Third

2.3K 283 46
                                    

[Ini alurnya maju-mundur syantik kaya ayunan anak tk yang bikin mimin nyungsep, jadi mohon dimengerti.]

.
.
.
.
.

Kinal POV

Sore hari di hari minggu, hari yang berharga karena SMA-ku hanya libur sekali seminggu. Akan tetapi, semua perasaan senang akan hari liburku hancur berantakan karena manusia menyebalkan yang tadi pagi seenaknya datang ke rumahku dengan alasan basi yaitu 'bete'. Cowok jangkung itu masih belum pulang sejak pagi tadi, padahal sekarang sudah sore. Ia asyik memainkan game balapan di laptopku dengan mode single player karena aku terus menerus kalah ketika bermain multiplayer.

"Ga pulang-pulang, Mar. Lo mau nginep di sini?" tanyaku sinis sambil menatap tajam Mario.

"Iya."

"HAH?! LO GILA?!" teriakku spontan, mengagetkan Mario, "Gak, gak, gak, gak! Gue ga mau ada cowok nginep di rumah gue berdua doang!"

"Elah, serius amat. Gue cuman bercanda." sungut Mario kesal.

"Gue gebuk nih lama-lama," ancamku yang sukses membuat Mario bungkam, "Udah sono, fokus gamenya lagi."

Di luar dugaanku, Mario malah mem-pause gamenya lalu memutar kursi yang ia duduki ke arahku, "Nal, gue mau nanya,"

"Nanya aja." jawabku enteng.

Mario berdeham sebentar sebelum melanjutkan, "Lo risih ga sik?"

"Soal apa?"

"Itu lho," Mario membuat ekspresi bosan selagi memberi jeda, "Kan anak-anak di sekolah pada nanyain lo terus-terusan soal Veranda, tapi lo-nya cuek bebek. Merekanya jadi kesel kan. Inget kemaren? Lo ampe dikejar-kejar anggota FC Veranda keliling sekolah?"

"Iya, terus kenapa?"

"Back to the point, lo risih ga? Udah beberapa hari ini gak tenang hidup lo."

Aku mengangguk pelan, "Dikit."

Oke, jika aku harus mengatakan yang sebenarnya, aku benar-benar risih. Kan kampret, orang mau makan di kantin aja ga bisa tenang. Mana dikejar-kejar kayak orang kesetanan. Kalo ada kesempatan pasti diinterogasi habis-habisan. Padahal kan gue sama aja kayak mereka, sama-sama pengen bisa deket sama Veranda. Oke (lagi), ini kebanyakan monolog.

"Nal, hubungan lo sama Veranda itu sebenernya gimana sih? Gue ga ngerti." tanya Mario lagi, memiringkan kepalanya.

Aku tertawa pelan sambil beralih duduk di kasur, "Ya gak gimana-gimana."

"Yee, ditanya serius."

Aku mengangkat tangan kananku lalu membentuk lambang peace, "Sumpah, gue aja ga ngerti."

"Gue bahkan ga ngerti kenapa gue sering banget gak sengaja ketemu dia, dan gue juga ga ngerti kenapa dia ngajak ngobrol gue, padahal biasanya Veranda gak pernah ngajak orang lain sosialisasi," tambahku dengan cepat, "Deket sama dia aja ga pernah."

Mario hanya menghela napas, "Yah, seenggaknya, itu bagus buat lo kan? Secara gini lo bisa pedekate-in bidadari SMA kita, eak~"

Wajahku sedikit memerah mendengar ucapan Mario, "Y-ya lo bener sih.... tapi dianya mana mungkin sama kayak gue...."

"Who knows? Bisa aja dia emang beneran ga suka cowok? Plus, emangnya lo pernah liat Veranda deket sama satu cowok pun selama lo kenal sama dia?" tanya Mario bertubi-tubi.

"Engga sih...."

"Coba lo pikir deh, Nal. Pasti ada alasan kenapa Veranda yang dinginnya udah kayak freezer gitu bisa tiba-tiba care sama lo kaya someone who fell in love in first sight." jelasnya sambil menggerak-gerakkan tangan.

Prove It!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang