Chapter 6. Warm, Hot, Burn

9.9K 1.3K 409
                                    

Setelah kejadian itu, Varo kembali melakukan hal yang sempat berhenti dilakukannya. Ia kembali mengunjungi Anggra seperti biasanya. Bahkan ia sering menginap di rumah Anggra cs. Tentu saja Varo akan tidur di kamar Anggra, hanya cowok itu yang paling membuatnya merasa nyaman dan hangat.

Varo tidak memedulikan jika memang dirinya mendapat julukan pemberi harapan palsu. Justru dengan menjauhi Anggra hanya membuat cowok itu tersakiti. Dan Varo tidak bisa menyembunyikan rasa sakit di dalam hatinya ketika memikirkan hal itu. Sungguh, Varo tidak pernah berniat untuk menyakiti Anggra. Cowok itu sudah sangat baik padanya.

Varo hanga merasa semakin dekat pada Anggra.

Pun Luke dan Bayu tidak pernah mempermasalahkan kedekatannya dengan Anggra. Dua sahabat itu hanya akan menggoda jika melihat kedekatan mereka. Varo tidak pernah mendapati teguran ataupun tatapan tidak suka dari Luke dan Bayu.

Anggra memang tidak pernah bercerita tentang apapun tapi jika mengingat respon Luke dan Bayu, Varo berasumsi bahwa kedua sahabat itu sudah mengetahui segalanya tentang Anggra. Mereka bertiga memang sangat dekat dan mengetahui rahasia satu sama lain.

Saat ini, Varo tengah berada di rumah Anggra cs seperti biasanya. Hari ini ia memutuskan untuk menginap, lagipula sekarang adalah hari Minggu. Ia tengah menonton film yang tadi dibawa oleh Luke. Mereka berempat melihat bersama di ruang tengah dengan lampu padam.

Varo duduk di karpet; punggungnya menyandar pada sofa dibelakangnya. Anggra berada di sampingnya. Sedangkan Luke dan Bayu duduk di sofa yang terletak di samping mereka. Sesekali Varo menyuapi dirinya sendiri dengan popcorn yang dibawa Anggra.

Tiba-tiba cowok itu menyandarkan kepalanya pada bahu Varo.

Varo tidak bergerak, membiarkan Anggra melakukan itu. "Capek?" Tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari layar LCD di hadapannya. Varo bisa merasakan kepala Anggra menggeleng; membuatnya tersenyum.

Sejak pelukan mereka beberapa hari lalu, Varo tidak pernah menolak satupun skin ship yang dilakukan Anggra. Lagipula Varo menyukai hal itu, menyukai semua sentuhan cowok itu. Ia menyukai keberadaan Anggra di dekatnya. Varo hanya mengabaikan reaksi Luke dan Bayu yang selalu berlebihan ketika menunjukkan skin ship-nya dengan Anggra untuk kali pertama.

Masih tidak mengalihkan pandangan, Varo mengangkat tangan kanannya, mencapai ujung rambut Anggra yang panjang lalu bergeser untuk menyentuh kulit pipi cowok itu. Mengelus di bagian sana, ia bisa merasakan bulu-bulu halus yang terasa di kulit itu.

Anggra mengambil tangan Varo yang sejak tadi asyik mengelus kulit pipinya. Satu kecupan dari cowok itu di telapak tangannya membuat Varo menoleh. Anggra sudah mengangkat kepalanya dan tengah memandangnya tepat di mata. Walau minim cahaya, Varo tahu betul tatapan seperti apa yang Anggra layangkan padanya.

Kali ini reaksi tubuhnya melebihi apa yang Varo rasakan sebelumnya. Ia bisa merasakan dengan jelas bagaimana jantungnya seakan melompat-lompat dengan excited. Lalu semakin lama kulit pipinya terasa menghangat bahkan semakin lama terasa panas.

Pada akhirnya, Varo memahami arti dari tatapan Anggra yang selama ini membuatnya merasa kacau.

Itu adalah tatapan sayang, rindu dan ingin memiliki.

Mereka masih bertahan untuk memandang satu sama lain lalu kontak mata itu terputus saat ruangan itu kembali terang. Luke baru saja kembali menyalakan lampu dan Bayu terlihat tengah membereskan kaset DVD yang berserakan dilantai. Varo bahkan tidak menyadari bahwa film telah selesai.

"Gue mau ke kamar deh, mau nelpon yayang." Bayu berkata dengan nada jahil. Lalu dibalas oleh lemparan bantal dari Luke.

"Nggak usah pamer."

When Love Walked In [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang