Berbincangnya Kata

48 4 2
                                    

Luka di lutut Tara sudah tidak terlalu sakit. Hari yang panas membuat siswa di kelas Tara kepanasan dan malas mengikuti pelajaran. Ditambah perut yang keroncongan menambah suasana tersiksa di kelas. Tara hampir setengah tidur sebelum akhirnya gurunya memintanya maju ke depan untuk mengerjakan tugas yang ada di papan bewarna hitam pekat. Dengan santai Tara mengerjakannya karena memang Tara juara dengan matematika.

"Tara, kamu punya rok itu kena apa?" Tanya bu Sus penasaran. Seluruh mata dikelas tertuju pada rok Tara

"Oh, tidak apa apa, tersiram es, bu" jawab Tara bohong.

"Kenapa tidak dibersihkan? Cewek cantik cantik kok kotor begitu! Sana ke kamar mandi, bersihkan dulu" bu Sus menerocos. "Merry, ganti kamu yang kerjakan" tangan bu Sus menunjuk Merry membuat Merry yang memang tidak suka dan tidak mengerjakan tugas gurunya itu gelagapan.

"Kamu tidak mengerjakan yaa" mata bu Sus menyipit mencoba menyimpulkan gerakan Merry.

"Aaa" mulut Merry menganga bingung menjawab diikuti dengan mulut bu Sus juga menirukan Merry.

"Anuu bu, saya tidak tahu dimana buku saya. Tadi disini sekarang tidak ada, padahal saya sudah mengerjakan sampai larut malam. Sia sia sudah usaha saya." Merry memasang wajah memelas.

"Tidak ada alasan!! Keluar kamu!!" Bentak bu Sus dengan penggarisnya.

Merry mengedipkan mata ke teman teman sekelasnya tanda senang. Baginya, lebih baik tidak ikut pelajaran karena ada Tara si juara matematika itu. Teman teman sekelasnya memasang wajah cemberut karena iri dengan Merry yang begitu berani dengan Bu Sus yang terkenal dengan tatapan tajamnya.

"*"
Tara berjalan malas menuju kamar mandi. Sudah jauh. Pojokan lagi. Ia menyesal kenapa tidak bilang kalau kalau itu darah. Pasti sulit menghilangkan kotoran itu kalau tidak dikucek.Sekali lagi ia berdecak. Padahal soal yang diberikan bu Sus memang mudah. Atau memang karena guru kesayangannya.

Sepasang mata mengamati Tara sedari tadi. Menatap dari ujung sepatu sampai rambut Tara sambil minum minuman botol bertuliskan pepsi. Berdiri ditengah tengah kesepian karena memang jam pelajaran. Enak enaknya saja dia bolos jam dan minum di dekat kamar mandi. Untung saja tidak membawa teman, batin Tara. Mata itu menunggu Tara keluar dari kamar mandi. Setelah  berkecimpungan dengan air, tetap saja bekas bewarna merah itu tidak hilang. Tara patah hati kemudian memutuskan untuk kembali lagi ke kelas dan menjelaskan semua masalah kepada bu Sus. Tidak lain karena rok yang dipakainya sudah basah dan noda itu tidak hilang. Tara merapikan baju sesekali menatap roknya yang basah. Apa kata orang? Abis banjiran? Tenggelem? Abis mancing? Cukup! Tara memedekan penampilannya. Tidak begitu buruk.

Tara tersentak melihat laki laki tinggi menghadang tubuh tepat didepannya. Kali ini Tara mencium bau parfum. Gentle.

"Hai" sapa laki laki itu diikuti dengan mengangkat alisnya berkali kali entah untuk apa. Sesaat kemudian ia menjulurkan tangannya.

"Saya Al.."

"Aldo" Tara menyahut membuat mata Aldo terbelalak.

"Ohh, jadi kamu kenal saya ya? Ya jelaslah kamu kan murid terganteng disini" pertanyaan yang kemudian dijawab sendiri oleh Aldo sambil mengukir senyum.

Wajah Tara bermimik kaget tidak suka mendengar Aldo mengucapkan kata "terganteng".

"Kalau namamu?" Aldo membuyarkan pandangan Tara. Tara merapikan sekali lagi bajunya.

"Tara" senyum Tara membalas senyuman laki laki ganteng  menurut Aldo sendiri.

Aldo berdeham. Sesaat.

"Taaraaaaaaa" Aldo memposekan tubuhnya seperti ayah yang memberikan hadiah kepada anak perempuan mungil dengan mengucap kata "Taraaa". Tara menepuk dadanya tak percaya. Orang yang katanya terganteng atau memang benar ganteng sih. Bisanya berperilaku konyol seperti itu. Alhasil Tara terkekeh kecil melihat kelakuan Aldo.

"Rok kamu kenapa?" Tanya Aldo penasaran.

"Kamu sedang apa disini? Masih jam pelajaran ini" Tara bertanya balik.

"Ohh, saya tau. Kamu yang tadi pagi jatuh gara gara Carlo, kan. Waahh, kalau tahu begini tadi saya tolongin" ucap Aldo bangga dengan sedikit nyesel.

"Kenapa kalau tolong orang harus pilih pilih, ikhlas tidak?"

"Haruslah" Aldo berpindah menjejerkan posisinya dengan Tara, kemudian berbisik "saya cuma mau nolong orang cantik, seperti kamu"

Tara tersenyum malu. Bahkan pipinya memerah sesaat.

"*"
Merry berdiri di luar kelas. Udara yang tadi terasa panas dikelas, menjadi segar apabila diluar. Ingin hati berjalan jalan. Tetapi matanya melihat Chito berjalan menuju kelasnya.

"Waduh waduh waduh, kok saya sial lagi sih!" Merry menepukkan tangannya ke kepala. "Yaahh, bagaimana ini, apa kata kak Chito kalau tahu saya dihukum seperti ini" wajah Merry kebingungan.

Chito semakin mendekat kearah Merry. Merry menunjukkan deretan gigi putihnya sambil meringis melihat Chito mendekatinya.

"Dihukumkah?" Kata Chito simpel. Merry yang tadinya berdiri tegak sekarang melayu.

Merry hanya menjawab dengan isyarat cekehehan kecil.

"Saya mencari Tara" jelas Chito menyampaikan maksud kedatangan.

"Aaa, Tara tidak ada, dia dikamar mandi sekarang" Tara menginformasikan.

"Kalau begitu, daripada kamu disini,  temani saya saja bertemu Tara" ajak Chito.

"Aaa, kak Chito pengertian begini, jadi suka bolos jam juga ternyata yaa"

"SMA kalau tidak nakal tidak berkesan , jadi gunakan saja masa masa indah ini " canda Chito.

Mereka berjalan berdampingan santai menuju kamar mandi. Sesampainya kemudian, Merry merasa bingung. Mengapa saat semua dilakukan berdua, waktu seakan cepat sekali. Apalagi kalau ditemani doi disini. Merry membatin diikuti senyum yang menampak.

"Itu Tara dengaaaaann" Merry berusaha mengerjap menerka siapa yang sedang berbicara dengan Tara.

"Aaldo" ucap Merry bernada lambat.

"Jadi orang itu yang namanya Aldo yaa."  Chito berdeham sebentar. "Tara, Aldo" teriak Chito sambil berjalan menghampiri.

Aldo dan Tara seketika langsung berpaling mencari sumber suara tak lain adalah Chito.

"Kebetulan sekali ini yaa. Kalian berdua dipanggil pak Teguh. Lihat jadwal OSN kalian sudah dekat. Kalian ini malah pacaran saja" terocos Chito.

"Ohh. Jadi saya lombanya sama kamu ya" Aldo melirik Tara. "Jadi semangat sekolah nih, nggai salah deh Pak Teguh milih kita jadi tim. Cocok banget." Aldo terlihat senang. Dibenahi rambutnya agar terlihat lebih keren.

"Sama Aldo kak?" Tanya Tara.

"Yaah, bakalan cinkesak lahh" canda Chito.

"Cinkesak?" Merry melongo.

"Cinta keadaan mendesak, hahaha" Chito melirik Merry sedangkan Aldo dan Tara mengamati ketidak jelasan kakak kelasnya itu.

Beri vote dan commentnya ya,🙄
Terutama yang membangun agar lebih baik.

MentarikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang