1. Second Day

21 3 0
                                    

Hari kedua disekolah baruku..

Aku bergegas menuju perpustakaan sambil membawa daftar nama-nama buku yang aku butuhkan, setelah semalam Bu Mala memberikannya padaku.

"Terima kasih, Bu." Ucapku pada petugas perpustakaan setelah aku mendapatkan semua buku yang aku butuhkan, dan aku pun langsung kembali ke kelas.

Tapi ditengah perjalanan, aku merasakan buku-buku itu sangat berat dan aku tak sanggup lagi untuk membawanya. Alhasil, buku-buku tersebut jatuh berserakan di lantai. Aku pun langsung memunguti buku tersebut. Tapi ketika aku hendak menggapai buku bahasa inggris, yang kudapati ternyata tangan seorang wanita. Pandanganku pun langsung beralih ke wajah pemilik tangan mungil yang halus ini. Benar saja, ternyata dia Bulan. Ya, tidak salah lagi. Dia gadis yang duduk di depan ku.

Pandangan kami sempat beradu beberapa detik. Aku seperti berada dalam surga. Jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. Enggan rasanya pandanganku memutuskan kontak mata itu. Bagaimana bisa bidadari secantik ini berada tepat di hadapanku?

"Hei.." Lamunanku buyar ketika ia melambai-lambaikan tangannya di depanku. "Lo nggak pa-pa?"

"Ah, iya, nggak pa-pa kok." jawabku tersentak sambil sedikit nyengir.

"Jangan ngelamun aja, ntar kesambet loh." Ucapnya menyadari tingkahku saat ini.

Aku pun hanya menyengir lebar.

"Oh iya, ini buku lo." katanya sambil memberikan buku itu padaku.

Aku hendak menerimanya, tapi ia menarik kembali buku itu. "Sini deh gue bantu bawain." ujarnya.

"Ehh nggak usah, nggak pa-pa kok. Gue bisa bawa sendiri. Gue kan cowok. Seharusnya cowok yang bantu cewek, bukan sebaliknya." jawabku menolak.

"Udah nggak pa-pa. Lagian lo aja tadi bawa sendirian bisa jatuh kan. Sini, biar gue bantu bawain. Nggak penting cowok atau cewek, sebagai manusia kita itu harus saling tolong menolong. Udah, sini bukunya."

Ya Allah.. Wanita ini, benar-benar bidadari yang amat sempurna yang telah Engkau ciptakan. "Ehh.." Aku ingin menolak, tapi dia tiba-tiba saja langsung mengambil beberapa buku dari tanganku dan langsung saja berjalan lebih dulu. Aku pun langsung mensejajarkan langkahku dengannya. "Bener nggak pa-pa nih kalo lo bawain buku gue?" tanyaku setelah langkah kami sejajar.

"Lo nolak lagi, gue buang buku ini ke selokan." Ancamnya dan membuat membuat wajahnya semakin cantik dengan ekpresi seperti itu.

"Iya deh," Aku pun hanya menurut pasrah.

Kami pun berjalan beriringan sambil menanyakan beberapa hal. "Lo kenapa pindah ke Jakarta?" tanyanya.

"Papa dimutasi ke Jakarta. Ya, terpkasa kami harus tinggal disini."

Ia pun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Lebih enak mana, tinggal di Semarang atau di Jakarta?" Tanyanya lagi.

"Karna gue baru beberapa minggu di Jakarta, yah menurut gue lebih enak tinggal di Semarang. Di sana suasananya lebih nyaman dan orang-orang disana ramah-ramah. Pergaulan anak mudanya pun masih wajar." Jawabku menjelaskan.

Lagi, Ia pun menganggukkan kepala. Dan sampai lah kita di kelas.

"Makasih ya udah mau bantuin bawa buku-buku ini." Ucapku ketika sampai di depan kelas.

"Iya sama-sama."

"Kita sampai disini aja ya, nggak enak kalo dilihat sama yang lain."

"Oh ya udah nggak pa-pa. Nih buku lo." Ucapnya sambil memberikan buku-buku itu padaku.

"Kalo gitu gue masuk duluan ya." Ucapku sambil tersenyum padanya.

"Oke, gue juga mau balik lagi ke basecamp marching band."

Kemudian kami pun berpisah di depan kelas dan menuju tujuan masing-masing.

.
.
.
.
.
.

Aku membaringkan tubuhku diatas kasur. Tubuhku terasa lelah gara-gara membawa buku-buku yang berat. Ku pejamkan mataku, tapi tiba-tiba saja bayangan gadis itu melintas. Kembali ku buka mataku. Akupun berjalan menuju kamar mandi, membasuh wajahku. Lagi-lagi isi pikiran ku hanyalah gadis itu. Ahh.. What happen bintang???

Terdengar ketukan pintu yang kemudian disusul oleh sosok mama di ambang pintu kamarku.

"Bintang, makan dulu yuk. Mama udah masakin makanan kesukaan kamu." Ajak mama kepada ku.

"Iya, ma." jawabku menurut pada mama.

Kemudian mama keluar dari kamar dan aku pun mengikuti mama dibelakangnya.

.
.
.

"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri terus dari tadi sih, Bintang?" tanya mama padaku merasa heran dengan kelakuanku.

"Nggak pa-pa, ma." jawabku sambil menyengir.

"Ngaku aja sama mama. Kok kamu kelihatannya seneng banget hari ini?"

"Nggak ada apa-apa kok, ma."

"Apa kamu naksir sama cewek di sekolah baru kamu ya?" tanya mama mulai menatapku curiga.

"Ah, mama, nggak mungkin lah, ma. Baru juga dua hari aku pindah ke SMA Cendikia, masa iya aku udah naksir sama cewek disana?" jawabku yang masih tidak ingin mengaku.

"Kalo iya juga nggak pa-pa kok, Bin. Mama malah seneng kalo misalnya pacar kamu nanti sering di ajak main kesini. Jadinya kan mama punya temen shopping."

"Ma.. Aku belum mau pacaran dulu. Aku mau fokus sekolah dulu. Jadi orang sukses. Mau banggain mama sama papa, kayak bang Leo yang sekarang kuliah S2 di Belanda dan dapet beasiswa."

"Iya deh anak mama yang paling ganteng."

"Emang bang Leo nggak ganteng, ma?"

"Ganteng, tapi masih lebih ganteng kamu."

Aku dan mama pun tertawa bersama. "Udah, kamu selesaikan makannya. Abis itu sholat ashar." ujar mama.

"Iya, ma." Aku pun segera menyelesaikan makanku dan bergegas untuk melaksanakan sholat ashar.





-ForeverForYou-









Maaf jika typo bertebaran.

Cuma segini yang bisa aku tulis. Semoga kalian suka ya. Dan jangan lupa kritik & sarannya.

Oke, see you next part⇨

#SalamBulandanBintang

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Forever For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang