Empat

12 2 0
                                    

Sepi amat, ini sekolah apa kuburan ya', batinnya. Ia melirik ke arah jam tangannya. 06.40. Ia kembali mengedarkan pandangannya.
Ia berjalan melewati koridor sekolahnya dan menaiki tangga menuju kelasnya yang berada di lantai 2.
Ia berhenti sejenak dan melihat pemandangan dari lantai 2 sekolahnya ini. Saat ingin  beranjak dari sana, tiba-tiba ia dihadang oleh Dita dan kedua temannya--Rani dan Mitha.
"Apaan sih lo, pagi-pagi juga. Ini masih pagi kalo mau ribut ntar siang. Jangan ngebuat hari orang hancur deh" ucap nya dengan lantang.
"Jauhin Dava atau.."
"Atau apa? Lo pikir gue takut?" potong Riani dengan cepat
"Lo berani sama Dita?", tanya Rani.
"Ya elahh, ngapain takut sama dia, emang dia monster? Eh emang sih kayak monster" ucapnya sambil melihat ke arah Dita.

Riani memang cewek yang dingin dan tak terlalu peduli pada apapun. Tapi jika ia diganggu oleh Dita, ia tak pernah mengalah. Dita memang adalah musuh bebuyutannya. Mereka berdua bahkan sempat di hukum, karena berkelahi di depan umum. Ia juga selalu berhasil membuat Dita kesal dengan ucapannya.

"Lo tuh" seru Dita dengan kesal sambil mengangkat tangannya.
"Apa?" seru Riani sambil memegang tangan Dita dan melepaskannya dengan keras.
"Minggir deh gue mau lewat, nggak ada yang perlu lagi kan, atau mau minta tanda tangan?" lanjutnya dengan nada mengejek.
"Jauhin Dava" teriak Dita dengan sangat lantang saat Riani beranjak pergi mmeninggalknnya.
Riani tak memperdulikan Dita yang masih berteriak.

Ia langsung memasuki kelasnya dan duduk dibangku nya.
Ia melihat sekelilingnya. Tak ada seorang pun dikelas. Hanya ada beberapa tas yang ntah kemana pemiliknya. Ia memasangkan earphone nya dengan lagu Ed Sheeran berjudul Photograph. Ia memang salah satu penggemar Ed Sheeran. Sangking menyukai lagu itu, Riani beberapa kali mengeluarkan suara mengikuti lirik lagu yang ia dengar. Matanya terpejam, sambil mengkuti alunan musik.

"Hai.." sapa Dava yang baru saja memasuki kelas.
Tidak ada jawaban.
Saat Dava melihat kearah gadis yang ia sapa itu, ia tersadar bahwa gadis yang ia sapa sedang memakai earphone di telinganya yang tertutup oleh rambut indahnya yang tergerai .
Karena melihat keseriusan Riani yang mendengar musik ia tak ingin mengganggunya. Dava berdiri dan ingin beranjak pergi dari sana. Tetapi langkahnya terhenti karna mendengar suara nyanyian yang sangat merdu menurutnya. Ia melihat ke belakang dan mendapati asal
suara itu. Ia terus memperhatikannya. Mendengarkan setiap kata yang keluar dari suara merdu gadis itu.

Tak berapa lama kemudian Riani membuka matanya dan mengerjap kan matanya beberapa kali saat mendapati Dava yang sedang berdiri memperhatikannya. Seketika ia berhenti manyanyi. Mulutnya tertutup rapat.
"Nga..ngapain lo?" tanyanya dengan gugup.
Dava yang melihat ekspresi wajah Riani yang kelihatan sedikit kesal karena ia memperhatikannya hanya tersenyum lebar.
"Suara lo bagus" ucap Dava tak lupa dengan senyuman manis andalannya itu. Kemudian ia beranjak pergi meninggalkan kelas. Riani tak terlalu peduli. Ia memasang kembali earphone yang tadi sempat ia lepaskan melanjutkan kegiatannya mendengar musik.

                          ####
Bel tanda istirahat berbunyi dengan nyaring. Semua siswa beranjak meninggalkan kelas dan menuju tempat tujuannya masing-masing. Kecuali Riani. Ia lebih memilih berdiam diri di kelas dan mendengar musik dari handphone-nya itu.

"Lo nggak keluar" ucap sahabatnya-- Lidya yang mendatanginya dan segera duduk di sampingnya. Kursi di samping Riani sudah, karena pemiliknya sudah pergi sejak bel berbunyi tadi.
Riani tak menjawab
"Woi" ucapnya dengan keras sambil menarik earphone yang terpasang di telinga Riani
"Ihh..lo apa-apaan sih" gerutu nya dengan kesal.
"Temenin gue ke kantin"
"Nggak, gue mager. Lo aja sendiri"
"Ih...ayo" paksa Lidya sambil menarik pergelangan tangan Riani. Riani tak bisa menolak lagi. Ia hanya berjalan malas mengikuti sahabatnya itu. Tak lupa ia membawa sebuah buku novel remaja kesukaannya.

"Lo mau makan apa?" tanya Lidya
"Nggak deh. Gue minum jus mangga aja"
Lidya hanya menjawab dengan acungan jempolnya.
Riani melihat sekelilingnya. Disana ada Dava dan ketiga temannya. Ia mengedarkan pandangannya saat matanya dan mata Dava bertemu selama 5 detik. Di tempat yang tidak jauh dari meja Dava dan teman-temannya , Riani melihat Dita dan teman-temannya yang sedang berbincang dengan serius.

"Nih" seru Lidya
Riani refleks langsung melihat kearah Lidya dan mengambil jus mangga pesanannya. Ia menyeruput minuman itu dengan sangat santai sambil membaca buku novel yang tadi ia bawa.
"Ri" sapa Lidya
Orang-orang disekolahnya memang memanggilnya dengan panggilan Rin karena menurut mereke jika memanggil Ria, tak enak didengar. Entalah, Riani tak terlalu menanggapi nya.
"Hmm" Riani menjawab dengan bergumam pelan.
"Gue mau nanya"
"Tanya aja" jawab nya tanpa menoleh dan tetap fokus membaca novelnya itu.
"Lo kayaknya makin deket deh sama Dava"
"Iyalah deket, orang 1 meja. Gimana sih lo"
Riani berhenti membaca dan meletakkan bukunya di atas meja.
"Kenapa? Lo cemburu?" lanjutnya sambil menatap lurus ke mata Lidya
"Ih..apaansih. Gue nggak suka sama Dava"
"Terus?"
"Gue mau minta tolong sama lo"
"Tolong apa?"
"Lo kenal sama Rangga temen Dava kan? Lo tolong gue, cari tau tentang dia. Ya..ya..ya.." bujuk Lidya.
Riani tercengang."Lo suka sama Rangga?"
"Ihh..pelan dikit dong ada orangnya tu"
"Hmm.." gumam Riani.
Lidya menghela nafas
"Gue nggak tau. Beberapa hari ini dia sering chat gue. Terus kalo dia ketemu gue, dia senyum-senyum gitu. Sering ngajak gue balik bareng"
"Ohh" jawab Riani dengan santai
"Kok cuma oh sih" decak Lidya kesal.
Riani tak menanggapi. Mereka diam sejenak dan bel tanda waktu istirahat sudah habis memecahkan keheningan antar mereka berdua. Semua siswa berhamburan pergi menuju kelas masing-masing, begitu juga Riani.

"Udah ah. Bel udah bunyi tu. Gue mau ke kelas" ucap Riani sambil beranjak pergi dari kursi yang ia duduki tadi.
"Ihh..tunggu. Pokoknya lo harus tolongin gue" teriak Lidya yang sudah tertinggal cukup jauh dibelakang Riani.
Riani terus melanjutkan langkahnya.

Mereka memasuki kelas bersamaan dengan Dava dan satu temannya--Rian yang sekelas dengannya.
"Ri, jangan lupa ya. Awas lo"
"Hmm.."
Dava yang berada di belakang mereka pun menaikkan sebelah alisnya saat mendegar percakapan 2 gadis itu.

"Udah sembuh aja lo" ucap Dava sambil membetulkan posisi duduknya.
"Terus lo nggak suka" jawab Riani dengan sedikit kesal.
Dava hanya diam.
"Btw, makasih karena kemaren lo udah nganterin gue pulang"
"Hmm.."
Nih cowok ngeselin deh, sombong apa gimana. Orang berterima kasih malah diem, batinnya dengan kesal. Ia memutar bola matanya dan bertemu dengan mata Lidya. Lidya memainkan matanya seakan menunjuk seseorang. Ia mengikuti arah mata Lidya dan mendapati seorang di sebelahnya. Lidya menunjuk Dava. Riani menghela nafas, ia tau benar maksud dari Lidya menunjuk Dava.

"Untung lo sahabat gue" seru Riani dengan pelan tetapi masih dapat didengar oleh Dava.
"Punya sahabat juga lo" ejek Dava.
"Apaan sinany" ucap nya kesal "Gue mau nanya" lanjutnya
Dava hanya menaikkan sebelah alisnya.
"Rangga temen lo kan?"
"Kenapa emangnya, lo suka?"
"Bukan gue. Dia itu beberapa hari ini deketin Lidya, sahabat gue"
"Bukan urusan gue. Tanya aja langsung sama Rangga nya"
"Ih..kok lo nyolot sih"
"Siapa yang nyolot"
Setelah itu tak ada lagi yang bersuara sampai bel pulang berbunyi dengan nyaring.

Siswa-siswi pun bergegas pergi meninggalkan kelas begitu juga dengan keduanya.

Hi..manteman
Nyambung nggak?
Semoga nyambung ya cerita nya
Oh iya makasih untuk yang udah baca dan vote💕💞
Lanjutin baca ya
semoga suka☺☺
Satu lagi, sorry kalo banyak typo

Dream AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang