Chapter 7. Mutual

8.7K 1.2K 185
                                    

Seorang Anggra Hadinata itu sangat cuek, terlampau santai dan selalu bersikap apa adanya. Cowok itu akan secara terang-terangan mengungkapkan sesuatu jika ada sesuatu yang mengganggunya. Tidak peduli sepedas apa ungkapannya nanti.

Anggra juga tidak menggunakan embel-embel apapun untuk memanggil Varo. Bahkan dari kali pertama mereka bicara secara face to face, Anggra sudah menggunakan gue-elo pada Varo. Menurut cowok itu, tidak peduli yang mana senior dan yang mana junior, hal itu justru hanya akan menimbulkan rasa segan dan juga jarak.

Varo sendiri tidak pernah mempermasalahkan cara Anggra. Semua orang mempunyai cara dan prinsipnya sendiri. Walau pemuda itu terkesan rude dan urakan, ia lebih prefer Anggra yang seperti itu.

Varo menyukai Anggra apa adanya.

Pada suatu hari di hari Jum'at, Varo membawa tugas kampusnya ke Lullaby. Tempat itu sudah sepi, terdapat tulisan 'close' yang menggantung di pintu. Varo tengah menunggu Anggra, cowok itu sedang mengganti bajunya jadi Varo mencoba memeriksa kembali tugasnya.

Luke dan Bayu sudah lebih dulu meninggalkan Lullaby. Hanya tersisa Anggra dan Varo di sana.

Saat Anggra kembali, cowok itu memilih untuk duduk di samping Varo. Dekat sekali karena sebelumnya Varo memilih untuk duduk di kursi panjang yang berada di pojok ruangan, kursi itu bisa diduduki untuk tiga orang. Anggra menyandarkan kepalanya pada bahu Varo. Sepertinya cowok itu lelah.

Varo diam, kedua tangannya membereskan tugas-tugasnya yang telah selesai. Lalu fokusnya beralih sepenuhnya pada Anggra. Cowok itu sunyi sekali.

"Anggra," panggilnya pelan. "Kenapa? Capek?"

Anggra mengangkat kepalanya, cowok itu tidak menjawab tapi kepalanya mengangguk pelan. Varo tidak bisa untuk tidak tersenyum dengan tingkah Anggra. Cowok itu menjadi sedikit manja padanya. Varo mengangkat tangan kanannya dan mengelus pipi Anggra menggunakan punggung jarinya. Mereka saling menatap untuk benerapa lama sampai kemudian kedua kelopak mata milik Anggra menutup, terlihat menikmati sentuhan Varo.

Hal itu membuat senyuman Varo semakin lebar.

Varo menyarankan untuk segara pulang agar Anggra bisa istirahat dengan nyaman di rumah. Tapi cowok itu hanya bergumam lalu membuka mata dan menuntun Varo untuk berdiri di hadapannya. Varo merasa bingung tapi ia tidak protes. Anggra menjatuhkan tubuh Varo di atas kedua pahanya. Kedua tangannya melingkar pada pinggang Varo, memeluknya. Lalu dagunya mendarat di atas bahu Varo

Varo mengernyit. "Anggra?"

"Kamu bisa diam nggak? Aku lagi ngisi energi."

Varo mengangkat salah satu alisnya. Lalu menahan tawa ketika menangkap maksud dari Anggra. Cowok itu sangat lucu. Menganggap pelukan bisa mengisi energinya yang seolah telah habis. Tapi Varo tidak bisa menolak, ia menyukai perlakuan Anggra. Apalagi ketika Anggra tidak lagi menyebut gue-elo seperti sebelumnya.

Jadi Varo dengan senang hati membalas pelukan itu. Pelukan besar dan beraroma mint yang membuatnya merasa nyaman. Walau ia bertanya-tanya dalam hati ketika Anggra terlihat baik-baik saja menahan bobot tubuhnya.

Desiran aneh pada tubuhnya tidak bisa Varo hentikan ketika Anggra mengecup bahunya lalu naik ke perpotongan lehernya. Varo membalas perlakuan cowok itu dengan menanam hidungnya dalam-dalam di rambut Anggra untuk mengendus harum yang berada disana.

Anggra memang terkesan rude dan urakan tapi cowok itu bisa menjelma menjadi sosok yang sangat manja dan memanjakannya. Varo bahkan merasa bahwa Anggra terlalu memanjakannya.

Saat itu Varo menginap di rumah Anggra cs. Setelah berpamitan pada Luke dan Bayu, ia bersama Anggra pergi menuju kamar cowok itu. Varo bahkan sudah bersiap untuk tidur di atas tempat tidur Anggra ketika cowok itu malah beranjak keluar kamar tanpa berkata satu katapun.

Varo memutuskan untuk menunggu. Ia menarik selimut hingga sebatas pinggangnya.

Anggra datang tak lama kemudian. Cowok itu membawa satu gelas susu vanila di tangan. Varo tersenyum melihat Anggra duduk di sampingnya dan menyodorkan gelas berisi susu padanya.

Ketika Varo menerima dan menyeruput susu miliknya, ia terkejut kemudian. Rasa manis dari susu vanila itu mempunyai rasa yang berbeda.

"Kamu yang bikin kan, Nggra?" Varo bertanya dengan refleks.

Anggra mengangguk dalam duduknya. Mata cowok itu sedari tadi tidak pernah meninggalkan Varo. Sedangkan Varo tersenyum semakin lebar untuk itu. Sebagai apresiasi, ia kembali meminum cairan berwarna putih itu dengan lebih kidmat.

"Ini enak banget." Varo memuji. Kemudian ia bisa melihat bahwa Anggra tersenyum. Lalu salah satu tangan cowok itu terangkat dan menyentuh pinggiran bibirnya. Menghapus sisa cairan susu di sana.

"Aku pake madu sebagai pengganti gula buat susunya." Kata Anggra.

Varo merasa bingung di tempatnya. Merasa bingung saat Anggra tiba-tiba membuatkan susu untuknya sebelum pergi tidur dan merasa bingung kenapa cowok itu menggunakan madu ke dalam susunya. Walau Varo tidak memungkiri rasa lezat pada minuman itu. Ia berniat menanyakan kebingungannya tapi Anggra lebih dulu bicara.

"Supaya kamu tidur lebih nyenyak."

Varo terdiam. Matanya memandang wajah Anggra yang kini tengah tersenyum padanya dengan begitu lembut. Perasaan haru dan senang yang membuncah di dadanya hanya membuat Varo berlama-lama menatap wajah milik Anggra.

Ternyata cowok itu sangat memperhatikannya. Anggra tau bahwa Varo memang sulit untuk tidur akhir-akhir ini karena tugas akhirnya dan Varo sama sekali tidak menyangka bahwa Anggra akan bersikap seperti ini padanya.

Varo merasa menjadi orang yang paling beruntung sekarang. Tapi ia juga merasa takut. Takut jika Anggra memanjakannya seperti ini, Varo akan menjadi terbiasa dan bergantung pada cowok itu.

Tapi untuk sekarang, Varo akan menikmati setiap detik kebersamaannya dengan Anggra.

Varo akan bersyukur ketika meminum susunya hingga habis. Varo akan bersyukur saat Anggra membaringkannya di tempat tidur dan menyelimuti tubuhnya. Varo akan bersyukur saat cowok itu memeluknya sepanjang malam hingga ia memiliki jam tidur yang sangat berkualitas.

Anggra memang terkesan rude dan urakan tapi cowok itu bisa menjelma menjadi sosok yang manja dan memanjakannya bahkan menjadi sosok yang belum pernah Varo temui sebelumnya.

Saat Anggra membuat kopinya dengan sangat serius di balik mesin pembuat kopi, Varo merasa seperti tengah melihat sosok yang berbeda. Cowok itu akan sangat telaten dan hati-hati membuat cangkir demi cangkir kopi untuk para pelanggannya. Lalu Anggra akan melayangkan sebuah senyuman ketika memberikan pesanan pada pelanggan.

Senyuman yang kadang ingin Varo miliki untuk dirinya sendiri.

Varo juga sudah melihat bagaimana solidaritas Anggra dengan Luke dan Bayu. Tapi ketika cowok itu menghadapi masalah bersama dua sahabatnya itu, Anggra akan menjadi sosok yang paling bijaksana.

Anggra memang memiliki sikap yang lebih dewasa dibanding Varo tapi fakta bahwa cowok itu mampu mengendalikan semua emosi ketika masalah menimpanya, membuat Varo melihat sisi lain sosok itu.

Atau ketika Sang Ibu berkunjung ke Lullaby, Anggra akan meninggalkan apapun pekerjaannya di balik mesin pembuat kopinya dan lebih memilih untuk menempel pada Sang Ibu. Cowok itu akan memakan apapun makanan yang Ibunya bawa dan tak jarang pula, Anggra akan membaginya pada Varo, Luke maupun Bayu.

Fakta bahwa Anggra yang sangat menyukai makanan buatan Sang Ibu adalah salah satu sisi dari beribu sisi manis yang terdapat pada cowok berambut panjang itu.

Meski cowok itu akan sedikit tidak mengacuhkannya saat Sang Ibu datang berkunjung tapi Varo tidak pernah merasa keberatan akan hal itu. Pemandangan Anggra yang sangat menikmati waktu bersama Ibunya adalah hal yang sangat berharga bagi Varo. Ia bisa melihat rasa sayang cowok itu untuk Sang Ibu.

Anggra memang terkesan rude dan urakan tapi cowok itu bisa menjelma menjadi sosok yang sangat manja dan memanjakannya. Varo bahkan merasa bahwa Anggra terlalu memanjakannya bahkan menjadi sosok yang belum pernah Varo temui sebelumnya.

Dan sekali lagi, Varo menyukai apapun yang berada dalam diri Anggra.

.

To be continued.

When Love Walked In [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang