Ariel Arifin Namaku

29 4 3
                                    

Angin malam berhembus dingin,tak mematahkan semangat seorang bapak untuk mengantarkan istrinya yang sedang hamil ke rumah bidan Rini yang berada di dekat rumahnya.
Puluhan orang dari keluarga Ibu Yati ikut berkumpul di rumah bidan Rini tersebut demi menanti hadirnya sang bayi yang lucu di tengah-tengah keluarga mereka.Sekitar satu jam kemudian,terdengar suara tangisan bayi yang baru lahir.Mereka semua keluarga Ibu Yati menangis terharu bahagia melihat bayi dari Ibu Yati lahir dengan selamat.
Bidan yang berada disamping Ibu Yati pun segera membersihkan darah-darah yang masih menempel di bayi tersebut,seketika bayi sudah dibersihkan,bidan memberitahukan bahwa bayi tersebut adalah laki-laki,lagi-lagi Ibu Yati dan Pak Aan(suami Ibu Yati) terharu melihat anak laki-lakinya yang lahir dengan selamat,perasaan yang benar-benar tidak dapat disembunyikan lagi.Lalu bidan Rini memberi bayi tersebut kepada sang Pak Aan,dan ketika bayi itu sudah berada digendongan Pak Aan,Pak Aan segera mengumandangkan adzan untuk anak laki-lakinya yang terlihat tampan itu,setelah Pak Aan selesai mengumandangkan adzan untuk si bayi tersebut,Ibu Yati pun bertanya pada Pak Aan

"Pak,akan kita beri nama siapa anak kita yang tampan itu?" Tanya Ibu Yati pada suaminya

"Bagaimana kalau anak kita,kita beri nama Joko Tarub buk..." jawab Pak Aan

Ibu Yati bingung atas jawaban Pak Aan seakan tidak setuju atas nama yang diberikan oleh Pak Aan untuk anaknya itu.

"Pak bukannya Joko Tarub itu nama orang-orang terdahulu ya Pak,anak kita kan tampan jadi gak cocok kalau kita beri nama Joko Tarub" Ujar Bu Yati

"Oh,yasudah bu.Anak kita,kita beri nama Ariel Arifin saja" jawab Pak Aan dengan tersenyum kepada istrinya

Dan Ariel Arifin itu adalah aku,iyaaa aku adalah anak laki-laki yang tampan itu.Namun orang-orang biasa memanggilku dengan nama Arif.Usiaku mulai menginjak 7 bulan,aku mulai bisa merangkak kesana kemari dan memainkan barang-barang yang ada disekitarku,ntah itu dibanting-banting ataupun hanya dipencet-pencet saja.Disaat usiaku berumur 10 bulan,tanganku mulai suka melambai-lambai ketika ayah hendak berangkat ke kantornya dan sesekali ayah mengajarkanku cara bersalaman kepadanya.

AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang