[4] Secret

279 37 23
                                    

In Yara's Eyes


04.15

Aku ingat waktunya, waktu saat Sehun mengaku menyukaiku untuk kedua kalinya. Tak tanggung-tanggung, ia kembali menjelaskan bagaimana ia bisa menyukaiku tanpa diminta. 'Bukan dari keluarga bangsawan, masih berumur belasan, cukup cantik dan kelihatannya berkepribadian baik' menjadi 4 tipe idel Sehun, dan dia bilang aku memenuhi semua tipe sederhananya itu hingga dia terus memikirkanku dan berakhir dengan menyukaiku. Satu kata yang kulontarkan –bullshit– sebagai jawaban pada lelaki itu. Ntahlah apa dia masih berani mengaku suka padaku dengan 4 alasan aneh itu kalau tau siapa aku yang sebenarnya.

Sehun tidak mempermasalahkan jawaban kasarku. Malah dia mengantarku sampai ke depan pintu kamar dan melambaikan tangan sebelum pamit pergi kembali ke kamarnya sendiri di asrama putra. Aku segera masuk ke dalam kamar, menutup pintu rapat-rapat sambil memegangi jantungku yang bergemuruh tanpa bisa dicegah. Sial, apa yang sudah dilakukan bangsawan Niverda itu padaku?

"Kau darimana?" satu pertanyaan lolos dari bibir Jisoo yang baru saja bangun. Aku menatap gadis cantik nan angkuh itu dengan mata membola, kemudian menggeleng perlahan. "Ah, tidak, aku hanya....lari pagi. Ya, lari pagi," jawabku mencari alasan, dan Jisoo hanya mengangguk-angguk mengerti.

"Ka-kau mau kemana?" tanyaku akhirnya. Setidaknya meski enggan aku seharusnya berbicara lebih akrab dengan teman sekamarku ini.

"Huh, tidak kemana-mana. Aku terlambat bangun, dan sepertinya percuma kalau aku pergi ke sana," jawab Jisoo hingga membuatku makin bingung. Kemana maksudnya? Belum Jisoo bicara, belum aku semakin pusing karena merana dengan jawabnnya yang penuh tanda tanya.

"Maksudmu?" tanyaku seperti orang bodoh, dan Jisoo nampak memutar bola matanya malas.

"Lupakan saja," jawabnya ketus hingga membuatku harus buru-buru mengakhiri konversasi ini dengan menggumam 'iya' dengan nada begitu lirih. Ingat, Jisoo tidak menyukaiku, dan berpua-pura akrab dengannya sepertinya bukan pilihan yang bagus.



Demi segala nenek moyang bangsa vampire selama 19 keturunan dalam 21 abad, kenapa mereka harus berada di sini? Ya, mereka, maksudku adalah senior-senior Sktryol. Kenapa harus ada yang namanya kumpul keluarga ini, huh? Membuatku muak saja.

Jadi, sederhananya sekarang aku sedang duduk di kantin, tidak sendirian, tapi berada di antara sekitaran 30 pria tulen. Ayolah, bagaimana pandangan kalian saat melihat satu wanita diantara 30-an pria kelas petarung? Itulah yang sedang kuhadapi sekarang. Seisi kantin yang luasnya luar biasa ini menatap intens ke arah meja kami, menatap ke arahku, dan itu sungguh risih.

Belum lagi kenyataan bahwa Sehun sekarang duduk tepat di depanku karena memang susunan bangku disusun dimana satu deret bangku panjang berisi kumpulan murid baru, sementara di depannya duduk para kakak asuh mereka. Otomatis Sehun yang kata mereka tumben-tumbennya ikut acara semacam ini duduk di depanku dengan wajah datar. Ntahlah, Sehun di malam hari bagai seorang lelaki dengan jiwa melankolis dan penuh senyum manis, sedang di siang hari dia seperti harimau kelaparan yang punya emosi labil. Sekarang dia bahkan menatapku sinis padahal baru beberapa jam lalu –tepatnya pukul 04.15– dia mengaku menyukaiku. Dasar lelaki aneh!

"Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Luhan, yang jabatannya paling tinggi di sini sebagai Ketua Osis sekaligus senior tingkat 5 yang akan lulus musim semi beberapa bulan lagi membuka konversasi setelah masing-masing dari kami semua mendapatkan secawan besar darah singa gunung hasil buruan mereka kemarin. Katanya, khusus untuk calon penerus Skrytol guna menyemangati kami yang akan mengikuti ujian dari Kai 5 hari lagi. Semangat H-5, itu tema kumpul keluarga hari ini katanya.

Mea Alterum 「 vampire 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang