****
Pagi itu dengan kebiasaan yang sama dan juga tempat yang sama, keluarga Kirei tampak berkumpul menikmati panasnya teh hijau musim semi.Seperti biasa, meskipun di dalam rumah sendiri tetap saja kedua orangtua Harumi Kirei memilih menikmatinya di dalam kediaman sang putri dan tak membiarkan gadis mereka melangkah keluar dari kediaman megahnya.
Sungguh, Harumi Kirei diperlakukan layaknya binatang kesayangan yang bertahtakan emas berlian tanpa sedikit pun boleh beranjak.
Raut wajah itu terlihat tak senang, ia masih menunduk mengamati teh hijaunya di cawan. Perasaannya hampir sama setiap hari, selalu berkecamuk dan kesal.
Matanya seakan mulai merabun karena hanya itu-itu saja yang ia lihat hampir setiap menit dalam hidupnya.Di hadapannya ada sang ibu yang juga duduk menuang teh ke dalam cawan. Sesekali ia menuangkan poci teh itu ke dalam cawan Harumi Kirei, melayani sang putri seperti majikannya.
Melihat raut wajah Kirei yang tiap hari hampir tak ramah padanya membuat sang ibu harus memendam getir seorang diri. Sedikit ia mulai merasa bahwa ini adalah kesalahannya namun ia takkan melemah hanya karena dicemberuti sang putri tercinta.
Sebentar lagi Kirei-nya akan berumur 17 tahun, itu artinya ia harus mulai jujur dengan keadaan yang sebenarnya.
Ia harus mulai bercerita, meluruskan benang-benang kesalahpahaman yang terus menumpuk 10 tahun ini dan membuat Kirei membencinya."Ibu tahu ini perlakuan yang tak adil bagimu Kirei tapi kau harus tahu apa yang terjadi saat ini," ucap Ibu lirih, mulai membuka percakapan seraya mengamati cawan tehnya yang masih penuh.
Tak ada jawaban dari bibir mungil gadis itu. Ia menyimpan rasa kesal dan marah dalam hati. Harumi berusaha menyembunyikannya dengan berpura-pura meneguk teh di cawan kecil tanpa menatap sang ibu.
"Kau sudah dilamar Raja Kay Natsuki, Kirei," ucap Ibu lagi dengan nada pelan lalu memberanikan diri melirik anak gadis di depannya.
Harumi Kirei tersedak, air teh tumpah dari mulutnya. Sang ibu bergegas mengeluarkan sapu tangan dan membersihkan tangan serta mulut putrinya yang basah akibat tumpahan air teh tersebut.
"Kau pasti kaget mendengarnya namun inilah kenyataan yang sesungguhnya. Ayah dan Ibu tidak jahat, kami sengaja melakukannya atas dasar perintah dari beliau. Maafkan kami Nak," ucap Ibu dengan wajah menyesal seusai membersihkan air dari tubuh putri kesayangannya.
"Tapi ..., kenapa?" ucap Kirei seolah kecewa lantas menyorot wajah Ibunya.
"Sebenarnya kau sudah dilamar 10 tahun yang lalu, Raja Kay sendiri yang menyuruh kami untuk memingitmu. Kami tak diperbolehkan untuk mengajakmu keluar walau sebentar. Kami juga tak boleh memperkenalkanmu dengan lingkungan sekitar apalagi dengan yang namanya pria," ucap Ibu panjang lebar sambil menunduk sedih.
Kirei terus menyimak, ia menatap ibunya seolah ingin tahu lebih dan lebih tanpa berusaha menyanggah atau membantah cerita sang ibu.
"Raja tak ingin kau tahu tentang lamaran ini maka dari itu ia meminta kami untuk merahasiakannya sampai hari pernikahan kalian tiba. Maafkan kami Nak jangan sekalipun kau berpikir kami jahat," ucap Ibu mulai meneteskan air mata.
"Lalu?"
"Besok adalah hari pernikahan kalian," ucap Ibu sedikit parau seraya menghapus beberapa lelehan air mata yang terus mengucur dari sudut pelupuk matanya.
Kirei hanya mengatupkan bibir, ia sudah tak mampu bertanya atau menyanggah lagi. Ia sangat kecewa akan ucapan sang ibu yang menurutnya begitu keterlaluan.
Tubuhnya melemas seketika, darah dalam tubuhnya seolah membeku ketika mendengar berita mengejutkan tentang hal itu.
Jadi selama ini, itukah jawaban dari semua pertanyaan di otaknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAREST
Fantasi"Aku tak percaya jika akhirnya aku bersuamikan seorang pria yang mirip dengan sebuah BONEKA. Bukan MIRIP melainkan MEMANG boneka. Ya...Kay Natsuki seorang Raja dan juga BONEKA HIDUP. Pria yang seumur hidup tak pernah ku lihat. Dan percaya atau tidak...