Chapter 3: Teori dan Penyelidikan

99 14 2
                                    

Alistair terbaring di sofa, masih memikirkan tentang malam itu. Saat ia mendengar suara pencurinya, jelas itu bukan seorang perempuan. Suaranya hampir sama dengan Ryusei, tapi agak lebih berat. Belum lagi tentang Nakuro. Anak itu selalu saja misterius. Kenapa ia selalu ada saat sesuatu terjadi? Apa hubungannya dengan pencurian itu. Satu hal lagi, ia mendengar sang pembunuh mengatakan sesuatu kemarin malam. Pastinya ia mengatakan terima kasih, dan nama orang yang memukulnya...

"...Roff-san!"

Hanya itu yang dia de-- Tunggu dulu.

"Tidak jadi. Karoff-san izin sebentar."

Roff-san dan Karoff-san.

"Itu dia!", Alistair bangun dari sofanya dan segera mengambil HP-nya. Ia menekan ikon LINE. Ia mencari kontak Ryusei.

Hei, Ryusei. -Alistair E.

Ah, hai Al-chan~~ -Ryusei A.

Besok ada yang mau kubicarakan denganmu.

Uwaah! Jangan-jangan pengakuan cinta! Ryusei senang sekali~~

Engga! Bukan itu! -_-

Oh, iya... Kan, Alistair suka ama Naku-chan~

Apaan, sih?! Engga!

He he, iya iya. Sampai besok.

Iya.

Alistair meletakkan HP-nya dan masih berpikir.

"Aku harus bagaimana?..."

Alistair berdiri dari sofa dan melihat ke arah jam. Sudah jam 06.00 pagi. Ia berdiri dan segera mandi. Ia memakai seragamnya setelah selesai, dan membuat sarapan telur mata sapi setengah matang dengan nasi goreng ala Indonesia. (Arrghh, jadi laper :v)

Ia memakan sarapannya dengan tenang dan berangkat ke sekolah. Di tengah perjalanan, ia melihat toko kue yang baru buka sehari yang lalu. Ia penasaran dan masuk ke dalamnya.

"Selamat datang.", seorang gadis berwajah datar menyapanya. Ia sama sekali tidak tersenyum.

"Ah, iya.", Alistair melihat ke arah kuenya. Uwow, kelihatannya enak-enak. Ia mencari rasa mint, rasa kesukaannya.

"Ehm, rekomendasinya apa saja?", Alistair bingung, kue-kue itu benar-benar menggugah selera.

"Saya rekomendasikan yang ini, tuan.", seorang gadis tersenyum di belakang. Ia menunjuk kue rasa mocha itu. Alistair mengangguk dan mengambilnya. Ia segera membayarnya.

"Terima kasih, mbak.", kata Alistair.

"Eh, tidak sopan. Aku dan Kimiko kelas 5 loh.", kata anak itu.

"Ah, maafkan saya.", Alistair meninggalkan toko itu.

"Ayame, bukannya dia kelas 7?", tanya Kimiko.

"Masa? Tau dari mana?", Ayame heran.

"Masa lupa, kata Kak Nyako kan.", Kimiko menunjuk Nyako yang sedang membaca komik.

"BTW, hari ini Karoff-jiichan kan udah balik, nanti rapat?", tanya Ayame yang mengelap piring.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fraternity of Assassins (Psychopath)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang