Magic of Tora : Eps 1 Magic

371 39 150
                                    

Magic

Namaku Tora Kaito, aku pemuda dengan rambut hijau berantakan dan iris mata hitam. Aku berpenampilan menggunakan kemeja putih panjang dilapisi oleh blazer biru doker serta celana panjang hitam dan sepatu kets perpaduan hijau dan putih.
Aku selalu membawa headphone yang kukalungkan di leher.

Aku memiliki tinggi 170 cm dan saat ini usiaku 16 tahun. Aku bersekolah di Inazuma Gakuen, yang saat ini berada di kelas 2 SMA.

Aku hanya pemuda berkacamata yang menyukai bermacam-macam buku. Karena kesukaanku itu aku selalu mendapatkan peringkat 1 dikelas. Aku memiliki sifat ceria, agak ceroboh dan ramah kepada orang yang ku kenal saja.

Disini aku mengikuti esktrakulikuler kendo dan juga menjuarai tingkat 1 sedaerah Kyoto. Yap! Aku tinggal di Kyoto tepatnya di apartemen sederhana. Aku hanya tinggal sendiri, kedua orang tuaku telah meninggal dan aku menafkahi hidup dengan bekerja paruh baya saat pulang sekolah.

Aku hanya memiliki beberapa teman saja yang sudah kuanggap sahabat. Karena itu hanya kalangan atas saja yang tidak mau berteman denganku karena hanya murid beasiswa saja.

Sudah cukup aku memperkenalkan diriku, saatnya aku harus berangkat sekolah. Yaa, aku habis sarapan pagi dengan omlet dan onigiri saja.

Sampainya disekolah...
Bel sekolah telah berbunyi dan menandakan akan masuk ke pelajaran pertama. "Aku harus segera bergegas." ujarku buru-buru. Selama dilorong sekolah aku tidak menemukan satu orang pun.

Hawanya juga terasa dingin dan mencekam. Tapi aku mengabaikannya dan berjalan lurus menuju kelasku tercinta. Sampainya dikelas, aku membuka pintu.

Srekk!

Kosong! Tidak ada seorang pun dikelas. "Aku merasakan ada yang aneh disini..." gumamku.

Tiba-tiba muncul sebuah bola api besar ke arahku. Untung saja aku berhasil menghindarinya kalau tak mungkin aku sudah mati terbakar.

Duarr!!

"Siapa yang telah menyerangku?" tanyaku entah kepada siapa.

Tap!
Tap!
Tap!

Aku mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat. Aku memasang kuda-kuda dan pengawasan yang ketat.

Didepanku terdapat seorang pria berambut merah blonde. Dan aku mengenal betul siapa dia.

"Sura!" panggilku kepadanya. Sura Tatsuya, ia merupakan salah satu sahabatku dikelas.

Ia tak membalas panggilanku. Sura tersenyum sinis kepaku dan ia mulai membuka mulutnya "Hebat juga kau berhasil menghindari seranganku."

Aku melebarkan kedua mataku, jadi yang tadi menyerangku adalah Sura. Aku tak mempercayai perkataannya.

"Kau pasti bercanda kan..." tanyaku memastikan.

Sura hanya memandang tajam ke arahku. Ia mengeluarkan sebuah api dari salah satu tangannya.

Flame Ball

Bola-bola api kembali menyerangku dengan jumlah yang lebih banyak. Aku terkejut bukan main atas tindakannya.

Aku melakukan log roll ke depan dan sekali lagi berhasil menghindar. Tetapi, Sura tak membiarkanku untuk istirahat. Ia kembali menembaki bola-bola api dari tangannya.

Aku yang tak bisa menghindar ataupun melawannya hanya pasrah ditempat. Tanpa sengaja aku sudah menutup kedua mataku lekat-lekat.

Hening! Yang aku rasakan untuk beberapa menit. Aku yang penasaran membuka mataku secara perlahan.

Wind Shield

Aku dibuat terkejut kembali, bahwa serangan bola api milik Sura berhasil ditahan oleh pelindungi yang tak bisa kulihat dengan jelas.

"Muncul penganggu..." decak Sura.

Kini didepanku ada seorang wanita berambut merah muda seperti bunga sakura yang mekar nan indah.

"Apa kau tidak apa-apa, Tora-kun?" tanya nya khawatir tanpa menoleh ke belakang. Aku hanya menganggukan kepalaku singkat. Dia adalah sahabatku lainnya yang bernama May Togami.

"May..." gumamku pelan. Ia menengok ke arahku dan tersenyum tulus padaku. Ia kembali mengarahkan pandangannya ke Sura.

"Hahaha... Dilindungi oleh seorang perempuan. Memalukan!" cibirnya.

Yaa, yang dikatakan olehnya benar. Aku orang yang memalukan yang tak bisa melakukan apa-apa saat ini.
May mengepalkan tangannya kuat dan membuat angin disekitarnya berkumpul ke arahnya.

Wind Strom

May memukul Sura dengan serangan anginnya. Sura menyilangkan kedua tangannya di depan untuk bertahan dari pukulan tersebut.

Sura perlahan mundur kebelakang. Namun, sebuah cahaya menyilaukan menghalau pandangan kami bertiga.

Mira no Kari
.
.
.
.

Beberapa jam setelah kejadian dilorong kelas...

Aku terbangun dari kasur berukuran sedang yang kutiduri saat ini. Aku mengenali tempat ini, aku sekarang berada di ruang UKS.

"Kenapa aku bisa ada disini? Ahh bukankah tadi..." Tanyaku, lalu aku mengingat sebagian kecil kejadian tadi pagi.

Keringat bercucuran dari wajahku, aku bertanya-tanya bagaimana keadaan Sura dan May. Aku mendengar suara pintu terbuka dan muncullah seorang wanita cantik berambut ungu memakai jas berwarna putih.

"Rupanya kau sudah sadar, Tora-san." Ucapnya.

Dia adalah Jane Kaguya, Dokter yang bertugas di ruangan ini sekaligus guru. Ia seorang blasteran Jepang-Inggris. Ia mulai mendekat ke arahku.

"Ke...kenapa aku bisa berada disini..." Kataku gugup. Ia tersenyum dan mulai berkata "Kau tadi pingsan dilorong kelas bersama dengan May dan Sura. Untung saja Hito menemukan kalian dan segera membawanya kemari." Sautnya.

"Lalu, dimana May dan Sura sekarang?" Tanyaku bingung, melihat kondisi tempat tidur yang kosong disebelah kanan dari kiriku.

"Mereka sudah kembali ke kelas dan..." Ucapan Jane tergantung. "Dan apa Jane-sensei?" Tanyaku penasaran.

Jane menghela napas sejenak dan mulai menjawabnya "Dan apakah kau juga memiliki kekuatan sihir?" Jane bertanya dengan hati-hati.

"Sihir?" Ucapku bingung. Aku merasakan firasat tidak mengenakan.

Brakk!!!

Suara pintu UKS terbentur kencang ke tembok. Muncul seorang wanita berambut orange, ia adalah Chika Omuya.

Chika dengan mata berkaca-kaca. Ia langsung memeluk diriku dengan erat. Sehingga aku tidak bisa bernapas.

"Le...lepas...kan..." Ucapku terbata-bata. Hingga akhirnya ia melepaskan pelukan mautnya dan menyangga airmata nya yang mulai jatuh.

Aku mengambil napas sebanyak-banyaknya hingga asupan O2 ku terasa penuh kembali. Jane sensei hanya terkekeh kecil melihat kelakuan kami.

"Ara...ara sebaiknya aku pergi saja dari sini. Kita lanjutkan percakapan itu nanti yaa, Tora-kun..." Kata Jane tersenyum genit kepadaku.

"Baiklah, Jane-sensei..." Balasku dengan muka memerah. Tiba-tiba aku merasakan hawa yang mencekam dari sebelahku. Aku tenggok pelan-pelan. Dan...

Blaar!!!

Aku kini dalam kondisi gosong karena terkena sambaran petir dari Chika. Aku pun tak sadarkan diri untuk kedua kalinya.

"Tora-kun... Gomen..." Teriak Chika meminta maaf dengan airmata yang jatuh kembali. Itulah kata-kata terakhir yang aku dengar setelah aku menutup mataku erat.

Brugh!!

Bersambung... 😂

(28/03/2017)

Magic of ToraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang