P-5

698 73 16
                                    

Oke. Itu enggak mungkin! Enggak mungkin Greyson menyukaiku, kan?!

Ya, itu tidak mungkin. Alasan pertama karena sudah lama kami tidak bertemu, rasanya aneh dan enggak mungkin Greyson menyukaiku padahal kami baru bertemu dua hari yang lalu. Kedua, soal lagu itu, bukan hanya aku kan, yang bermata biru di dunia ini?

HAHAHAHAHAHA.

Hahaha ...

Sial kenapa aku malah jadi malu begini!

"Tapi ..." gumamku datar. "Enggak ada yang enggak mungkin, kan?"

***

"Greyson!!" aku mengetuk pintu kamarnya. "Cepetan dong! Sudah hampir jam delapan nih, kita bakalan telat!"

Aku kaget ketika pintu tiba-tiba terbuka. Ia tersenyum masam padaku. Kulihat tampilannya sekarang. Kaus abu-abu, jaket dan celana jins. Rambut cokelatnya agak berantakan.

Omigot ganteng!

"Bu-bukannya nyengir gitu ... ayo cepat!" aku berbalik, memegang tali tasku.

"Hei, kamu mau pakai itu?"

Aku spontan menoleh padanya. Hari ini hari Kamis, hari memakai baju bebas. Aku dan teman-teman sekelasku (yang cewek) suka janjian kalau hari Kamis harus pakai rok. Aku nggak setuju dgn perjanjian itu, tapi aku kalah suara.

Jadi, sekarang aku memakai rok tosca yang panjangnya setengah paha, kaus tanpa lengan putih yang kupadukan dengan tank top ungu dan cardigan biru tua. Aku juga memakai sepatu sneakers-ku dan mengepang satu samping rambutku.

"Aneh?" aku bertanya datar. "Bisa dibilang di kelas kita, para cewek harus pakai rok di hari memakai pakaian bebas."

"Tidak juga .. Manis. Tapi, tumben kamu mau pakai rok?" Greyson tersenyum mengejek.

"Kamu tidak tahu kalau aku sekarang stylish, bukan?" aku menarik tangan Greyson menuruni tangga. Sudah kukira dia akan kagum dengan tampilanku sekarang! Hehehe.

Setibanya disekolah, datang kabar baik, atau mungkin termasuk kabar buruk juga. Ternyata hari ini sekolah diliburkan, dan hanya kelas kami yang tidak diberitahu! Waktu kami tahu itu dan bersiap pulang, Mark, satpam sekolah malah meminta kami untuk membersihkan taman!

Hebat sekali.

"Tapi, taman sekolah ini bagus juga, ya," Greyson menyapu dedaunan di bawah pohon. "Teduh dan hijau sekali."

"Yaa. Aku betah berlama-lama di taman ini," kupandang teman-temanku yang meninggalkan taman untuk membersihkan lapangan.

"Sendirian?"

"Tidak juga. Kadang sama Allie atau Dany."

"Dany?!"

"Dia temanku sejak SD, Greyson," aku tersenyum geli. "Hei, aku suka lagumu yang kamu mainkan tadi malam. Apa judulnya?"

"Aku belum tahu judulnya," Greyson menerawang. "Mungkin judulnya Light?"

"Kurang menarik," cibirku tidak setuju. "Kenapa tidak Light Up The Dark saja?"

Greyson menepuk tangannya senang. "Ya! Itu! Judul yang cocok, Manis," komentar Greyson dengan senyuman lebar.

Aku terdiam, menatap Greyson datar.

"Hei, kenapa?" Greyson mendekatiku heran.

"Kamu makin biasa manggil aku Manis, ya?" tanyaku setengah kegeeran.

"Cocok kok denganmu," Greyson mengusap rambutku lembut.

"Keberatan?" ia tersenyum dan menatapku. "You know, you're so pretty today ..."

ProbablyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang