Kedua mata itu membuka berkat sebuah suara yang menyentak tubuhnya. Kemudian mengerjap pelan guna menjernihkan penglihatannya. Ia mendudukkan diri, dan menyadari hanya hitam yang ia lihat sejauh matanya menerawang. Gelap, dan sunyi. 'Dimana ini?' pikirannya terus bertanya, sedang usahanya untuk mengingat sesuatu menjadi terasa sulit. Kepalanya terasa pening, seperti habis dihantam batu besar.
"Kau sudah bangun?"
Suara itu membuatnya menoleh cepat. "Siapa?" ia semakin merapatkan dirinya pada sesuatu-headboard-dibelakangnya. Jujur ia tak mengerti kenapa bisa setakut ini. tapi-hey! Bagaimana bisa ia tak takut jika terjebak dalam situasi seperti ini? terbangun di sebuah tempat, gelap dan sunyi dengan keadaan tak bisa mengingat apapun. bahkan siapa dirinya saja ia tak bisa mengingatnya. Haruskah ia berteriak atau menangis ketakutan sekarang?
Seseorang yang datang itu semakin mendekat. Terbukti dengan kasur yang ditempatinya bergerak karna beban yang bertambah, dan merangkak mendekatinya.
"Jinyoung-ie" sebuah tangan menyapu lembut kulit wajahnya. Membuat lelaki yang dipanggil 'Jinyoung' itu diam. Bingung harus berbuat apa.
"S-siapa.. yang kau panggil Jinyoung?" nafasnya mulai tersengal, saat jemari itu beralih menuju leher telanjangnya. Menari-nari kecil disana, membuat bulu kuduk Jinyoung meremang.
"Jinyoung, Park Jinyoung-itu namamu"
"Lupakan soal mengingat siapa dirimu-"
'Apa?'
"-Cukup ingat apa yang akan kita lewati malam ini. dan semuanya akan berakhir begitu menyenangkan" pria itu semakin mendekat. Jinyoung bisa merasakan sapuan hangat nafas pria itu diatas wajahnya.
"Apa? Apa kau-mpptthh" suara Jinyoung hilang di telan kerongkongannya sendiri. Sepersekian detik saat bibir itu mendarat diatas bibirnya, detik itu juga tubuhnya seakan lumpuh. Hanya bersentuhan di awal, namun berubah menjadi begitu menuntut di setiap lumatannya. Pria itu terus menekan Jinyoung, mengajaknya untuk menikmati pergulatan mereka bersama. Ragu-ragu bibir Jinyoung mulai bergerak.
"Mhh-mpptthh" jinyoung mencengkram pundak itu. tersentak saat tangan dingin itu membelai lembut setiap inci tubuh telanjangnya.
Pergulatan mereka berakhir begitu sang dominan memutuskan kontak diantara keduanya. Meski begitu jinyoung tau, kegiatan mereka tak akan benar-benar selesai sampai tahap ini. terbukti dengan nafas pendek yang diambilnya, tubuhnya terasa panas begitu siap untuk pria yang kini berada diatasnya. Pria misterius yang telah mengambil alih tubuhnya, serta mungkin saja bersama hatinya. Ya, jinyoung tau menolak pun percuma. Sekuat apapun ia ingin menyudahinya, atau merasa dirinya juga seorang pria yang ditakdirkan menjadi seorang dominan namun apa daya, raganya tak sejalan dengan apa yang jinyoung pikirkan. Dan disaat Jinyoung merasakan dengan jelas sesuatu milik pria itu memasukinya, menjadi awal dari dunianya yang baru. Hidup sebagai seorang pemuda yang bahkan tak mengingat siapa dirinya, tapi ia akan terus ingat siapa pria brengsek yang telah menculiknya bahkan memberi sebuah pengalaman baru yang tak kan pernah ia lupakan seumur hidupnya.
To be Continue..
YOU ARE READING
Two sides
Fiksi PenggemarJinyoung mendapati dirinya terbangun disebuah tempat asing, nan gelap. Tanpa bisa mengingat apapun, seorang lelaki dengan tatapan tajam pun datang dan menklaim kepemilikan atas dirinya. "Kau.. tau aku? Kenapa aku tak bisa ingat apapun?"Jinyoung "C...