1

8 1 1
                                    

Julia, begitulah nama wanita itu. Dia bukanlah seorang wanita yang berasal dari Negeri yang terkenal dengan rempah-rempah dan negara yang terkenal akan daerah maritim. Jika ingin ditarik benang merah dari maksudku, maka kalian akan mengetahui bahwa dia bukanlah seorang wanita yang berasal dari Indonesia. Ya, tanah airnya bukanlah disini, namun ada beberapa hal yang membuatku takjub kepadanya.
Ketika dia tersenyum maka kedua lesung pipitnya akan mengembang dan menambah akan kecantikan warna kulitnya yang putih. Ketika angin meniup rambutnya, maka rambutnya yang berwarna pirang dan panjang itu akan mengembang,  ibaratkan sebuah bendera yang berkibar atau dedaunan yang tertiup. Matanya berwarna biru, sebiru lautan yang mengalir di samudera.
Kalian bisa menebak bahwa dia adalah wanita yang lahir di benua biru Eropa atau wanita kaukas yang di Indonesia terkenal dengan nama bule.  Tebakkan kalian ada benarnya, meski sebenarnya dia adalah seorang wanita yang berasal dari Kanada, sebuah negara yang jauh dari benua Eropa.
Aku pertama kali bertemu dengannya ketika dia mengunjungi daerahku yang berada di kota  Pontianak ibukota Kalimantan Barat. Tepatnya ketika di kota ini tengah merayakan perayaan event kulminasi di Tugu Khatulistiwa.  Apalagi pada even tersebut kota Pontianak tidak seperti biasanya, banyak turis asing yang ingin menyaksikan even  yang sangat langka itu.
***
“Ah, kesempatan yang bagus” begitulah yang terlintas dipikiranku beberapa hari sebelum even kulminasi dimulai.  Tunggu dulu, Kesempatan ? Apa maksud dari pernyataan kesempatan tersebut ?
Aku tahu bahwa kalian akan bertanya  dan muncul dalam benak kalian akan maksud dari sebuah kata “Kesempatan”. Kesempatan apa ? Adakah makna positif yang terkandung dari kata “Kesempatan” itu? 
Baiklah akan kujelaskan maksud dari pernyataanku, intinya adalah kota Pontianak merupakan sebuah kota yang jarang sekali dikunjungi oleh turis asing, wajar saja, tempat untuk wisata bisa dikatakan amat kurang.  Apalagi hal ini diperparah oleh jarangnya masyarakat yang ingin mempelajari bahasa Inggris. Padahal bahasa Inggris ini sangat penting untuk kedepannya. 
Sementara itu, pemerintah kota sangat menginginkan agar kunjungan turis ke kota Pontianak semakin lama semakin meningkat, namun apalah jadinya jika keinginan masyarakat untuk mempelajari bahasa asing kurang ditingkatkan.  Bahkan pada suatu seminar aku pernah mengajukan sebuah keinginan bahwa bagaimana jika di Pontianak terdapat sebuah aplikasi smartphone atau situs yang memiliki konten didalam bahasa Inggris. Namun hal itu malah di tentang oleh rekan-rekan relawan.
“Biarkan saja mereka mempelajari bahasa Melayu” begitulah salah satu ucapan dari temanku yang masih kuingat hingga sekarang.
“Ah, Apa pula ini, maaf bukannya aku tak cinta akan bahasaku sendiri, bukankah untuk memancing ikan maka kita harus menggunakan umpan yang tepat ?” Ungkapan itu muncul di dalam hatiku dan aku yakin bahwa mereka salah.  Biarlah kita pancing para turis dengan situs atau aplikasi yang dibuad dengan menggunakan bahasa Inggris, biarkan mereka terperangkap akan indahnya panorama Kalimantan Barat dan Pontianak agar mereka kembali lagi ke kota Pontianak suatu saat nanti.
***

JuliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang