anonim

PROLOG

Bangunan gereja sekitar 10×5 meter persegi, telah dipenuhi oleh para jemaat. Tidak terlalu besar memang, kira-kira bisa untuk kurang lebih 100 orang. Ibu-Ibu disebelah kanan depan, Bapak-Bapak disebelah kiri depan. Bagian belakang diisi oleh para pemuda. Ya, pemuda. Disana duduk seorang remaja yang biasa dipanggil  Hanggi, Hanggita Christin Sharon, seorang anak SMP kelas 3 dengan baju kaos hijau diikuti dengan celana jeans biru gelap—yang biasanya ia pakai di minggu ketiga. Hanggi memang begitu, baju pun punya jadwal. Mungkin kalian berpikir kalau Hanggi itu orang yang teratur, hidupnyalurus. Tidak, dia adalah cewe paling berantakan, tidak di rumah dan sekolah. Tapi jika urusannya dengan agama, bisa dibilang dia paling rapih, teratur, dan lurus, maka dari itu banyak orang bilang kalau dia itu cewe "religius".
***
"Hah? Dia jadi ketua?" Kata Chiko si anak yang selalu telat datang kemana-mana." Oh,tidak bisa!" Katanya sambil menekankan kata-katanya itu.

"Lah? Emang kenapa?" kata seseorang yang berada di samping Hanggi.

Para pemuda gereja sedang membicarakan tentang kepengurusan pemuda-pemudi. Hanggi di pilih menjadi ketua, semua setuju, terkecuali Chiko.

"Gua gamau si cewe 'sok suci' jadi ketua,"kata Chiko sambil menatap mata Hanggita dengan tajam.

"Apa sih? Yauda belum tentu juga gua kepilih. Ribet banget si lu! Emang lu bisa? Mau?"

Kejadian ini terus berlanjut semenjak kebaktian hari ini hingga akhirnya diputuskan ada 2 pasangan calon ketua.

"Kira-kira tanggal yang baik untuk pemilihan kapan?"tanya seseorang yang selama ini menjadi ketua sementara, Alvaro.

"Abis aku UN aja, kak" jawab Hanggita, dia memang sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional, "Sekitar 2 minggu lagi lah, kak."

"Ada yang keberatan?" kata Alvaro seraya mengambil laptop untuk menyatat jadwal acara yang akan diselenggarakan, "Oke, kalau gitu...."

"Saya kak!" teriak Chiko memotong sambil melirik sinis Hanggi.

Ya, bisa dibilang Chiko dan Hanggi itu rival.
***