Dengan secangkir teh panas ditangannya, Eunjin duduk diam di atas ranjang empuknya. Tidak ada pergerakan sama sekali dari ekspresi kosong gadis itu. Di malam yang sunyi ini, bahkan pikiran gadis itu seolah-olah melayang jauh entah kemana.
Sejenak ia menyesap teh panasnya yang masih mengepulkan uap panas di atas cangkirnya. Dan tak lama kemudian, ia tersenyum lembut. Ingatan tentang kejadian tadi siang tanpa sengaja terlintas di pikirannya.
Flashback
..." Aku akan pergi dari Seoul Soonyoung-ah."
Ucap Eunjin di sertai isak tangisnya yang semakin keras. Sedangkan Soonyoung, dengan ekspresi kagetnya ia masih menatap Eunjin lekat.
" K-kenapa kau tiba-tiba bicara seperti itu, Eunjin-ah? "
Eunjin hanya menangis seraya menundukkan kepalanya. Ia tengah berusaha keras untuk meredakan tangisannya. Detik berikutnya, perlahan ia mendongak menatap Soonyoung, dan langsung memeluk erat namja itu.
" Shireo... shireo... shireo... "
Ucap Eunjin pelan di tengah-tengah isak tangisnya. Ia terus melontarkan kata yang sama berulang-ulang kali. Tangannya yang memeluk erat Soonyoung seolah-olah enggan untuk ia lepas.
Sedangkan Soonyoung, ia hanya diam. Tidak ada pemberontakan seperti biasanya saat ia di sentuh oleh Eunjin. Seolah-olah namja itu membirkan Eunjin menangis sepuasnya dipelukannya untuk kali ini.
...
End of flashback.Mengingat kejadian siang itu, Eunjin hanya bisa menghela nafas. Ia tidak ingin hanya karena ingatan itu membuat dirinya lemah lagi.
" Ahh... jinjja... "
Gadis itu mengeluh pelan sebelum menaruh kembali cangkir tehnya di atas nakas samping ranjangnya.Greek!!!
Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka. Menampakkan tubuh seorang ahjumma sekitar usia 40-45 tahun di ambang pintu kamar Eunjin. Eunjin langsung mendongak dan menoleh ke arah ambang pintu.
" Eunjin-ah. Eomma ingin bicara denganmu. ".
Ucap ahjumma itu dingin seraya mrmberikan tatapan tajamnya ke mata Eunjin.
Skip>>>
Di sebuah ruangan yang luas, bernuansa megah dan elegan, dengan chandiler yang mengkilat bersinar seperti berlian di langit-langit ruang tersebut.Eunjin duduk diam di sofa. Di depannya, ada seorang ahjumma, menatap Eunjin yang masih menundukkan kepalanya daritadi. Seolah-olah menghindari kontak mata dari kedua pasang mata yang menatapnya dingin itu.
" Dengar Eunjin-ah, tak lama lagi mereka akan kemari untuk meminangmu. Apakah kau masih bersikeras untuk tetap bertahan dengan namja buruk itu? "
Tandas ahjumma itu dingin." Soonyoung bukanlah namja yang buruk, eomma. Justru sebaliknya, dia adalah namja yang sangat-sangat baik yang pernah aku kenal. Dia pernah mencintaiku. Tapi karena eomma, dia berubah. "
Kali ini Eunjin mendongak menatap wajah dingin eomma nya. Matanya mulai memerah dan berkaca-kaca, menahan air mata yang sudah memupuk. Nafasnya menderu, tangannya bergetar hebat menahan emosi yang tidak bisa ia lampiaskan." Kau benar, Eunjin-ah. Ia pernah mencintaimu. Tapi cintanya apakah sebesar seperti kau mencintainya? "
Pandangan ahjumma itu pada Eunjin semakin terkesan meremehkan.Mendengar pertanyaan eomma nya, Eunjin hanya diam dan kembali menundukkan kepalanya. Dia tahu yang di ucapkan eomma nya memang benar. Semenjak putusnya hubungannya dengan Soonyoung, namja itu kini banyak berubah. Apalagi terhadap Eunjin. Semakin hari, semakin banyak retakan yang namja itu ciptakan di hati Eunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Voice [Seventeen Hoshi]
FanficButiran salju pertama yang turun di awal musim dingin, dia datang. Senyuman nya yang hangat seolah olah mencairkan suasana yang terasa beku. Segala riwayat hidupnya dia ceritakan padaku di atas catatan kecilnya. Suara nya yang selalu dia kulum selam...