Sun and Venus

1.8K 268 85
                                    

Kulangkahkan kakiku menyusuri jalan kecil menuju bukit yang berada tak jauh dari rumah. Sebuah binocular dan alat tulis sederhana kubawa untuk membantuku mengamati alam semesta.
Di bukit ini aku memulai semuanya, dibawah hamparan langit yang tak terhingga, misterius, gelap, dan tak akan pernah bisa kucapai. Duduk dititik yang sama sekali tak berarti dalam skala alam semesta.

Rasanya aku begitu tak spesial di alam semesta ini, bagai sebutir pasir di padang sahara, keistimewaanku disini hanya sebuah delusi. Aku hanyalah sebuah partikel kecil yang sama sekali tak terlihat di alam semesta yang membentang seluas 92 milyar tahun cahaya. Tapi, aku mencoba menjadi berarti, meneliti benda-benda langit dengan pendekatan fisika dan matematika, dan menjadikan alam semesta ini menjadi laboratoriumku.

Dari banyaknya hal di alam semesta yang membuatku takjub, ada satu yang menjadi favoritku, venus. Venus, planet yang membuatku tertarik kedalam astronomi.

Lima tahun lalu, dua jam sebelum fajar menjemput bulan, tidak sengaja aku melihat venus, venus terlihat seperti bintang kuning super terang diantara bintang-bintang lain yang redup. Venus seperti membisikan rayuan-rayuan manis agar aku meneliti lebih dalam mengenai alam semesta.

"Kookie!"

Dan sekarang venusku datang, bukan venus dalam artian sebenarnya, ini berbeda. Bukan venus yang berada jauh diatas sana. Tapi ini venusku, yang selalu berada di hatiku.

Venusku itu Park Jimin.

Jimin berlari menghampiriku, senyum manis terukir di wajah cantiknya, tubuh mungil jimin seperti tenggelam dibalik hoodie kuning kebesaran yang ia kenakan, terlihat begitu terang seperti venus.

"Kenapa kau kemari?" Aku bertanya saat dirinya sudah berada tepat dihadapanku. Hidung mungil dan pipi gembilnya memerah, badannya sedikit menggigil, aku tau ia sedang sakit tapi masih sempat-sempatnya menghampiriku disini.

"Eung?kenapa ya? mungkin hanya ingin?"

"Tapi kau sedang sakit, love."

"Tidak, ha-hachim!"

"Tidak apanya? Hidung dan pipimu merah begitu, kayak badut."

"Yak! Jahat!"

Ah, jimin lucu sekali. Pipinya dikembungkan dan bibirnya dicebikan, ia terlihat seperti bocah lima tahun yang merengek minta dibelikan es krim. Ku tahan hasratku untuk mencubit pipi dan meraup bibir tebal menggodanya itu.

"Kookie jahat! tadi bilang jiminie seperti badut, sekarang jiminie didiamkan, huh!

"Maaf-maaf. Sini, aku hangatkan." Kucium kedua pipi gembil dan hidung mungilnya yang memerah lalu membawa tubuhnya ke dalam pelukanku.

"Sudah lebih hangat?" Jimin mengangkukan kepalanya di dalam pelukanku sebagai jawaban.

Sudah sekitar 30 menit aku dan Jimin berada dalam posisi yang sama, berpelukan dibawah bintang dan beralaskan rerumputan hijau. Suara serangga bersautan dengan suara daun yang bergesekan karena angin membelah keheningan yang menyelimutiku dan jimin.

"Chim,"

"Eung?" Jimin melepaskan pelukanku pada tubuhnya lalu duduk tepat disampingku.

"Mau tau sesuatu tidak?"

"Mauuu!" Jimin dengan semangat menjawab sambil menganggukan kepalanya.

"Kau itu,"

"Apa?"

"Kau itu seperti venus, kau venusku."

"Eung?Venus?"

"Iya, venus. Venus itu planet paling terang, berbeda dari planet lainnya, seperti dirimu. Kau itu cantik, paling cantik dari yang lain, pesonamu lebih bersinar dan terang, itu yang membuatku menyukaimu."

"Aish kookie gombal!" Jimin menangkupkan wajahnya dengan kedua tangannya, mencoba menyembunyikan pipinya yang semakin memerah, aih lucunya.

"Arah rotasi venus berbeda dengan arah rotasi planet lain, seperti dirimu. Yeoja atau uke lain akan dengan mudah jatuh ke dalam pesonaku dan berusaha untuk dekat denganku, tapi kau berbeda chim. Kau malah menghindar dan tidak mengacuhkanku saat aku mendekatimu, itu yang membuatku semakin tertarik padamu."

Jimin blushing hard mendengar semua ucapanku tadi, membuatku terkikik gemas melihat ekspresi lucunya, ah kau membuatku makin mencintaimu saja.

"Jika aku venus lalu kau apa?"

"Aku?matahari."

"Kenapa matahari?"

"Karena matahari adalah bintang besar yang menjadi pusat benda-benda langit, semua planet mengitari matahari dalam garis edarnya masing-masing, matahari juga bersinar paling terang diantara ribuan bintang lain."

"Apa hubungannya denganmu?"

"Banyak, aku itu memiliki pesona luar biasa yang tidak bisa ditolak oleh semua orang, sama seperti cahaya matahari. Aku dikelilingi banyak perempuan cantik dan fansku seperti matahari yang dikelilingi planet-planet yah termasuk venus."

"Yak percaya diri sekali!" Jimin berteriak sambil mencubit perut berabsku.

"Aw, sakit chim." Aku berpura-pura kesakitan karena cubitannya.

"Maaf, sakit sekali yah?" Jimin dengan nada keibuan bertanya lalu mengelus bagian perutku yang tadi ia cubit. Ah, sisi keibuan Jimin membuatku kagum.

"Saaaakit sekali, cium dong."

"Tidak mau, modus!"

"Cium aku atau aku tidak akan pernah menciumu lagi?"

"Oke oke, tuan jeon yang terhormat!"

Jimin dengan wajah kesalnya mencium pipiku, membuatku terkikik, bisa tidak sih jimin tidak menggemaskan sekali saja.

"Hm, kookie,"

"Apa sayang?"

"Venuskan panas, tidak sesuai denganku." Jimin bertanya sambil memiringkan kepalanya, tingkah khas jimin saat sedang bingung.

"Kau juga panas kok."

"Panas apanya?"

"Kau panas saat berada di ranjang, dibawah kuasaku, dan mendesahkan namaku meminta lebih. Kau itu panas, panasmu menjadi candu bagiku."

"Yak! Mesum!"

end.

hai, lama ga jumpa?ehehehehehehe. temenan yuk, kita tukeran id line gitu, pengen deh punya temen sesama kookmin shipper. jujur aja temen aku yg fujo pada ngeship yoonmin, vkook, etc. gaada yg ngeship kookmin huh-_- pengen gitu fangirlingan bareng trs share kookmin moment, tapi gapunya temen kookmin shipper /mewek:"( jadi ayo kita berteman hehe💕

kookmin's love storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang