Deri, I Still Love You

189 0 0
                                    

Anjrit! Dia ngeliat gue!

Buru-buru aku sembunyi di balik tiang, tapi tiangnya tipis begini pasti aku tetap kelihatan. Ya Tuhan... dia jalan ke arahku. Tuh, kan, Eve, udah dibilangin jadi kepo ngeyel sih lo. Kulihat kursi yang kosong di depan cafe, penghuni sebelumnya baru saja pergi, buru-buru aku duduk di kursi itu dan pura-pura seruput jus bekas orang. Bodo amat... jorok-jorok, deh.

"Ve, lo ngikutin gue, ya?"

Brussh... keselek kan gue. Uhuk-uhuk, emang berkah deh ngembat jus orang. Aku pura-pura batuk lama tapi dia tetap berdiri di depanku dengan wajah tampannya yang sialan tetap bikin aku deg-degan. Gayanya juga makin rapih aja, jaket kulit ala korea, celana jeans biru, sepatu biru kesukaannya, jam tangan biru, matanya yang juga biru oh my lovely blue boy.

"Ve, jawab gue."

"Ehm..." aku mengalihkan pandangan ke arah lain, berharap ada sesuatu yang bisa aku jadikan alasan tapi ternyata cuma ada lalu lalang anak sekolahan sepertiku yang baru pulang sekolah. "G-R, lo, arah rumah gue kan ke sana."

"Rumah lo sebelah sana," dia menunjuk ke arah berbeda.

"Ya tapi, kan, gue mau pulang agak muter sedikit emang gak boleh?"

"Muter buat ngikutin gue?"

"Deeer...."

"Veee...."

Kami berdua lalu tatap-tatapan. Duh, ini momen yang kurindukan. Andai bisa kuulang kembali, tapi dia buru-buru memalingkan wajah dan menunduk. Tapi aku tahu dia malu, Deri... apa kamu juga merasakan apa yang aku rasain? Kamu kangen juga, kan, sama aku? Dia lalu balik badan dan pergi, aku benci melihat punggungnya yang sunyi dan dingin seperti itu. Mengingatkan aku pada tiga bulan yang lalu. Saat dia....

"Eveee..." suara khas Morlan terdengar riang di belakangku. Aku bisa mencium bau khas parfum cowoknya sebelum kemudian dia merangkulku. "Eve kenapa ngga nungguin aku, sih, sayang?"

Aku tidak menoleh ke Morlan, aku melihat Deri kemudian terperajat. Lelaki biru itu menatapku dengan nanar kemudian berlari ke arahku, kulihat kepalan tinju di tangannya dan duak! Dia meninju Morlan secepat kilat. Lengannya melewatiku cepat, bisa kurasakan angin berhembus di pipiku kemudian dia menarik kerah baju Morlan yang masih kaget dan terengah-engah.

"Gue udah bilang, jangan pernah megang Eve," geram suara Deri.

"Woi... dia udah bukan pacar elo kali, Der. Sekarang Eve itu pacar gue!"

Dan pacar ketiga yang ditinju sama Deri.

"Tapi dia mantan gue!"

Cukup! Deri udah kelewat batas.

"Emang kenapa kalau elo mantan gue? Elo ngga berhak ninju pacar-pacar gue!"

"Gue berhak karena gue...."

"Kenapa, Der? Elo mutusin gue sepihak, sampai seminggu gue nangis darah dan mohon-mohon supaya lo ga mutusin gue tapi lo tetep bilang putus, terus gue udah 43 kali minta balikan samaaa eloo... please, Der, kurang banyak apa, tuh dan elo tetap ngga mau. Kalau gue ngikutin elo, elo selalu marah, kalau gue bilang kangen di telepon, langsung ditutup, FB gue diblokir, IG, WA, BBM, semua elo blok. Mau elo apaaa?" biarin aja, deh, dilihatin orang-orang, kekesalan aku udah di ubun-ubun.

Deri memandangku lama, mulutnya terbuka lalu nutup lagi, lalu kebuka lagi. Ih gemees!

Ayo, Der, bilang elo kenapa? Setiap gue gandengan sama pacar baru elo pasti ninju mereka, dan besoknya mereka mutusin gue. Suwe banget, kan. Enak di elo ngga enak di gue.

"Tenang, Eve... mau dia ninju gue seribu kali juga gue kuat." Morlan bangkit dan langsung pasang kuda-kuda. Lupa gue kalau Morlan ini adalah ketua klub Taekwondo.

Para pengunjung cafe tempat kita berada mulai meriung dan kasak-kusuk. Jalan raya di depan kami masih sibuk dengan angkot yang saling klakson dan anak-anak sekolah yang berebutan masuk ke dalamnya atau sibuk mencet ponsel buat mesen taksi dan ojek online. My Lovely blue boy langsung pasang kuda-kuda silatnya, ini, sih, ngingetin gue sama olimpiade cuma mereka nyasar berantem di mari. Well... boleh pede sedikit, kan, mereka memperebutkan gue?

Ciat! Duak! Gedebuk! Kan... adegan perkelahian yang harus disensor di sini. Sampai kemudian Tiin! Tiin! Brem! Brem!

Sebuah motor gede yang keren dan mentereng datang kemudian berhenti di depan cafe. Pengendaranya adalah cowok ganteng berkulit sawo matang, yang seperti anak kuliahan gitu, memakai helm ber-SNI, jaket kulit yang mirip kayak punya Deri, celana cingkrang dan kemeja bergaris yang rapih, serta sepatu boot putih yang ngejreng banget.

"Der! Buruan udah telat, nih!" suara cowok macho itu langsung menghentikan tendangan Deri yang sudah seperempat melayang di udara, dia menarik kakinya.

"Kita tunda pertarungan kita."

"Siapa takut!" Morlan juga menurunkan tinjunya.

Deri langsung lari dan lompat ke atas boncengan moge. Kulihat gerombolan cewek SMA di dekat moge itu menaarik napas dengan muka melongo bodoh mereka kayak baru pertama kali aja ngeliat cowok ganteng. Woi dia mantan gue woi. Aku mendengus sebal.

Samar-samar kudengar cowok macho pengendara moge itu bilang ke Deri, "Kan abang udah bilang, jangan berantem terus. Katanya mau berubah."

"Iya, Bang, Maaf," jawab Deri sambil pakai helm yang dijulurkan cowok macho itu.

Wait tadi bilang apa? Abang? Dua tahun gue pacaran sama Deri, belum pernah gue denger Deri punya abang. Woi lahir dari rahim siape? Deri anak tunggal.

Breemmm! Moge itu pergi melesat, menyusup ke sela-sela angkot yang ngetem. Morlan menarik tanganku.

"Gue kirain dia pindah sekolah jadi anak bener, gak taunya tetap aja suka berantem."

Aku menepis tangan Morlan kemudian meraih ranselku yang tadi sempat kutaruh di atas meja cafe. Aku lari ke pangkalan ojek yang ada di ujung jalan, kemudian tanpa pilah-pilih ojek aku langsung naik ke atasnya.

"Bang kejar moge itu!"

"Aduh neng, ini waktunya jam saya tidur sore."

"Kejaar bang, nanti saya kasih kompensasi uang tidur."

"Siap!"

Breem! Motor abang ojek langsung meluncur mengejar moge yang sudah di kejauhan.

"Ve... gue gimanaaaa!!!"

"Kita putuuss!"

"Haaah!"

Bodo amat. Kalau Deri udah ninju itu artinya dia nyuruh gue putus ama tuh cowok. Deri Deri mau lo apa, sih sebenarnya? Gue kejer lo dan bakal cari tahu elo sebelum UN menerjang gue. Lihat aja, Der.... gue memegangi rambut hitam gue yang berkibar-kibar ketiup angin. Damn... lupa pake helm.  

bersambung part 2. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BLUE BOY : Dear Mantan PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang