Sekolah diliburkan selama 2 hari karena para dewan guru sedang mengadakan rapat dengan Kepala Sekolah Inazuma High School. Kesempatan ini digunakan baik-baik oleh para siswa yang suka bermalas-malasan di rumah. Tapi tidak dengan Tora...
Stasiun Shibuya...
Tora sedang berdiri menunggu kedatangan seseorang. Ia selalu melirik jam tangan merah miliknya. Saat ini Tora memakai pakaian kaos pendek warna putih dengan ditutupi oleh blazer merah, celana jeans hitam serta sepatu ketz hitam.
"Lama sekali..." gerutu Tora kesal. Ia sudah menunggu hampir 10 menit lamanya. Namun, kehadiran orang yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang.
"Tora-kun!" Panggil suara wanita manja.
Muncullah sosok wanita berambut pirang panjang, dibelakangnya terdapat pria berambut biru pendek dan wanita rambut merah muda.
"Telat 10 menit," kata Tora mengetuk-ngetuk jam tangannya. Ia memasang wajah kesal.
"Gomen Tora-kun, tadi ada sedikit kendala di jalan menuju kemarin." Balas wanita berambut merah muda yaitu May.
"Itu semua salahnya!" Seru wanita pirang, Chika menunjuk ke arah Hito. Di tunjuk hanya menyegir tak jelas.
"Sudah-sudah, ayo kita segera masuk ke dalam stasiun." Ucap Hito, pria berambut biru.
Dengan terpaksa, Tora mengikuti ketiga temannya. Mereka memasuki stasiun Shibuya tak lupa membeli tiket untuk menuju ke daerah Tokyo.
Kereta api cepat atau Shinkansen julukan untuk kereta cepat di Jepang. Mereka segera masuk ke dalam gerbong ketiga dari ruang masinis.
"Untung saja kereta tidak terlalu ramai," komen May. Ia duduk di sebelah kanan Hito. Didepan mereka terdapat Tora dan Chika yang mengelayut manja di tangan Tora.
Kereta akan segera berangkat...
Pemberhentian selanjutnya adalah stasiun Odaiba...
Shinkansen melaju dengat cepat. Mereka duduk dengan tenang, kecuali Tora yang merasa risih dengan tatapan para penumpang kereta. "Sial! Ini gara-gara dia!" Gumam Tora pelan. Tak mau didengar oleh sumber kekesalannya.
.
.
.
.Hampir satu jam mereka duduk di dalam gerbong kereta, hingga suara pemberitahuan membuat mereka bersiap-siap.
Stasiun Tokyo...
Mereka telah turun dari kereta. Kemudian menuju pintu keluar. Secercah cahaya menyilaukan menutupi pandangan mereka.
"Yeay! Tokyo!" Seru May riang.
"Ayo kita ke Menara Tokyo terlebih dahulu," ajak Chika. Tanpa persetujuan dariku, ia menarik tanganku erat. Tora hanya pasrah di tarik oleh Chika.
"Mereka cocok sekali," komen Hito. "Ayo, kita menyusul!" Ajaknya. Ia menarik lembut tangan May. Wajah May seketika memerah seperti tomat.
Di Menara Tokyo...
"Wahh tinggi sekali di sini..." seru Chika. Ia menari-nari tak jelas.
"Dasar wanita aneh!" Gumam Tora melihat tingkah laku Chika yang absurd.
"Kita bisa melihat seluruh kota Tokyo," ucap Hito.
"Aku melihat dengan jelas Gunung Fujiyama dari sini." Tambah May.
Tora melihat kesana kemari. Pandangan ia terhenti melihat sosok pria berpakian serba hitam. Ia seperti mengenali sosok itu. Saat ia ingin mengejarnya, Chika sudah menarik tangan Tora untuk berfoto.
Jepret! Jepret!
Sesi foto ala alay (bahasa gaul Jakarta) mereka segera turun untuk makan siang. Karena waktu telah menunjukkan siang hari.
.
.
.
.Di atap gedung tinggi...
"Apa kau sudah menemukannya, Riza?" Tanya sosok wanita.
"Aku belum melihat apapun. Bagaimana denganmu, Dipa?" Tanya balik Riza. Jadi sosok yang sekilas dilihat oleh Tora adalah Riza.
"Sama sepertimu. Ayo kita pergi ke tempat lain!" Ajak Dipa. Ia pun menghilang dari kepulan asap.
"Dasar wanita merepotkan!" Ejek Riza. Ia juga menghilang dari atap gedung.
.
.
.
.Di salah satu restoran di Tokyo...
Suasana di restoran ini cukup ramai. Banyak pasangan muda mudi mendominasi seisi restoran itu.
"Sepertinya kita salah tempat," bisik Tora.
"Memang kenapa Tora-kun?" Tanya Chika bingung.
"Ini tempat untuk berkencan para pasangan. Sedangkan ki-"
"Kau jahat sekali, Tora-kun!" Teriak Chika. Ia meneteskan air mata, lalu keluar dari restoran tersebut.
"Ehh!! Mau kemana dia?" Tanya Tora terkejut.
"Kau memang tak peka!" Cibir May. Ia menyusul kemana Chika pergi.
"Ada apa sebenarnya, Hito? Aku bingung sekali." Tanya Tora penasaran sekaligus bingung.
"Hah! Masalah seperti ini saja kau tak mengerti." Desah Hito kecewa. "Lebih baik kita susul mereka." Ajak Hito.
Keduanya segera menyusul Chika dan May yang mengejar Chika. Chika berada di salah satu sudut gang jalan. Ia menangis kencang.
"Tora baka! Baka! Baka!" Seru Chika mencurahkan hatinya yang kecewa.
"Ahh, untung saja aku bisa mengejarmu Chika." Ucap May sedikit kelelahan.
"Ma-May-chan!" Rengek Chika manja. Ia memeluk erat tubuh May.
Tiba-tiba muncul seorang pria di belakang mereka. "Hai! Kalian mengapa menangis gadis kecil?" Tanyanya.
Sontak kedua wanita itu menoleh ke arahnya. Mereka terkejut melihat sosok pria yang tak dikenalnya.
"Aku memiliki perasaan tak enak padanya," bisik May.
"I-iyaa, kita harus pergi dari sini." Balas Chika pelan.
"Kalian mau mencoba kaburnya..." sahut pria itu. Ia mengeluarkan sebuah bilah pedang dari balik lubang dimensi.
"Ayo kita bersenang-senang gadis manis..." ujarnya dengan senyum mengerikan.
"Tora-kun... tolong aku..." batin Chika ketakutan.
.
.
.
.
.Bersambung... 😂
Maaf kalau tak ada adegan pertarungan malah adegan romantis 😂😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic of Tora
FantasyIni cerita pertama yang saya berani publish hehe... Maaf kalau ada salah maupun kekurangannya Salam newbie 😃 #menerima masukan dan kritik untuk membuat saya menjadi lebih baik 🙌