"Gimana kabar kamu disana Fin?" Suara Kak Arian tampak menggema, seakan memecah keheningan diantara kita sejak tadi.
"Kabar ku baik kok Kak, tidak pernah sebaik ini"Jawabku dengan sangat pelan, mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa selama ini aku baik-baik saja, meski jauh di dalam hatiku tidak bisa aku pungkiri sebagian hatiku ikut menyalahkan apa yang baru saja aku ucapkan.
"hem, syukurlah kalau begitu, tapi ngomong-ngomong kamu tidak ingin menanyakan kabarku Fin?" Candanya sambil tertawa kecil, tawa yang dulu begitu aku sukai, bahkan hingga kini.
"Sepertinya aku tidak perlu bertanya lagi, dilihat dari wajahmu saat ini aku tau kakak pasti bahagia."ucapku sambil tersenyum, memandang kearah jendela disampingku. Tapi ucapan Kak Arian selanjutnya membuatku terdiam,
"Hahaha Iyalah aku bahagia, Fina kan udah pulang jadi aku pasti bahagia" ucap kak Arian dengan tawanya yang terdengar sangat lepas, membuatku menoleh ke arah Kak Arian duduk, dan ternyata aku melihat dia juga sedang melihatku, dengan tatapan teduh yang seketika membuatku tergugu dalam diam, ekspresinya saat ini membuatku seakan percaya dengan dirinya, lagi.
"Tidak usah melihatku seperti itu Fin, tidak ada yang berbeda dariku baik sebelum atau sesudah kamu pergi."Ucapan Kak Arian yang tiba-tiba membuatku tersentak, nada dingin dari bicaranya membuatku merasa bersalah meninggalkannya dulu, kulihat rahang Kak Arian mengeras pertanda dia sedang menahan amarahnya. Tau seperti ini aku tidak akan meninggalkannya dulu. Tapi kemudian aku merasakan kehangatan melingkupi telapak tanganku, dan ternyata tangan Kak Arian lah yang memegang tanganku, cepat-cepat aku menarik tanganku kembali, bukan, bukan nya aku tidak ingin merasakan kehangatan tangannya lagi, tapi aku juga tau batasan, tidak mungkin aku membiarkan hatiku kembali jatuh untuk keberapa kalinya.
"Eh maaf Fin, kebiasaan." Ucap Kak Arian dengan cengiran khasnya.
Dan aku yang melihatnya hanya bisa tersenyum kecil, mencoba memaklumi keadaan ini meski aku tau jantungku malah berdegup dengan cepatnya.
Diam-diam aku tersenyum memandang Kak Arian yang sedang memegang stir disebelah kananku, melihat wajahnya yang tidak berubah sedikitpun sejak 2 tahun yang lalu, rambutnya yang memang selalu memakai pomade tapi selalu dia biarkan acak-acakan membuatku menahan napas saat melihatnya, ada sedikit harapan dalam hatiku untuk kembail memulai semuanya dari awal dengannya.
"Nanti kita mampir dulu sebentar ya Fin, Kakak mau menjemput seseorang" Ucap Kak Arian sambil sesekali membenarkan rambutnya. Aku hanya mengangguk, menjawab pertanyaan Kak Arian. Tiba-tiba mobil berhenti di dekat Alfamart, aku hanya diam melihat Kak Arian turun dari mobil. Dari sini aku bisa melihat kak Arian sedang berbicara dengan seorang perempuan, mereka lalu melihat kearahku.
Tiba-tiba Kak Arian menghampiriku, lalu membuka pintu mobil disampingku.
"Err Fin apa kamu bisa pindah duduk kebelakang? Ini, Lila pacarku ingin duduk didepan katanya."Ucap Kak Arian dengan canggung, seakan tidak enak telah mengatakan hal itu padaku.
Tapi, tunggu. Bukankah tadi Kak Arian bilang itu adalah pacarnya? Aku tidak salah dengarkan? Jadi kalau begitu untuk apa aku kembali untuknya jika dia saja sudah bahagia dengan kehidupannya yang baru?
Minta maaflah pada hatimu Sera, kamu membiarkan hatimu berharap terlalu tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serafina
Teen FictionTerkadang tidak semua orang yang mencintai bisa saling bersama, ada saatnya orang yang saling mencintai harus saling melepaskan, saling melupakan, bahkan menjadi seperti orang asing. Sakit memang saat kamu hanya bisa melihat orang yang kamu cinta da...