Fourth

2.1K 254 96
                                    

"Kinal."

Tidak ada respon, gadis tomboy berusia tujuh belas tahun itu masih saja menatap keluar jendela. Pikirannya dipenuhi oleh berbagai macam bayangan apa yang akan ia lakukan bersama Veranda, Kinal sama sekali tidak fokus dengan perjalanan. Otaknya mungkin sudah overload akibat bekerja terlalu cepat.

"Kinal." ulang Veranda tanpa melepaskan pandangan dari jalanan, kan bisa berabe kalau bidadari satu itu tidak fokus lalu menabrak, entah kendaraan lain atau apalah itu.

"Devi Kinal Putri," ucap Veranda dengan jelas sambil melirik sedikit ke arah Kinal, "Hei, Kinal."

Setelah lama diabaikan seperti itu, Veranda akhirnya menyerah. Gadis bak bidadari itu lebih memilih fokus pada perjalanan lagi, toh daripada membuang energi hanya demi kata-kata sederhana yang sebenarnya tidak penting.

Cukup lama keheningan mengisi, hanya sesekali terdengar suara mesin dari kendaraan yang menyalip atau suara klakson pengemudi yang tidak sabaran. Terasa lebih canggung dari biasanya memang, tanpa Kinal yang mengajak Veranda mengobrol kecil dan responnya yang jarang lebih dari delapan kata, atau bahkan sebuah pertanyaan kecil basa-basi dari Veranda.

Ctek.

Saking bosannya, si gadis primadona memutuskan untuk menyalakan radio. Meskipun terasa sedikit aneh bagi dirinya sendiri untuk merasa bosan di tengah-tengah keheningan, Veranda biasanya merasa tidak nyaman jika harus bersosialisasi.

Alunan nada dari radio mulai berbunyi, sebuah lagu ceria yang sama sekali tidak cocok dengan mood mereka berdua.

Di saat bel berbunyi, aku pun lebih cepat
dari semuanya membuka pintu keluar

Kinal tiba-tiba menoleh ke radio saat mendengar lirik bagian awal dari lagu tersebut, matanya sedikit membelalak.

Lagu ini...

Veranda yang menyadari perubahan sikap Kinal langsung membesarkan volume radionya sedikit, siapa tahu gadis tomboy di sebelahnya menyukai lagu ini.

Tidak pandai belajar juga tidak mengapa
Ada hal yang jauh lebih penting dari itu

Entah mengapa, senyum tipis Veranda mengembang melihat ekspresi Kinal yang menurutnya agak lucu, seperti sedang gugup, malu, dan senang di saat yang bersamaan. Hati kecil bidadari itu terasa tergelitik, memberikan perasaan aneh pada perutnya. Suatu perasaan yang membuat dirinya merasa aneh namun bahagia.

Ku berada berdiri di tengah lapangan
menghadap gedung sekolah dan teriak
Aku ingin hidup jujur pada diri sendiri

Sungguh, wajah Kinal sedikit demi sedikit memerah, seakan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dalam hati ia mengutuk, mengapa dari sekian banyak lagu yang bisa diputar di stasiun radio, harus lagu satu ini?

Aku suka kamu ditolak juga tidak apa-apa
Aku tak sembunyikan perasaanku yang sebenarnya
Aku suka kamu walaupun sejelek apapun
Perasan yang melimpah ini tak akan kupendam

Puff.

Wajah Kinal benar-benar berubah merah, gadis tomboy itu ingin sekali mengajukan komplain atas mengapa harus lagu ini yang diputar saat ia sedang bersama Veranda. Ia tahu, perasaan malu ini hanya ia rasakan sepihak, Veranda bahkan tidak bereaksi apa-apa atas lagu ini.

"Kinal."

Akhirnya gadis bergingsul itu menengok, "Iya?"

"Kamu bilang filmnya mulai jam tiga, tapi ini masih jam satu lewat, kenapa?" tanya Veranda, pandangannya lurus ke depan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Prove It!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang