Bismillah..
☎ Afika Pearce ☎
"Maaf Buk.. kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi..." Pria berkacamata itu menjegal kalimatnya untuk memperhatikan raut wajah Ny. Pearce.
"Anak ibuk tetap harus di DO."
BRAK!
"Kenapa? Apakah uang yang saya donasikan untuk sekolah ini kurang? Berapa lagi yang kalian butuhkan?" Ny.Pearce berteriak hebat. Nafasnya terengah-engah. Bapak kepala sekolah yang memberitahukan tentang berita itu langsung bungkam lalu menunduk dalam.
"Maaf Buk, tapi sekolah ini benar-benar kewalahan menangani sifat Afika, dia bahkan hampir membunuh pegawai TU," ujar Pak Kepsek ngeri.
Ny.Pearce membulatkan matanya lalu menoleh ke arah Afika yang sedang bersiul-siul sambil melirik kesana kemari.
"Ti-tidak mungkin, senakal-nakalnya anak saya, dia tidak akan sampai membunuh manusia," kata Ny. Pearce perlahan. Pak Kepsek berdehem.
"Dia menaruh kalajengking di kursi pegawai TU," kata Pak Kepsek.
"Tapi Kalajengkingnya gak berbisa kok Pak," bantah Afika kalem.
"Memang tidak berbisa, tapi saat itu lantai TU baru selesai di pel dan saat Bu Asih terkejut, dia terpeleset dan hampir membentur lantai, itu sangat berbahaya karena Bu Asih sedang hamil tua," kata Pak Kepsek.
Ny.Pearce reflek menutup mulutnya.
"Lalu bagaimana keadaan Bu Asih?"
Pak Kepsek tersenyum tenang.
"Untungnya Bu Asih disambut oleh Pak Dito, guru olahraga sekolah ini," ujar Pak Kepsek. Ny. Pearce langsung menghembuskan napas lega.
"Syukurlah."
"Lagipula, karena kejahilan saya Pak Dito dan Bu Asih rujuk lagi, jadi seharusnya kesalahan saya dikurangi Pak," bela Afika lagi.
Pak Kepsek menggeleng tegas.
"Walaupun kamu sudah menyelamatkan pernikahan mereka tapi tetap saja bobot kamu sudah penuh dan kamu harus segera Drop Out dari sekolah ini," jelas Pak Kepsek tegas.
🍬🍬🍬
Ny.Pearce mengurut pangkal hidungnya. Melirik beberapa kali ke arah Afika yang terlihat menggemaskan saat menyandar di kursi mobil.
Sebenarnya wanita itu sangat bingung dengan anaknya, Afika sangat lucu, bertubuh kecil, pintar,lincah dan sangat manis. Tapi kenapa bisa lima kali di DO? Bahkan umurnya di satu sekolah hanya bertahan selama setengah bulan.
Sejak kecil Afika sangat pintar, setiap hari gadis itu selalu menunjukkan hasil ulangan dengan nilai sempurna, karena itulah Ny. Pearce memutuskan untuk ikut bekerja dengan suaminya. Toh tanpa bimbingannya Afika sudah pintar, jadi tidak ada salahnya dia ikut bekerja? begitu pikirnya saat itu.
Namun tak lama setelah Ny.Pearce bekerja, sikap Afika mulai aneh, gadis itu bahkan membuat seluruh pelayan rumah mereka berhenti bekerja, nilai ulangannya memang tetap sempurna tapi sikapnya.. Naudzubillah, Ny. Pearce bahkan berfikir kalau anaknya itu kerasukan setan.
"Afika."
"Ya?"
"Tahun ini kamu tamat kan?"
"Hem."
"Setelah lulus nanti kamu masuk pesantren saja," putus Ny.Pearce tanpa menoleh ke arah putri kecilnya.
Afika mendelik lalu menatap Ny.Pearce alias Mamanya dengan tatapan bingung. Matanya mengerjap-ngerjap.
"Terserah," jawab Afika, tak peduli.
☎☎☎
Afika sedang menatap langit-langit kamarnya. Ujian Nasional sudah dilaksanakan dan tentu saja nilai Afika mendekati sempurna. Namun ekspresi gadis lucu itu terlihat sedih malam ini. Beberapa kali ia merubah posisi tidurnya namun matanya tetap tidak bisa terpejam.
"Kak, aku mau pergi jauh," kata Afika sendiri. Berbicara entah dengan siapa.
"Kemana? Ooh, aku mau masuk pesantren," katanya lagi.
Afika tersenyum beberapa detik.
"Jangan takut, sebentar lagi aku balik kok kak," sahutnya.
☎☎☎
Afika mencari pesawatnya dengan berlari-lari. Dibelakangnya seorang wanita mengejarnya dengan garang. Siapa lagi kalau bukan Mamanya?
"Sini kamuu! Argh.. dasar anak jahil! Turun dari siapa sih sifat nakalmu ini !" teriak mamanya geram.
Afika makin senang diteriaki seperti itu, jarang lho mamanya yang bergaya macam Ibu Negara itu berteriak. Apalagi saat ini mereka berada di tengah-tengah bandara. Hahahaha.. Entah pergi kemana gaya bangsawan mamanya sampai tak malu berteriak di tengah-tengah keramaian.
Afika jadi berfikir, kenapa mamanya sangat marah padanya saat ini? Padahal Afika hanya menaruh tai kucing di dalam tas mamanya yang super mahal itu.
Lagipula tadi pagi saat mereka berangkat Mamanya bilang begini,
"Aduuh! Kenapa ada tai kucing di halaman depan rumah kita, mana Mbok Darmi belum datang, Afika kamu buang tai kucing itu!"
Lalu saat Afika bertanya dengan polosnya.. "Kemana Ma?"
Mamanya menjawab seperti ini
"Terserah kamu!"Nah, jadi ditemukannya seonggok tai kucing di dalam tas mama bukan salah Afika kan?
Jedug !
Karena terlalu fokus menertawakan mamanya, Afika sampai tak menyadari ada orang di depannya. Cewek mungil itu segera terpental dan mendarat dengan posisi super tidak elit.
"Ah, maaf," kata orang yang ditabraknya itu. Afika mengangguk kesal lalu segera berdiri,agak merasa nyut-nyut di bagian belakang. Melihat ekspresi kesal Afika. Cowok yang ditabrak Afika mengerinyit.
"Seharusnya kamu yang minta maaf sama saya, kan yang menabrak saya kamu," kata orang yang ditabrak Afika lagi.
Afika nyengir lalu saat teringat sesuatu ia menoleh ke belakang dengan panik.
"Eh, pesawat yang ke kota xx udah berangkat belum Mas? Saya mau.."
"Ooh, saya juga mau naik pesawat xx kalau gitu samaan aja perginya," kata orang itu ramah.
Afika segera menarik tangan orang itu dan mengajaknya kabur.
"Ayo Mas! Ada orang aneh yang mengikuti saya dari tadi!" katanya cepat.
Cowok yang ditarik Afika melirik ke arah tangannya.
"Dek, itu.. tangan.."
"Ayo Mas, nanti orang itu makin dekat," potong Afika tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya.
Cowok itu memperhatikan wajah Afika dari samping lalu mengambil sebuah kesimpulan.
"Ayo!" ujar cowok itu ikutan panik, tangannya menggenggam erat tangan Afika lalu menariknya untuk berlari lebih cepat.
Merasa aman bersama orang itu,Afika menjadi lebih ramah lalu bertanya di sela-sela larinya.
"Oh iya, nama Mas siapa?"
"Oh, saya Aditya, kamu?"
"Afika. Saya Afika Pearce. Salam kenal," sahut Afika lalu tersenyum manis.
☎☎☎
Thankyou so much !
Keep reading yaa !! 😚