran jangan salahin gue kalo lo tiba-tiba jantungan waktu Oma ngasih tau sesuatu ntar malem," kata Bobby cuek lalu bangkit dari duduknya.

Revo mulai merasa terusik. Tangannya segera menahan lengan Bobby.

"Ngasih tau apa?" tanya Revo pelan. Bobby menaikkan sebelah alisnya, senyuman sinis mulai muncul.

"Gak jadi deh.. lebih asyik kalo lo tau nya ntar malem," lirih Bobby lalu pergi begitu saja.

Revo mendecih lalu menggaruk kepalanya yang memang terasa gatal,efek gak mandi tiga hari. Ekspresinya terlihat serius.

"Firasat gue gak enak nih.. Nenek-nenek tua itu negerencanain apa lagi ?" decak Revo sebal.

☎☎☎

Bunyi dentingan garpu dan sendok terdengar keras di ruang makan rumah Oma. Di depan Revo, duduk seorang nenek-nenek sosialita yang terlihat anggun. Sesekali Revo melirik ke arah Oma dan Bobby, sejak Bobby mengatakan Oma ingin mengatakan sesuatu padanya nanti malam, tak urung rasa penasaran mulai menghantui gadis itu.

Oma sudah menyelesaikan makannya dan sekarang sedang membersihkan tepi bibirnya dengan serbet.

"Kamu kenapa melototin Oma terus? Ada yang salah?" tanya Oma pada Revo. Revo menggeleng.

"Gak kok, Oma ke GR-an nih, Revo gak melototin Oma," sahut Revo lalu pura-pura sibuk dengan makanannya.

Oma mengedikkan bahu lalu mengalihkan tatapan pada cucu laki-lakinya.

Tiga Santri [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang