Suara rintik hujan masih terdengar jelas di luar sana. Tidak terlalu deras namun mampu membuat orang-orang terpaksa harus menghentikan aktivitasnya.
Seorang gadis berambut panjang tengah duduk termenung di dekat jendela. Sesekali jarinya usil bermain-main pada embun yang menempel di kaca—mencoret-coret sebuah nama 'Jeon Wonwoo'.
"Hufft.. kapan dia pulang?" desahnya sambil meniup kaca jendela. Karena bosan, ia pun menggerakan kursi rodanya menuju dapur. Ya, ia memang seorang gadis yang cacat. Semenjak kecelakaan tragis yang menimpa keluarganya, membuat ia harus kehilangan kedua orangtuanya dan juga fungsi kaki yang belum bisa digerakkan untuk berjalan. Tapi dokter bilang, hanya tinggal menunggu waktu dan terapi secara rutin untuk menyembuhkan kakinya.
Dibukanya lemari es, dan tampaklah sederet minuman yang menyejukkan dahaga. Oh bukan, bukan itu yang ia cari. Melainkan sepotong sisa kue yang dibuatnya kemarin bersama 'Jeon Wonwoo'.
"Aigoo.. kuingin memakannya." Tangannya bergerak mengeluarkan potongan kue itu dan langsung menjejalkan kue itu ke dalam mulutnya.
*****
"Chagiya, sebenarnya kau kenapa? Apa kau sakit?" Wonwoo menatap kekasihnya cemas. Sejak dari hari-hari kemarin kekasihnya 'Minatozaki Sana', terus mendiamkannya.
Entah karena apa, kini Sana menjadi lebih dingin dan berbicara dengannya pun tanpa melakukan kontak mata. Ini membuat Wonwoo khawatir terhadap Sana. Takut kalau ia pernah melakukan kesalahan yang tidak sama sekali tidak ia sadari.
"Naneun gwaenchana oppa." Dan lagi-lagi gadis itu berbicara tanpa sedikitpun menatapnya.
"Hmm.. baiklah. Mari kita pulang, hari sudah semakin larut." Wonwoo beranjak dari kursinya yang kemudian disusul oleh Sana.
- Mobil -
"Mau ikut ke apartemenku?" tanya Wonwoo tanpa menoleh sedikitpun pada Sana.
Yang ditanya hanya menyunggingkan senyum sinisnya."Ke apartemenmu? Atau ke apartemen gadis lumpuh itu?"
'Ciittt...!!!'
Dengan refleks, Wonwoo mengerem mobilnya dan langsung menatap Sana tajam.
"Tidak usah menatapku begitu, Jeon Wonwoo." Ucap Sana masih dengan senyum sinisnya.
"Apa maksudmu dengan gadis lumpuh? Mina? Dia yang kau sebut dengan gadis lumpuh itu?" Suaranya terdengar seperti menahan amarah.
"Iya oppa."
"Kenapa kau berkata seperti itu? Dia hanya adikku dan tak leb—"
"Cukup Wonwoo! Aku sudah bosan dengan ucapan kosongmu itu! Dia adikmu? Apa kau fikir aku bodoh? Mana ada gadis yang tidak akan menyukai lawan jenisnya sementara mereka satu apartemen? Apa sifatku akhir-akhir ini kurang membuatmu peka?!" Sana histeris dan menatap kekasihnya tajam. Wonwoo hanya terdiam menatap mata Sana yang sudah mulai berair.
"Cukup oppa, aku mau kita putus saja." Ucap Sana dengan nada bergetar. Wonwoo masih bergeming menatap gadis yang amat ia cintai selama satu tahun terakhir ini.
"Aku pergi.." tanpa ada tangan yang menahan, Sana langsung keluar dari mobil Wonwoo dan berlari entah kemana.
"Arrghhh!" Wonwoo mengacak rambutnya, frustasi. Memang ia sangat mencintai Sana, tapi disatu sisi ia juga tak bisa meninggalkan Mina.
*****
"Bagaimana dinnernya dengan Sana eonni, oppa?"
Dengan riangnya Mina menyambut Wonwoo yang baru saja membuka pintu apartemen. Tapi Wonwoo tidak menggubris pertanyaan Mina dan langsung melanjutkan langkahnya menuju kamarnya.
"Ada yang tidak beres dengan Wonwoo oppa." Gumam Mina pelan.
—Tbc gaez.
KAMU SEDANG MEMBACA
❝ Thanks, Wonwoo. ❞ [Selesai]
Fanfiction❝ Dilema ❞ Itu yang sedang Wonwoo rasakan ketika harus memilih antara Mina dan Sana. p.s : bahasa tidak sesuai EYD. Tq.