Chapter 1

17 7 2
                                    


Pagi itu di sekolah Harapan Baru, seorang gadis baru memasuki halaman sekolah itu dengan wajah berseri "new school, new life, and new friends" itulah yang berada dalam batin gadis itu, ya dia adalah murid baru di sekolah Harapan Baru. Saat ia sedang sibuk mencari ruang guru, ia tidak sadar ada lelaki yang memerhatikannya, tanpa sadar lelaki itu tersenyum, yaitu adalah hal yang sangat mengejutkan jika ia melakukannya.

"Hai, nama saya Cahaya Arletha, kalian bisa panggil saya Caca, saya anak pindahan dari sekolah Jaya Mulia." Caca sekarang berada di kelas 11 MIA 2, yaitu kelas baru Caca.

Bu Nita yaitu guru Fisika, mempersilahkan Caca duduk di sebelah siswa dingin yang biasa diceritakan di novel-novel remaja lainnya.

"Hai nama gue Caca, lo?"
Caca tersenyum sambil mengajukan tangan dan cowo itu hanya berkata : "Bulan"
Tanpa menoleh sedikit pun. Sesuai dengan ekspektasi.

Banyak murid yang keliatan mengantuk saat 15 menit menjelang bel istirahat, kalau Caca tidak, dia sangat menyukai pelajaran Bahasa Inggris, yang diajar oleh Ma'am Diana.

Akhirnya bel istirahat pun berbunyi, seisi kelas pun bersorak gembira secara otomatis.

"Hai, nama gue Nasya, mau gue anterin keliling sekolah? sekalian gue kenalin ke temen-temen gue" tanya siswi yang dikuncir satu.
Caca otomatis mengiyakan. Kalau dia menolak ototmatis dia akan menjadi kambing congek di sekolah ini.

"Lo kalo mau ke toilet cewe, tinggal lurus trus belok kiri deh, oiya sini gue kenalin ke temen-temen gue" kata Nasya sambil menarik tangan Caca.

Saat sampai di kantin, mata Caca langsung tertuju pada Bulan, mungkin hukum alam atau takdir dua pemeran utama dalam cerita ini. Mata Caca buruk, jadi dia tidak tau apakah Bulan sedang melihatnya juga atau tidak.

"Ciee Bulan, udah meleleh itu hatinya? kok ngeliatin cewe baru itu terus sihh, abang nyanyiin selamat dehh" Kata teman Bulan yang bermain gitar.

Langsung saja semua teman-teman Bulan tertawa. Dan tentu saja berita bahwa ada anak baru di sekolah mereka sudah tersebar ke seantro sekolah, sampai-sampai abang siomay pun tau. Bulan tersenyum tipis, sangat-sangat tipis, hampir tidak keliatan. Cewe-cewe di kantin itu langsung histeris layaknya orang sakit jiwa mengira bahwa merekalah yang sedang disenyumi oleh Bulan.

"Eaaa si Abang, senyum-senyum aja" lanjutan teman Bulan yang berjambul yang sontak saja langsung ditertawai oleh 4 orang teman yang lainnya, tapi yang namanya Ice, mau selucu apapun juga gak bakalan ketawa, contohnya Bulan, dia hanya diam saat semua temannya tertawa.

"Udah yuk Ca, gausah dianggep temen-temennya Bulan gila semua emang, kita ke tempat gue biasa makan aja ama temen temen gue" Nasya membawa Caca ke meja yang bersampingan dengan meja Bulan dan terdapat empat cewe yang duduk berhadap-hadapan.

"Kenalin, ini namanya Deva, dia ketua geng disini, sekaligus ketua padus yang bikin semua cowo klepek-klepek, ye gak??" kata Nasya sambil menunjuk cewe yang tentu saja membuat Caca tercengang dengan kecantikannya, yang hanya bisa dideskripsikan dengan kata indah.

"Dihh apaansi lo, kita bukan geng ya emangnya kembaran gue noh si Reza, dan makasih pujiannya." jawab Deva

"Trus yang daritadi baca buku namanya Flora, dia tuh suka sama Rendi tapi sayang, cintanya bertepuk sebelah tangan." lanjut Nasya mengabaikan jawaban Deva.

"Ihh apaan si Nas, gue gak pernah ya yang namanya suka sama Rendi" sangkal Flora yang anehnya membuat pipinya merah.

"Udah dehh Ra, gausah ditutup-tutupin lagi, kita semua udah tau kok" jawab cewe yang di kuncir dua.

"Nahh cewek sok imut yang barusan ngomong itu namanya Nina, liatin aja nohh, rambut sok-sokan dikuncir dua macem anak TK" kata Nasya lagi.

"I'm sorry By The Way Busway ya Nas, gue tuh emang imut, lo aja yang sirik ama keimutan gue" jawab Nina.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang