***
Elven Castle, Turqois Land
Seorang pemuda berambut pirang bermata biru tengah duduk tenang membaca sebuah buku mantra, saat pemuda pirang lain memasuki ruang perpustakaannya dan mengusik kesenangannya itu. Seolah - olah tak menyadari ke hadirannya, pemuda itu tetap acuh dan terus membaca buku.
" Aiden - sama, para tetua telah siap di ruang rapat menunggu kehadiran anda ", pemuda tadi segera menunduk hormat.
" Apa sudah benar - benar lengkap ?", tatapan Aiden beralih pada Thomas, adik sekaligus wakilnya di Istana. Thomas mendengus, dengan enggan ia membanting tubuhnya ke sofa di hadapan Aiden. " Seperti biasa, Ley lagi - lagi terlambat ".
" Iblis itu memang tak bisa di harapkan jika sedang rapat bulanan seperti ini, mungkin saja dia sibuk mengurus wilayah perbatasan ", perhatian Aiden dan Thomas teralih pada seorang pemuda yang sedang duduk membelakangi ke duanya.
Aiden menutup buku yang di pegangnya, alisnya tampak bertaut bingung. " Sejak kapan kau di sana, Fye? Kenapa aku tidak tau kau ada di sana?" Aiden mendekati penyihir muda berbakat dari negri Shura itu.
Fye bangkit, mengendikkan bahu asal. " Mau sampai kapan kau malas - malasan di sini, Tuan Putri sudah tiba di ruang rapat, ayo ke sana" Fye berjalan ke arah pintu, menatap ke dua teman Elfnya.
Hening sejenak, kali ini Thomas memecah ke sunyian di ruang Perpustakaan. " Bagaimana keadaan Putri Ashura ".
Langkah Fye terhenti, sejenak wajahnya berubah muram. Sebelum kembali di gantikan dengan topeng bahagianya. " Seperti biasa, Dia tertidur dengan nyenyaknya. Sudahlah, ayo segera rapat. Aku tidak mau di maki lagi oleh kakak sepupunya yang galak itu", Fye melambaikan tangan sementara sosoknya mulai menghilang di balik pintu.
Thomas dan Aiden hanya bisa menghela napas sesaat, sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruangan itu mengikuti rapat bulanan.
***
" Kalian lama sekali ", Hikari menatap sekumpulan Fairy yang baru saja datang menghampirinya. Beberapa dari mereka segera menunduk hormat, dan sisanya berdiri di belakang kawan - kawannya yang sudah lebih dulu mendahului mereka.
" Maafkan kami, kami harus memeriksa beberapa titik rawan sebelum datang kemari. ", seorang Fairy dewasa bermata biru berambut hijau muda datang menghampiri memberikan laporan. Hikari membaca sejenak, " baiklah, aku mengerti. Hubungi Fairy yang lain, dan segera berjaga di perbatasan hutan terlarang. Sisanya kembali ke rumah, istirahatlah, sebelum kalian siap untuk bertempur" semua Fairy yang hadir segera menunduk hormat di hadapan pemimpinnya, sesungguhnya pemuda itu bukanlah pemimpin asli, dan semua penghuni Sleeping Forest tahu itu. Namun berkat kepiawaiannya, rakyat Fairy masih bisa hidup tenang sampai saat ini.
Hikari melangkah pergi dari hadapan Fairy - Fairy itu, tatapannya menerawang. Sesekali ia menghela nafas berat, fikirannya menghilang ke masa 500 tahun yang lalu.
***
Flash Back, Sleeping Forest.
Malam bulan purnama yang mencekam, purnama penuh dengan warna semerah darah. Aura ketakutan, kepedihan, keputusasaan menguar begitu saja ke angkasa, di lain sisi, di hutan perbatasan terdengar suara pedang beradu, sesekali terdengar suara ledakan - ledakan kecil.
Dari arah yang tak terduga, suara ledakan dahsyat terdengar, menghempaskan tubuh yang nampak rapuh ke arah pohon YggDrasil. " Uhh... ", gadis itu terlihat memuntahkan cairan merah pekat di wajah putihnya. Di hadapannya berdiri pemuda berambut hitam panjang, menatapnya seolah - olah dia adalah mangsa yang tengah di burunya.
" Hades.. ", gadis itu terpaku saat menyadari siapa yang menyerangnya beberapa saat lalu. Berbanding terbalik dengan pemuda yang bernama hades itu, ia justru tersenyum menyeringai melihat buruannya terbaring tak berdaya.
Suara derapan langkah terdengar di kejauhan, senyum hades semakin mengembang. " Sepertinya pelindungmu beserta bawahannya datang kemari ", seringainya.
Drap!
Drap!
Drap!
Gadis itu memalingkan wajahnya ke arah yang di maksud Hades sebelumnya, ada raut bahagia saat menyadari siapa yang mendatangi tempatnya saat ini.
" Nona Saya !!!", Hikari berlari sekuat tenaga yang dia bisa. Hades mendekati Saya yang masih menatap Hikari, tanpa di duga, ia menaikkan tubuh Saya ke bahunya dan menyeringai penuh kemenangan.
" Lepaskan Nona Saya, mahluk terkutuk! Tangan kotormu tak pantas menyentuh Nona kami ! " Teriak Hikari murka, namun Hades hanya mengabaikan teriakan guard No 1 milik gadis itu, dan membawanya ke Danau Shine Lou.
" Lepaskan aku Hades! Kau mau bawa aku kemana!!! ", teriakan, pukulan, tendangan dari Saya, seakan tak berarti apa - apa di tubuh pemuda itu.
Dengan acuh Hades terus membawa Saya ke danau Lou meski Hikari dan beberapa bawahannya memberikan perlawanan. Hingga akhirnya, tubuh sang gadis dan Hades di telan air danau pun ia masih tak sanggup merebut Nonanya seujung kuku pun.
Gadis itu menghilang, hingga saat ini. Bahkan setelah 500 tahun berlalu....
****
Hikari menghembuskan nafas berat, langkahnya terhenti di pinggir danau Lou.
" Emi.... Apa yang harus kakak lakukan untuk merebut tubuhmu di dunia ini dari tangan keparat Hades.. " Helaan nafasnya semakin berat, ia tak mampu menanggung bebannya sendiri.
" Ckckck.... Melamunkan Adikku lagi, Hikari ??? "
Dan Hikari hanya mampu terpaku menatap sosok di hadapannya.
****
NB : Karena ini menceritakan Dimensi pararel, terkadang ada orang yang memiliki lebih dari 1 tubuh, seperti Emi dan Rin.
Dan jangan harap aku bisa menulis layaknya cerita - cerita yang banyak tersebar di watty kesayangan kita. Penulis hanya mencoba menyalurkan pengalamannya di tambah dengan sedikit bumbu fantasy, karna akan sulit jika penulis menyamakannya dengan kehidupan nyata. Hingga penulis lebih memilih mencampur adukkan dengan memory ingatannya dan fantasy.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Diary
FantasyCatatan harian dalam kumpulan memori ingatan yang di padu padankan dalam cerita fantasy