First Meeting

181 12 12
                                    

Hoshi P.O.V

Namyangju, Gyeonggi, Korea Selatan.

Pada awal musim dingin 8 tahun yang lalu. Tahun itu, musim dingin di Namyangju mencapai suhu terdingin yang muncul pada awal bulan Desember, yang mencapai minus 3 hingga 6 derajat celcius. Hari-hari masa liburan musim dinginku tahun itu yang terasa begitu beku, hingga menjadi sangat membosankan. Mungkin bagi bocah lelaki hiperaktif yang baru berusia 9 tahun. Duduk tenang dirumah di temani dengan penghangat ruangan yang selalu eomma sediakan di kamarku. Membaca komik, bermain playstation atau game online yang biasa anak laki-laki lakukan, bahkan itu tak cukup hanya untuk menghiasi liburan musim dinginku selama 1 bulan. Apalagi, semenjak setahun yang lalu, appa baru meninggal dunia pada saat musim gugur baru saja tiba di Namyang. Dikarenakan penyakit gagar otak yang merusak kebahagiaan hidupnya bersama keluarganya. Waktu itu, aku tidak menangis. Karena appa melarangku, dia bilang...

Laki-laki harus kuat dan tidak boleh menangis, laki-laki harus menjadi pelindung bagi orang-orang yang kita sayangi. Karena suatu saat nanti, pasti kau akan merasakan yang namanya mencintai dan menyayangi seseorang. Di saat itulah, kau akan mempunyai perasaan untuk selalu melindunginya. Bahkan kau tidak ingin kehilangannya. Mungkin akan sulit bagimu, tapi kau akan mengerti jika waktunya sudah datang. Dan maafkan appa yang tidak bisa terus bersama kalian untuk kedepannya. Maafkan appa yang tidak bisa membimbingmu lebih jauh di masa depan. Tapi.. kalian tetaplah menjadi 2 berlian yang paling berharga yang pernah appa punya selama hidup appa.

Kata kata yang di ucapkan appa berhenti di sertai pejamnya mata appa perlahan setelah alat EKG (pendeteksi jantung) itu menunjukkan garis lurus pada layar monitornya. Aku bingung mengapa appa meminta maaf padaku dan eomma di saat saat terakhirnya.

Dan juga... pesan yang di tinggalkannya untukku itu. Yahh... memang aku tidak terlalu mengerti maksud dari kata-kata appa waktu itu. Yahh... mungkin bagi bocah lelaki 9 tahun. Bahkan butuh waktu lama dan banyak pengalaman bagiku untuk benar-benar bisa mencerna kata-kata terakhir dari appa waktu itu. Benar-benar lebih sulit dari yang kubayangkan.

Tapi tidak sampai aku bertemu dengannya. Gadis pertama yang menjadi sahabat dekatku.

Aku masih ingat jelas. Pertemuan pertama kami. Moment itu....

Flashback

hoshi P.O.V 

Pada saat awal musim dingin di Namyangju 8 tahun yang lalu.

Dia datang bersama dengan keluarganya. Di antar dengan mobil taxi kota, mereka membawa banyak tas bawaan dan koper-koper. Sepertinya mereka akan menjadi penghuni baru untuk rumah kosong di samping rumahku ini. Karena sudah hampir 2 tahun rumah sebagus itu tidak di huni, karena pemiliknya yang pindah keluar kota. Akhirnya, mereka lah yang akan menjadi tetangga baru ku mulai saat ini dan seterusnya.

Aku yang waktu itu sedang bermain playstation, teralihkan karena kedatangan mereka. Aku mengintip dari balik jendela kaca kamarku yang ada di lantai 2 rumahku.

Aku menangkap beberapa sosok di bawah sana, di pekarangan depan rumah itu. Seorang ahjumma dan ahjussi, dan seorang yeoja yang mungkin seumuran denganku. Dia memakai sweater biru langit, yang kemudian di balut lagi dengan jaket hangat berwarna coklat muda, dan rambut hitam sepanjang bahu yang ditutupi oleh topi beanie berwarna merah tua, sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas dari lantai atas ini.

Mereka mulai membawa tas-tas dan koper-koper itu masuk ke dalam rumah, tapi tidak dari mereka semua masuk. Yeoja kecil itu, dia menghentikan langkahnya sesaat baru saja salju pertama turun dan mendarat tepat di depan pandangan matanya. Dia menoleh ke atas, baru saat itu juga aku dapat melihat wajahnya dengan jelas.

Your Voice [Seventeen Hoshi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang